Halaman

Jumat, 12 September 2014

Found You!! ~ Chapter 8 (End)

Akhirnya setelah sekian lama FF ini lumutan, sekarang selesai jugaa..
Ya walaupun gak bagus2 amat tapi setidaknya cukup membuatku senang ^^

-------------------

Part 8~

            Jiyeol menatap keluar jendela, cuaca sore ini sangat mendung. Sama dengan suasana hatinya saat ini. Setelah beberapa jam yang lalu, mendapati kenyataan bahwa Yoochun masih mencintai Hara, Jiyeol hanya melamun. Berfikir.

“ekhm..”, suara berat yang sangat khas sekali terdengar. Jiyeol tahu siapa dia. “apa kau akan terus melamun?”, Tanya Yunho yang sekarang sedang menatap foto Jiyeol dan Yoochun. ‘mungkin aku lebih pantas berada disamping Jiyeol’ pikir Yunho sambil tersenyum sendiri.

“kenapa? Apa aku terlihat lebih gemuk di foto itu?”, Tanya Jiyeol menatap Yunho sinis. Yunho kaget, senyumnya tiba-tiba pudar. “aniyo”, jawabnya.

“sudahlah tidak usah sedih ter-” “siapa bilang aku sedih? Kau jangan sok tahu”, sewot Jiyeol memotong omongan Yunho. “tidak sedih tapi selalu memikirkannya”, sindir Yunho. Jiyeol hanya diam.

“ya sudah istirahatlah, jangan terlalu banyak pikiran. Aku pulang dulu ne”, Yunho tersenyum lalu keluar dari kamar Jiyeol. “belum pernah aku melihat senyum semanis itu dari Yunho”, Jiyeol tersenyum senang.

*****



“bagaimana eonni? Apa dia baik-baik saja?”, Tanya Jihye. Sekarang Yunho dan Jihye sudah dalam perjalanan pulang. “ya lumayan membaik”, jawab Yunho masih fokus menyetir.

“aku rasa Yoochun hyung benar-benar keterlaluan”, komentar Jihye. “kau tidak usah terlalu banyak berkomentar urusan orang dewasa”, itu seperti bukan nasihat melainkan perintah.

“oke oke. Tapi bagaimana denganmu oppa? Apa kau akan meneruskan pertunangan ini?”, Tanya Jihye tepat sasaran. Itulah yang menjadi beban pikiran Yunho saat ini. “kau tidak perlu tahu urusanku”, tegas Yunho. Jihye hanya mencibir dalam hati.

*****

            Pertanyaan Jihye masih terngiang di telinga Yunho. ‘apa yang akan aku lakukan selanjutnya?’ batin Yunho bingung. “aish, kenapa semua jadi seperti ini? Ini membuatku pusing”, Yunho memijat-mijat kepalanya yang sedikit berat.

Drrt.. Drrt.. Drrt..
            Tertulis ‘Jiyeol~aa’ di layar handphone Yunho. ‘untuk apa Jiyeol menelponku?’ pikir Yunho sembari mengangkat teleponnya.

“yeoboseyo”, Yunho memulai percakapan. “Ne, apa kau sibuk malam ini?”, Tanya Jiyeol diseberang telepon. “hmm.. ani. Waeyo?”, Yunho balik bertanya. “jemput aku pukul 7 nanti, aku ingin pergi berjalan-jalan”, jelas Jiyeol.

            Yunho mengernyitkan dahi tanda bingung dengan sikap Jiyeol saat ini, biasanya suaranya tidak lepas dari kata-kata amarah tapi sekarang suara itu berubah menjadi lemah. Yunho tampak berpikir tapi lalu mengiyakan juga.

#Taman Air Mancur#

“kau masih menyukai Hara?”, Tanya Jiyeol tiba-tiba membuat Yunho kaget. “kau pasti senang kan bisa bertemu dengannya lagi?”, Tanya Jiyeol tanpa menunggu jawaban dari Yunho.

