Cerita gaje ada lagi .. ^^
Langsung ke TKP >>>
“iya,
kau harus membuat design seperti ini dulu, baru bisa melanjutkan yang ini”,
ucap Jiyeol -Asisten Dosen- semester 3 jurusan Manajemen Informatika yang saat
ini mengajar perdana di kelas sahabatnya.
“Jiyeol”,
panggil Han seonsaengnim -Dosen-.
“ye
seonsaengnim”, Jiyeol menghampiri Han seonsaengnim yang berada di meja dosen.
“aku
ke toilet sebentar ne”, Han seongsaengnim izin pergi keluar dan menitipkan
tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswanya.
“oh
ne”, Jiyeol mengangguk dan tersenyum.
*****
“aish,
kenapa aku harus terlambat??”, tanya namja bertubuh tegap itu pada saudaranya
yang ada di seberang telepon.
“kenapa bertanya padaku? Salahmu sendiri
bangun kesiangan”, ucap namja seberang itu kesal.
“seharusnya
kau membangunkanku”, marahnya lagi.
“aahhh
sudahlah, aku masuk dulu. Nan-”,
BRUK!!
Belum sempat Ia menutup telponnya, Ia
sudah menabrak yoeja di dalam kelas.
“gwaenchana??
Gwaenchana??”, suasana yang hening dan tampak serius seketika berubah menjadi
gaduh.
“aku
tidak apa-apa”, jawab yeoja itu sedikit kesakitan karena terjatuh di lantai
cukup keras.
“ayo
aku bantu berdiri”, Yulim –Mahasiswi- membantu asisten dosennya itu untuk
berdiri.
“gomawo.
Kalian boleh duduk kembali”, ucapnya.
“dan
kau-”
“mianhe,
aku menabrakmu. Mianhe aku terlambat”, ucap namja tegap itu memotong kata-kata
asisten dosen barunya.
“terlambat?
Kelas ini sudah di mulai 1 jam yang lalu, apa itu bisa kau sebut dengan
terlambat?”, tanya Jiyeol, asisten dosen baru itu kesal.
“jalanan
macet, aku tidak bisa berbuat apa-apa”, jawab namja itu lagi santai.
“jika
kau sudah tahu akan macet, kau bisa berangkat lebih awal kan?”, Jiyeol tidak
bisa menahan kemarahannya pagi ini.
“Ya!
aku sudah meminta maaf, kenapa kau masih marah-marah?”, namja itu juga marah
pada Jiyeol, dia tidak terima dipermalukan di depan teman-temannya.
“sudah
terlambat, menabrak orang, lalu sekarang marah-marah. Apa itu pantas? Siapa
namamu?”, tanya Jiyeol gerah.
“Jung
Yunho. Waeyo?”, jawab Yunho ketus.
“ada
apa ini?”, tiba-tiba saja Han seonsaengnim masuk ke dalam kelas. Jiyeol dan
Yunho terdiam, begitu juga dengan teman-temannya yang mendadak terpaku sejenak
melihat kedua orang itu bertengkar.
“begini
seonsaengnim, dia terlambat tapi masih ingin masuk ke dalam kelas. Sedangkan
peraturan di kampus ini, terlambat 15 menit, tidak diperbolehkan masuk”, jelas
Jiyeol.
“kau
bisa mengikuti mata kuliah ini tapi di luar jam. Arra?”, ucap seonsaengnim pada
Yunho.
“ne”,
Yunho hanya bisa mengangguk dan melihat wajah Jiyeol yang mencerminkan
kemenangan.
*****
“sebenarnya
siapa sih dia? Anak konglomerat? Lalu bisa seenaknya saja seperti tadi? Aish.
Menyebalkan. Sangat”, Jiyeol melampiaskan semua kemarahannya pada sahabatnya
-Yulim dan Bbunee-.
“jangan
terlalu sebal dengannya Jiyeol, bisa-bisa kau terjebak dalam cintanya”, ledek
Yulim tertawa geli.
“mwo?
Cinta? Pada orang itu? aish, Ya Tuhan semoga aku mendapatkan namja yang
paliiiiing baik dari pada namja itu”, pinta Jiyeol.
“hahaha...
sebenarnya dia namja yang baik dan pintar, hanya saja dia paling suka terlambat
karena bangun kesiangan”, jelas Bbunee.
