Akhirnya setelah sekian lama FF ini lumutan, sekarang selesai jugaa..
Ya walaupun gak bagus2 amat tapi setidaknya cukup membuatku senang ^^
-------------------
Part 8~
Jiyeol
menatap keluar jendela, cuaca sore ini sangat mendung. Sama dengan suasana
hatinya saat ini. Setelah beberapa jam yang lalu, mendapati kenyataan bahwa
Yoochun masih mencintai Hara, Jiyeol hanya melamun. Berfikir.
“ekhm..”, suara berat yang sangat khas sekali terdengar.
Jiyeol tahu siapa dia. “apa kau akan terus melamun?”, Tanya Yunho yang sekarang
sedang menatap foto Jiyeol dan Yoochun. ‘mungkin
aku lebih pantas berada disamping Jiyeol’ pikir Yunho sambil tersenyum
sendiri.
“kenapa? Apa aku terlihat lebih gemuk di foto itu?”,
Tanya Jiyeol menatap Yunho sinis. Yunho kaget, senyumnya tiba-tiba pudar. “aniyo”,
jawabnya.
“sudahlah tidak usah sedih ter-” “siapa bilang aku
sedih? Kau jangan sok tahu”, sewot Jiyeol memotong omongan Yunho. “tidak sedih
tapi selalu memikirkannya”, sindir Yunho. Jiyeol hanya diam.
“ya sudah istirahatlah, jangan terlalu banyak
pikiran. Aku pulang dulu ne”, Yunho tersenyum lalu keluar dari kamar Jiyeol. “belum
pernah aku melihat senyum semanis itu dari Yunho”, Jiyeol tersenyum senang.
*****
“bagaimana eonni? Apa dia baik-baik saja?”, Tanya
Jihye. Sekarang Yunho dan Jihye sudah dalam perjalanan pulang. “ya lumayan membaik”,
jawab Yunho masih fokus menyetir.
“aku rasa Yoochun hyung benar-benar keterlaluan”,
komentar Jihye. “kau tidak usah terlalu banyak berkomentar urusan orang
dewasa”, itu seperti bukan nasihat melainkan perintah.
“oke oke. Tapi bagaimana denganmu oppa? Apa kau akan
meneruskan pertunangan ini?”, Tanya Jihye tepat sasaran. Itulah yang menjadi
beban pikiran Yunho saat ini. “kau tidak perlu tahu urusanku”, tegas Yunho.
Jihye hanya mencibir dalam hati.
*****
Pertanyaan
Jihye masih terngiang di telinga Yunho. ‘apa
yang akan aku lakukan selanjutnya?’ batin Yunho bingung. “aish, kenapa
semua jadi seperti ini? Ini membuatku pusing”, Yunho memijat-mijat kepalanya
yang sedikit berat.
Drrt.. Drrt.. Drrt..
Tertulis
‘Jiyeol~aa’ di layar handphone Yunho. ‘untuk
apa Jiyeol menelponku?’ pikir Yunho sembari mengangkat teleponnya.
“yeoboseyo”, Yunho memulai percakapan. “Ne, apa kau
sibuk malam ini?”, Tanya Jiyeol diseberang telepon. “hmm.. ani. Waeyo?”, Yunho
balik bertanya. “jemput aku pukul 7 nanti, aku ingin pergi berjalan-jalan”,
jelas Jiyeol.
Yunho
mengernyitkan dahi tanda bingung dengan sikap Jiyeol saat ini, biasanya
suaranya tidak lepas dari kata-kata amarah tapi sekarang suara itu berubah
menjadi lemah. Yunho tampak berpikir tapi lalu mengiyakan juga.
#Taman Air
Mancur#
“kau masih menyukai Hara?”, Tanya Jiyeol tiba-tiba
membuat Yunho kaget. “kau pasti senang kan bisa bertemu dengannya lagi?”, Tanya
Jiyeol tanpa menunggu jawaban dari Yunho.
“Hara, nama yang cantik seperti orangnya yang juga
sangat cantik. Lemah lembut, baik dan yang pasti tidak suka marah-marah”, jelas
Jiyeol tertawa getir. “pantas saja kalian meny-”
“ternyata kau juga sok tahu kan?”, potong Yunho.