“Hara, nama yang cantik seperti orangnya yang juga sangat cantik. Lemah lembut, baik dan yang pasti tidak suka marah-marah”, jelas Jiyeol tertawa getir. “pantas saja kalian meny-”

“ternyata kau juga sok tahu kan?”, potong Yunho. “maksudmu?”, Tanya Jiyeol tak mengerti. “siapa bilang aku menyukainya? Siapa bilang aku senang?”, Tanya Yunho dengan senyuman mengejeknya.

“jujur saja padaku Yun, aku tahu semuanya”, Jiyeol tidak kalah sinis. “tahu apa? Jangan bilang kau cemburu ketika aku dekat lagi dengan Hara?”, Yunho hanya berniat bercanda tapi…

“iya memang aku cemburu ketika melihat kau bersama dengan Hara. Tertawa bersama. Aku? Aku mana pernah tertawa denganmu, yang ada hanya kata-kata umpatan diantara kita. Amarah yang meledak-ledak. Iya kan?”, Tanya Jiyeol pada Yunho.

“aku tahu kau hanya bercanda Jiyeol~aa, mungkin itu karena efek kau sedang merasa kesal pada Yoochun. Sebenarnya Yoochun itu-”

“apa? Yoochun setia? Baik? Sepertinya apa yang kau bicarakan tentang sahabatmu itu tidak benar. Dimataku Yoochun adalah namja yang paling menyebalkan”, lagi-lagi Jiyeol memotong kata-kata Yunho.

“bukankah aku namja yang paling menyebalkan? Kenapa sekarang berubah?”. “ya, memang kau menyebalkan. Tapi itu dulu sebelum aku tahu bahwa kau adalah orang yang baik hati, selalu mengalah demi sahabat, dan bukan orang yang pendendam. Ibu benar-benar tepat memilihmu menjadi calon menantunya”, cerita Jiyeol panjang lebar diakhiri tetesan airmata penyesalan.

“uljima”, satu kata itu keluar dari mulut Yunho. Yunho sama sekali tidak ingin melihat Jiyeol menangis lagi di depannya. Yunho mengusap airmata yang jatuh ke pipi Jiyeol dengan ibu jarinya.

“kau pantas mendapatkan yeoja yang baik Yun”, Jiyeol menatap Yunho dengan tatapan sedih seakan tidak rela mengucapkan kata-kata itu. “mungkin aku juga sudah seharusnya melepaskan cincin ini”, Jiyeol menatap cincin tunangannya yang masih terpasang di jari manis Jiyeol.

            Yunho tidak tahu harus berkata apa, dia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Baru kali ini, dia menjadi sosok namja yang tidak tahu harus memutuskan apa, hanya diam yang dapat ia lakukan saat ini.

*****

            Jiyeol turun dari mobil Yunho, tapi bukan di halte bis melainkan di tempat parkir mobil kampus. Awalnya Yunho sudah berhenti di depan halte tapi Jiyeol malah mengerutkan dahi dan bertanya, “kenapa berhenti? Parkir mobil masih jauh kan?”, begitu kata Jiyeol. Tapi dalam hati, Yunho senang melihat Jiyeol yang seperti ini, sejak tadi Yunho menjemputnya di rumah, Jiyeol terus saja tersenyum. ‘apa yang dia pikirkan yaa?’ Tanya Yunho dalam hati.

“wah wah wah.. seorang yeoja cantik keluar dari mobil Yunho. Tidak biasa-biasanya kan”, ucap Junsu meledek. Changmin hanya mengangguk-angguk.

“Ya! Tidak usah meledek seperti itu”, pukul Jiyeol tepat di lengan Junsu. Yang dipukul berpura-pura kesakitan. “sepertinya hari ini, kampus akan terasa sepi yaa”, tambah Jaejoong meledek Jiyeol yang sekarang sudah bersiap memukulnya dengan buku setebal 5cm.

“haha.. aku hanya bercanda. Khaja kita masuk, mata kuliah hampir dimulai”, Jaejoong berjalan cepat mendahului Yunho dan Jiyeol.

“tetaplah tersenyum seperti itu, kau terlihat lebih cantik”, ucap Yunho dengan wajah yang bersemu malu lalu melangkah cepat menyusul Jae, Junsu dan Changmin.

‘aku akan melakukannya untukmu Yun’ batin Jiyeol.