“sepertinya
kau banyak tahu tentang namja menyebalkan itu”, ledek Jiyeol. Yang diledek pun
hanya cemberut.
“aku
harus memberi pelajaran apa padanya agar bisa disiplin? Aarrgghh… bisa-bisa aku
frustasi jika harus memberikan pelajaran tambahan padanya”, ucap Jiyeol tidak
senang.
“sabarlah!”,
hanya kata-kata itu yang bisa diucapkan oleh Yulim dan Bbunee.
KRING..
KRING.. KRING..
“sebentar
ne”, handphone Jiyeol berdering tanda ada panggilan masuk.
“yeoboseyo”,
sapa Jiyeol.
“apa benar ini nomor telepon Kim Jiyeol ?”, tanya orang diseberang sana.
“ne,
nuguseyo?”, Jiyeol balik bertanya karena dia tidak tahu siapa yang menelpon.
“I’m Jung Yunho. where are you?”, tanya
Yunho ketus dengan sok berbahasa Inggris. “di kantin. Wae?”, tanya Jiyeol tidak
kalah ketus.
“cepat kau ke perpustakaan sekarang. Jika
dalam 5 menit kau tidak sampai disini, aku akan melaporkannya pada Han
seonsaengnim”, Tuut.. Tuut..
“aish..
jincha! Aku pergi dulu!”, Jiyeol mengambil tasnya lalu pergi menuju
perpustakaan. ‘benar-benar seenaknya
sendiri’, batin Jiyeol.
*****
Di perpustakaan..
“ne,
nanti aku akan langsung kesana. Hmm. Oke”, Yunho sedang berbicara di telepon
dengan seseorang.
DUG..
Tas yeoja sudah berada di atas meja
Yunho saat ini. “hmm..nanti kita lanjutkan lagi. Asisten dosenku sudah datang”,
katanya lagi melirik Jiyeol yang sudah ada di depannya.
“duduklah!”,
Yunho mempersilahkan Jiyeol duduk di kursi depannya. Tahu bahwa yoeja di
depannya ini kelelahan,
Yunho mengambil air mineral di dalam
tasnya lalu menyuruhnya minum. “minumlah! Tenang saja aku tidak memasukkan
racun atau apapun yang mematikan!”, ucap Yunho sedikit meledek.
‘aish, sungguh sungguh
menyebalkan orang ini’ ucap Jiyeol dalam hati.
“jadi
apa yang harus aku lakukan?”, tanya Yunho. Tapi tanpa disengaja, wajah mereka
berdua sangat dekat dan hampir saja …. Mereka saling menatap satu sama lain.
Jiyeol yang menyadari akan hal itu,
langsung mengambil air mineral yang diberikan Yunho tadi lalu meminumnya dengan
cepat. Glek.. Glek.. terasa sangat
susah sekali menelan air putih itu saat ini. Yunho langsung menjauh dari
Jiyeol.
“ja..
jadi aku harus mengerjakan yang mana?”, tanya Yunho sedikit gugup sambil
membolak balikkan bukunya.
“ekhm..
kau membawa modulnya kan? Kau bisa baca pertemuan pertama lalu kau praktekkan
di laptopmu”, jawab Jiyeol menyembunyikan rasa gugupnya.
Suasana hening, tidak ada yang
bersuara, hanya suara ketikan Yunho di laptopnya. ‘serius sekali dia, berpura-pura atau memang dia bisa’ pikir
Jiyeol.
“selesai”,
Jiyeol terperangah. ‘cepat sekali atau
hanya perasaanku saja yaa’ batin Jiyeol. “silahkan lihat dulu!”, ucap Yunho
lagi sambil menyerahkan laptopnya.
Jiyeol
melihat apa yang dikerjakan Yunho, “kau juga menyelesaikan pertemuan
berikutnya?”, tanya Jiyeol. “kau pintar juga”, puji Jiyeol.
“haha..
tentu saja. Sudah selesai kan? Kalau begitu aku duluan”, Yunho mengambil laptop
yang dipegang Jiyeol tanpa aba-aba lalu beranjak pergi meninggalkan Jiyeol yang
masih shock dengan sikap Yunho barusan.
*****
“Ya!
aish, dia mau main curang denganku! Baik , aku akan membalasmu!”.
“jangan
seperti orang yang sedang stress lalu bicara sendiri Kim Junsu”, cela Jiyeol
pada saudaranya itu.