“maksudmu?”, Tanya Jiyeol tak mengerti. “siapa bilang aku menyukainya? Siapa
bilang aku senang?”, Tanya Yunho dengan senyuman mengejeknya.
“jujur saja padaku Yun, aku tahu semuanya”, Jiyeol
tidak kalah sinis. “tahu apa? Jangan bilang kau cemburu ketika aku dekat lagi
dengan Hara?”, Yunho hanya berniat bercanda tapi…
“iya memang aku cemburu ketika melihat kau bersama
dengan Hara. Tertawa bersama. Aku? Aku mana pernah tertawa denganmu, yang ada
hanya kata-kata umpatan diantara kita. Amarah yang meledak-ledak. Iya kan?”,
Tanya Jiyeol pada Yunho.
“aku tahu kau hanya bercanda Jiyeol~aa, mungkin itu
karena efek kau sedang merasa kesal pada Yoochun. Sebenarnya Yoochun itu-”
“apa? Yoochun setia? Baik? Sepertinya apa yang kau
bicarakan tentang sahabatmu itu tidak benar. Dimataku Yoochun adalah namja yang
paling menyebalkan”, lagi-lagi Jiyeol memotong kata-kata Yunho.
“bukankah aku namja yang paling menyebalkan? Kenapa
sekarang berubah?”. “ya, memang kau menyebalkan. Tapi itu dulu sebelum aku tahu
bahwa kau adalah orang yang baik hati, selalu mengalah demi sahabat, dan bukan
orang yang pendendam. Ibu benar-benar tepat memilihmu menjadi calon
menantunya”, cerita Jiyeol panjang lebar diakhiri tetesan airmata penyesalan.
“uljima”, satu kata itu keluar dari mulut Yunho.
Yunho sama sekali tidak ingin melihat Jiyeol menangis lagi di depannya. Yunho mengusap
airmata yang jatuh ke pipi Jiyeol dengan ibu jarinya.
“kau pantas mendapatkan yeoja yang baik Yun”, Jiyeol
menatap Yunho dengan tatapan sedih seakan tidak rela mengucapkan kata-kata itu.
“mungkin aku juga sudah seharusnya melepaskan cincin ini”, Jiyeol menatap
cincin tunangannya yang masih terpasang di jari manis Jiyeol.
Yunho
tidak tahu harus berkata apa, dia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Baru kali
ini, dia menjadi sosok namja yang tidak tahu harus memutuskan apa, hanya diam
yang dapat ia lakukan saat ini.
*****
Jiyeol
turun dari mobil Yunho, tapi bukan di halte bis melainkan di tempat parkir
mobil kampus. Awalnya Yunho sudah berhenti di depan halte tapi Jiyeol malah
mengerutkan dahi dan bertanya, “kenapa berhenti? Parkir mobil masih jauh kan?”,
begitu kata Jiyeol. Tapi dalam hati, Yunho senang melihat Jiyeol yang seperti
ini, sejak tadi Yunho menjemputnya di rumah, Jiyeol terus saja tersenyum. ‘apa yang dia pikirkan yaa?’ Tanya Yunho
dalam hati.
“wah wah wah.. seorang yeoja cantik keluar dari
mobil Yunho. Tidak biasa-biasanya kan”, ucap Junsu meledek. Changmin hanya
mengangguk-angguk.
“Ya! Tidak usah meledek seperti itu”, pukul Jiyeol
tepat di lengan Junsu. Yang dipukul berpura-pura kesakitan. “sepertinya hari
ini, kampus akan terasa sepi yaa”, tambah Jaejoong meledek Jiyeol yang sekarang
sudah bersiap memukulnya dengan buku setebal 5cm.
“haha.. aku hanya bercanda. Khaja kita masuk, mata kuliah hampir dimulai”, Jaejoong berjalan cepat mendahului Yunho dan Jiyeol.
“tetaplah tersenyum seperti itu, kau terlihat lebih
cantik”, ucap Yunho dengan wajah yang bersemu malu lalu melangkah cepat
menyusul Jae, Junsu dan Changmin.
‘aku akan
melakukannya untukmu Yun’ batin Jiyeol.