*****

            Sudah beberapa hari ini Jiyeol dan Yunho selalu pergi bersama. Walaupun Yunho tidak ada jam mata kuliah yang sama dengan Jiyeol, dia selalu mengantar Jiyeol dan menjemput Jiyeol. Setelah itu mereka pasti akan berjalan-jalan berdua, kemanapun itu.

“ternyata kau benar-benar melepas cincin itu?”, Tanya Yunho lalu meneguk air mineral yang ada di tangannya. “wae?”, Tanya Jiyeol singkat masih sibuk melihat bunga-bunga yang tumbuh di sekitar taman.

“aniyo. Apa itu artinya kau tidak memilih antara aku atau Yoochun?”, Tanya Yunho membuat Jiyeol menoleh ke arahnya.

“maksudmu apa? Kau juga pasti tahu, aku tidak akan memilih Yoochun. Bahkan kau sendiri yang bersedia membuang kenangan-kenanganku dengannya”, raut wajah Jiyeol kesal.

“haha.. ternyata kau masih saja galak. Aku kira kau akan selalu tersenyum untukku”, sindir Yunho. Selama Yunho memujinya waktu itu, Jiyeol selalu tersenyum dihadapan Yunho dan baru kali ini dia memasang raut wajah galak.

“ekhm.. ne mianhe, itu juga gara-gara kau yang membuatku marah. Aku janji tidak akan seperti itu lagi”, Jiyeol tersenyum mengakhiri kata-katanya.

Dan selama beberapa hari ini pula, Jiyeol selalu mengikuti kata-kata Yunho, jika Yunho memasang wajah marah padanya, Jiyeol langsung meminta maaf walaupun dia tidak tahu apa kesalahannya.

“hmm.. berarti apa tandanya kau juga tidak memilihku?”, Yunho bertanya dengan suara pelan, berharap Jiyeol tidak mendengar. Tapi sepertinya telinga Jiyeol sangat peka dengan suara Yunho.

“apa aku harus menjawabnya juga? Percuma saja jika aku memilihmu tapi kau tidak mau, itu hanya membuatku malu”, Jiyeol meninggalkan Yunho yang masih tersenyum-senyum tidak jelas.

“berarti jika aku memberikan ini padamu, kau akan menerimaku?”, Yunho menyodorkan sebuah kalung berinisial YJ pada bandul kalung itu. Tapi Jiyeol hanya menatap kalung itu tanpa berniat mengambilnya.

“ya memang bukan barang mahal, tapi jika kau tidak -”

“tentu saja aku mau”, Jiyeol mengambil kalung itu dari tangan Yunho dengan gerakan yang sangat cepat sekali. “aigo, neo jeongmal…”

“tapi inisial ini bukan berarti Yunho Jaejoong kan?”, Tanya Jiyeol dengan tampang polosnya. “Ya! Kau kira aku tidak waras. Aish…”, Yunho menatap Jiyeol tidak percaya bahwa Jiyeol akan berpikir seperti itu. Dia bahkan tidak ingat jika inisial J itu bisa melambangkan Jaejoong juga.

“hahahaha… aku hanya bercanda chagi~”, uupss sepertinya Jiyeol keceplosan. “ekhm.. kau sudah berani memanggilku seperti itu ya? Tandanya kau juga menyukaiku kan?”, ledek Yunho.

“Yaaaa… jika kau memberikan ini padaku, itu berarti kau menyukaiku lebih dulu yaa? Sejak kapan kau menyukaiku? Hayo.. jujur padaku?”, desak Jiyeol pada Yunho yang salah tingkah. “itu….”

            Sebelum Yunho menjawab, sebuah ciuman hangat mendarat di pipi Yunho. ‘CUP’. “saranghae Yunho~yaa”, kata-kata itulah yang selalu Yunho inginkan keluar dari mulut Jiyeol. Pelukan hangatpun merasuk pada diri Yunho. Yunho hanya bisa membalas pelukan Jiyeol dan membisikkan sesuatu di telinga Jiyeol, “Nado Saranghae Jiyeol~aa”.

~End~

0 komentar:

Posting Komentar