“datang-datang
sudah menghina orang seperti itu. ckckck!”, Junsu masih fokus dengan gamesnya.
“aish..
kau kemari tidak ada pekerjaan lain apa selain bermain? Ckckck”, Jiyeol masih
saja mencela Junsu.
Dalam pikirannya, ‘tidak bisa mencela Yunho, cela sajalah yang ada didepanmu sekarang’.
“kau
tidak ada pekerjaan selain mengusik konsentrasiku?”, tanya Junsu ikut kesal.
“selalu
saja membalikkan pertanyaanku”, kesal Jiyeol. Tak ada jawaban dari Junsu.
“hmm..
Su”, Jiyeol memeluk Junsu dari belakang.
“hmm”.
“aku
ingin bertanya padamu”.
“mwoga?”.
“apa
kau pernah bertengkar dengan seorang yoeja? Jika pernah, dengan siapa?”, tanya
Jiyeol beruntun.
“hmm..
bertengkar dengan seorang yoeja?”, Junsu mengulangi pertanyaan Jiyeol. Jiyeol
hanya mengangguk.
“pernah”,
jawab Junsu singkat. “dengan siapa?”, tanya Jiyeol penasaran.
“hmm..
dengan eonnimu”, Junsu tertawa kecil.
“eonni?
Siapa eonni ku? Mengarang saja”, Jiyeol mendorong tubuh Junsu ke depan.
“Jae
nuna?”, Junsu menoleh ke belakang ingin melihat reaksi Jiyeol.
“YA!!!!
itu oppa ku. Aish!”, Jiyeol cemberut.
“hahaha…
aku kira itu eonni mu. Ekhm.. memang kenapa kau bertanya seperti itu? sedang
bertengkar dengan namja?”, selidik Junsu.
“aahh..aniyo”,
Jiyeol langsung berlari ke kamarnya takut jika oppanya yang satu itu bertanya
lagi.
Ya, Kim Jaejoong adalah kakak
laki-laki Jiyeol satu-satunya, walaupun mereka lahir hanya berjarak 2 bulan
saja -mungkin tadinya mereka kembar tapi tidak jadi karena Jiyeol belum ingin
keluar dari rahim Ummanya-. Sedangkan Kim Junsu adalah saudara sepupu Jiyeol,
dia juga sebaya dengan Jaejoong dan Jiyeol.
*****
‘dia sangat pintar,
tanpa aku jelaskan pun dia sudah mengerti. Bahkan dia mengerjakan pertemuan
berikutnya sebelum dijelaskan oleh Han seonsaengnim. Hmm.. dia juga tampan,
matanya yang sedikit sipit, hidung mancung, bibirnya yang ….’
“aish,
apa yang ku pikirkaaaaannnnn!!!! Babo-yaa! Jiyeol, berhenti memikirkan namja
menyebalkan itu”, Jiyeol memukuli kepalanya sendiri tanpa ampun.
CKLEK..
“Jiyeol-a,
waeyo? Kenapa kau memukuli kepalamu?”, Jaejoong -Oppa- masuk ke kamar Jiyeol
karena curiga mendengar suara Jiyeol berteriak.
“Ya!
Oppa, jika masuk ke kamarku bisa ketuk pintu dulu kan?? Aigo—“, Jiyeol tambah
frustasi.
“aaa..
mianhe, aku takut kau melakukan hal yang tidak seharusnya kau lakukan”, cemas
Jaejoong. “musun mariya?”, tanya Jiyeol heran.
“haha..
aniyo. Ige”, Jaejoong menyerahkan kunci rumah pada Jiyeol.
“aku
ingin pergi, kemungkinan akan pulang malam. Jaga rumah baik-baik dongsaengie”,
Jaejoong mengacak-acak rambut Jiyeol kemudian pergi begitu saja.
“YA!!!!
OPPAA TIDAK BISAKAH KAU TINGGAL DI RUMAH UNTUK SEHARI?????”, teriak Jiyeol
menggelegar.
“aniyooo”,
balas Jaejoong dengan teriakan juga.
“aaarrrggghhh..
semua namja menyebalkan!”, teriak Jiyeol.
*****
“mereka
selalu saja terlambat”, ucap Yunho.