*****
Sudah
beberapa hari ini Jiyeol dan Yunho selalu pergi bersama. Walaupun Yunho tidak
ada jam mata kuliah yang sama dengan Jiyeol, dia selalu mengantar Jiyeol dan
menjemput Jiyeol. Setelah itu mereka pasti akan berjalan-jalan berdua,
kemanapun itu.
“ternyata kau benar-benar melepas cincin itu?”,
Tanya Yunho lalu meneguk air mineral yang ada di tangannya. “wae?”, Tanya
Jiyeol singkat masih sibuk melihat bunga-bunga yang tumbuh di sekitar taman.
“aniyo. Apa itu artinya kau tidak memilih antara aku
atau Yoochun?”, Tanya Yunho membuat Jiyeol menoleh ke arahnya.
“maksudmu apa? Kau juga pasti tahu, aku tidak akan
memilih Yoochun. Bahkan kau sendiri yang bersedia membuang kenangan-kenanganku
dengannya”, raut wajah Jiyeol kesal.
“haha.. ternyata kau masih saja galak. Aku kira kau
akan selalu tersenyum untukku”, sindir Yunho. Selama Yunho memujinya waktu itu,
Jiyeol selalu tersenyum dihadapan Yunho dan baru kali ini dia memasang raut
wajah galak.
“ekhm.. ne mianhe, itu juga gara-gara kau yang
membuatku marah. Aku janji tidak akan seperti itu lagi”, Jiyeol tersenyum
mengakhiri kata-katanya.
Dan selama beberapa hari ini pula, Jiyeol selalu
mengikuti kata-kata Yunho, jika Yunho memasang wajah marah padanya, Jiyeol
langsung meminta maaf walaupun dia tidak tahu apa kesalahannya.
“hmm.. berarti apa tandanya kau juga tidak
memilihku?”, Yunho bertanya dengan suara pelan, berharap Jiyeol tidak
mendengar. Tapi sepertinya telinga Jiyeol sangat peka dengan suara Yunho.
“apa aku harus menjawabnya juga? Percuma saja jika
aku memilihmu tapi kau tidak mau, itu hanya membuatku malu”, Jiyeol
meninggalkan Yunho yang masih tersenyum-senyum tidak jelas.
“berarti jika aku memberikan ini padamu, kau akan
menerimaku?”, Yunho menyodorkan sebuah kalung berinisial YJ pada bandul kalung
itu. Tapi Jiyeol hanya menatap kalung itu tanpa berniat mengambilnya.
“ya memang bukan barang mahal, tapi jika kau tidak
-”
“tentu saja aku mau”, Jiyeol mengambil kalung itu
dari tangan Yunho dengan gerakan yang sangat cepat sekali. “aigo, neo
jeongmal…”
“tapi inisial ini bukan berarti Yunho Jaejoong
kan?”, Tanya Jiyeol dengan tampang polosnya. “Ya! Kau kira aku tidak waras.
Aish…”, Yunho menatap Jiyeol tidak percaya bahwa Jiyeol akan berpikir seperti
itu. Dia bahkan tidak ingat jika inisial J itu bisa melambangkan Jaejoong juga.
“hahahaha… aku hanya bercanda chagi~”, uupss
sepertinya Jiyeol keceplosan. “ekhm.. kau sudah berani memanggilku seperti itu
ya? Tandanya kau juga menyukaiku kan?”, ledek Yunho.
“Yaaaa… jika kau memberikan ini padaku, itu berarti
kau menyukaiku lebih dulu yaa? Sejak kapan kau menyukaiku? Hayo.. jujur
padaku?”, desak Jiyeol pada Yunho yang salah tingkah. “itu….”
Sebelum
Yunho menjawab, sebuah ciuman hangat mendarat di pipi Yunho. ‘CUP’. “saranghae Yunho~yaa”, kata-kata
itulah yang selalu Yunho inginkan keluar dari mulut Jiyeol. Pelukan hangatpun
merasuk pada diri Yunho. Yunho hanya bisa membalas pelukan Jiyeol dan
membisikkan sesuatu di telinga Jiyeol, “Nado Saranghae Jiyeol~aa”.
~End~
0 komentar:
Posting Komentar