Sekarang dia sedang berada di sebuah
tempat karaoke, tempat dimana dia dan ke-empat temannya biasa bertemu untuk
menghilangkan stress dengan cara bernyanyi-nyanyi atau sekedar
berbincang-bincang.
“bukankah
kau juga sering terlambat ke kampus? aigo-”, sindir Changmin -namja bertubuh
tinggi dan agak kurus- itu yang juga saudara sepupu Yunho.
“haha..
walaupun aku telat, aku bisa mengikuti semua mata kuliah dengan baik Min”,
sombong Yunho.
“tapi
tetap saja, KAU TE LAT”, tunjuk Yoochun -namja paling cute diantara mereka-
tepat di hidung Yunho.
“aish”,
Yunho mengambil jari Yoochun -sahabat- dan berpura-pura ingin menggigitnya.
CKLEK..
“Yaaa..
yang dibicarakan akhirnya datang juga”.
“mianhe,
kami terlambat”, masuklah dua orang namja ikut bergabung bersama dengan Yunho,
Changmin dan juga Yoochun.
“gwaenchana.
Sesekali terlambat tidak masalah, asal jangan seperti Yunho yang selalu
terlambat dan berurusan dengan asisten dosen. Hahaaha”, ledek Changmin dengan
tawanya yang lepas.
“asisten
dosen? Bagaimana bisa? Ceritakan Min”, namja imut itu penasaran akan masalah
Yunho. “Ya! jangan ceritakan itu pada Junsu. dia akan terbahak-bahak mendengar
ceritamu Min”, larang Yunho.
“kau
memang selalu mencari masalah dengan siapapun”, Jaejoong menggelengkan
kepalanya.
Jaejoong dan Junsu berteman dengan
baik oleh Yunho, Changmin dan Yoochun. Pertama kali mereka bertemu yaitu tepat
di sekolah music beberapa tahun yang lalu.
*****
“modal,
hutang, piutang, aktiva.. aish, sebenarnya aku ini belajar tentang apa sih??
Aigooo-”, Jiyeol mengacak-acak rambutnya sendiri.
“aish,
oppa memang benar-benar keterlaluan. Malam begini mereka belum pulang juga??
Gggrrrrr”, Jiyeol mengambil handphonenya lalu mulai menekan nomer telepon
Jaejoong.
Di tempat Karaoke..
“yeoboseyo..
yeoboseyo”, Jaejoong mengulang salamnya beberapa kali.
Di tempat Jaejoong sangat ramai, Junsu
masih saja bernyanyi bersama dengan Yoochun. Sedangkan Yunho dan Changmin
menjahilinya.
Di kamar Jiyeol..
“OPPAAAA….”,
teriak Jiyeol kesal pada oppanya. “kenapa berisik sekali? Cepat keluar dari
tempat itu”.
“AISH, ADA APA KAU INI?”, tanya Jaejoong
dengan suara lebih keras.
“Ya!
jeongmal”, darah Jiyeol naik karena oppanya itu.
“ADA APA? HEY KIM JIYEOL!”, teriak
Jaejoong lagi.
“CEPAT
KAU PULANG SEKARANG! SEBELUM KAU KUADUKAN PADA UMMA! PUAS KAU??”, teriak Jiyeol
super duper kencang.
“aish, ya aku akan pulang setelah lagu
terakhir ini habis”, Tuuut.. tuuut..
“AAAAAAAAAAA”,
Jiyeol teriak sekencang-kencangnya. Mungkin tetangganya akan keluar dan mencari
tahu siapa yang berteriak.
*****
Hari ini, Jiyeol ada mata kuliah
pagi, tapi pagi ini kelihatan tidak bersemangat untuk berangkat kuliah. ‘inginnya tidur lagi’ kata Jiyeol. Tapi
tidak bisa, hari ini ada mata kuliah yang sangat penting. Yaitu Akuntansi.
Umma, Appa dan Jaejoong kaget melihat tampang Jiyeol yang kumal dan tak
bergairah.
“Ya..
ya! kau ingin pergi kuliah atau ingin pergi ke ladang? kumal sekali”, sindir
Jaejoong.
“Jiyeol-a,
apa kau tidak berdandan hari ini? kau tidak sisiran atau memakai make up
sedikitpun? Kau juga tampak pucat”, tanya Appa Jiyeol.
Yang ditanya hanya cemberut, mukanya
ditekuk, lalu duduk di kursi meja makan tanpa bersemangat.
“anak
umma kenapa? Kau sakit?”, tanya Umma Jiyeol mengelus rambut anak gadisnya itu.
Jiyeol hanya menggeleng tanpa membuka suaranya.
“lalu
kenapa?”, tanya Appa khawatir.
“aniyo,
aku hanya pusing. Kepalaku berat sekali”, jawab Jiyeol lemas.
“memang
dikepalamu ada batu?”, ledek Jae lagi dan mendapat jitakan gratis dari ummanya.
“ummaaa”, Jae mengelus kepalanya.
“ya
sudah tidak usah dipaksakan Jiyeol, kau istirahat saja dulu. Masalah catatan,
kau bisa bertanya pada temanmu kan?”, usul umma.
“kundae..”,
“sekarang
kau sarapan lalu pergi lagi ke kamarmu, istirahat ne”, perintah umma.
Jiyeol hanya mengangguk lemah, tidak
bisa berkata apa-apa lagi.
“Hmm..
enak sekali tidak kuliah”, bisik Jaejoong di telinga Jiyeol. Jiyeol hanya
menatap Jaejoong tajam.
“umma,
appa aku berangkat”, pamit Jaejoong setelah mendapatkan tatapan seram dari
dongsaeng satu-satunya itu. ‘awas kau
oppa’ batin Jiyeol mengancam.
*****
“tidak
ada alasan lagi untuk terlambat”, ucap Changmin pada Yunho. Pagi ini, Changmin
berangkat bersama dengan Yunho ke kampus. semalam dia menginap di rumah Yunho.
“ne,
Changmin-ssi”, ucap Yunho formal. “ini”, Yunho melempar kunci mobil ke arah
Changmin.
“mwoga?”
“kau
bawa mobilku, aku masih mengantuk. Hoamh. Nanti kau bawa saja mobilku ke
kampusmu”, ucap Yunho lagi lalu mengambil tempat untuk tidur di dalam mobil.
“hmm..
baiklah. aku yang menyetir”, senyum Changmin mengembang.
‘jarang
kan aku membawa mobil ke kampus, bersombong sedikit tidak apalah’
pikir Changmin.
Sesampainya di kampus Yunho…
“Ya!
tukang tidur! Ireona. Sudah sampai di kampusmu”, Changmin berusaha membangunkan
si tukang tidur itu tapi tetap saja tidak bangun-bangun.
“aish,
aku harus membangunkan dengan cara apalagi??”, Changmin putus asa.
“aha!!
Ekhm… Ya! Jung Yunho.. lihat itu ada asisten dosen yang kemarin memarahimu. Dia
datang kemari”, teriak Changmin menggoyangkan tubuh Yunho.
“aaahhh..
jincha?? Jeongmal? Aish. Kenapa wanita itu mengikutiku?”, panik Yunho dari
tidurnya lalu berusaha merapihkan rambutnya yang berantakan dan juga
pakaiannya.
“hahahaha…”,
Changmin tertawa lepas, tanpa ada hambatan. Sedang Yunho bingung melihat
tingkah Changmin.
“Ya!
kau membohongiku!! Aish. Kau ini!”, Yunho memukul bahu Changmin berkali-kali.
“aku
akan memakai senjata asisten dosenmu itu untuk membangunkanmu hahahaha”, tawa
Changmin semakin lepas.
“aish!
Jaga mobilku dengan baik”, ucap Yunho lalu pergi meninggalkan Changmin yang
masih tertawa.
*****
“dasar
Changmin! bisa-bisanya dia melakukan hal itu padaku? Memalukan!”, Yunho berbicara
sendiri.
“tapi
kenapa aku bisa bangun ketika mendengar asisten dosen itu ya? ckckck”.
“hey
yunho!”.
“seperti
ada yang memanggilku. Jangan-jangan asisten dosen itu!”, pikir Yunho.
“Ya!
aku memanggilmu”, yeoja yang memanggil Yunho menepuk bahunya.
“Ya!”,
baru saja ingin marah-marah, tapi ketika dilihat siapa yang memanggilnya, Yunho
tidak jadi marah.
“aaahhh…
kalian? Ada apa?”, tanya Yunho ramah.
“kau
pikir siapa yang memanggilmu?”, tanya Bbunne menaik turunkan alisnya.
“aniyo.
Ada apa? tumben sekali memanggilku?”, Yunho mengalihkan pembicaraan.
“tidak,
aku hanya ingin bertanya kau apakan teman kami sampai dia jatuh sakit?”, tanya
Yulim serius.
“teman
kalian? Nugu? Apa yang aku lakukan?”, Yunho heran mendengar pertanyaan dari
kedua temannya itu. “Jiyeol”, jawab Bbunee singkat.
“Jiyeol?
Nu.. oh.. Kim Jiyeol, asisten dosen itu. aaahh mianhe, aku lupa nama aslinya.
Aku tidak melakukan apapun. Kemarin aku memang bertemu dengannya, ada mata
kuliah pengganti. Memangnya kau pikir aku mengapakannya? aish”, jelas Yunho.
“aku
curiga padamu, karena hari ini Jiyeol tidak masuk. Mungkin saja itu ulahmu
kan”, sindir Yulim.
“jangan
suka menuduh orang sembarangan nona. Aigo-”, Yunho kesal lalu pergi dari Yulim
dan Bbunee.
“aish
anak itu”, umpat Yulim.
*****
“kenapa
hari ini semua orang membuatku kesal? Changmin mengerjaiku dengan asisten dosen
itu. tadi, Yulim dan Bbunee menuduhku melakukan yang tidak-tidak pada asisten
dosen itu. aigo- kenapa semuanya harus disangkutpautkan dengan asisten itu??”,
Yunho memikirkan hal tentang Jiyeol.
“tapi,
apa benar karena aku Jiyeol tidak masuk? Apa mungkin dia lelah karena berlari
dari kantin sampai perpustakaan? Aarrghh.. lemah sekali dia”, pikiran Yunho
mulai tertuju pada satu nama yaitu Jiyeol.
Di kamar Jiyeol…
“aish,
hari ini kuis kan? Otte?? Huhu. Aku kehilangan nilaiku hanya gara-gara frustasi
yang berkepanjangan ini. semua karena namja!”, kesal Jiyeol.
KRING..
KRING.. KRING..
“siapa
ya? sepertinya aku pernah melihat nomer ini?”, pikir Jiyeol.
“hmm..
yeoboseyo”
“yeoboseyo Kim Jiyeol”, jawab orang diseberang
sana yang ternyata ..
“Yunho??”,
tebak Jiyeol.
“ternyata kau masih ingat dengan suaraku yang
ekhm seksi ini”, sombong Yunho.
“hahaha..
seksi? Jangan memuji dirimu sendiri Jung Yunho”, kesal Jiyeol.
“sedang sakit tapi tetap bisa berkata sinis
ne”, sindir Yunho.
“darimana
kau tahu aku sakit?”, tanya Jiyeol heran.
“tentunya dari temanmu Yulim dan Bbunee. Kau tahu, mereka menuduhku melakukan hal
yang membuatmu tidak bisa masuk sekarang. Itu namanya pencemaran nama baik.
Arra?”, jelas Yunho dengan nada suara serius.
“tapi apa karena kau berlari-lari dari kantin
ke perpustakaan lalu kau jatuh sakit? Sungguh lemah sekali dirimu”, cela
Yunho, “Ya! Aku-”
“sudahlah, bilang pada temanmu, jangan pernah
menuduh orang sembarangan” Tuut.. tuuut..
“Ya!
dia benar-benar tidak sopan. Dasar namja sombong!”, umpat Jiyeol kesal.
“jika
begini terus, aku akan tambah stress”
“Yulim..
bicara apa dia dengan Yunho? gggrrr”. Jiyeol akhirnya menelfon Yulim.
“yeoboseyo”, sapa Yulim dari seberang.
“kau
bicara apa dengan Yunho?”, tanya Jiyeol to the point.
“ya, kau ini bukannya beri salam terlebih
dulu”, protes Yulim.
“aigo-
kau ini tidak tahu ya? aku sedang stress, jadi jangan menambah stress ku
Yulim”, Jiyeol mulai jengkel.
“Oke oke.. aku hanya curiga pada Yunho, jadi
aku bertanya saja kenapa kau bisa sakit. Itu saja”, jelas Yulim takut.
“kenapa
bertanya.. aish, kau jeongmal! Ya sudahlah lupakan!”, Jiyeol mencoba untuk
sabar.
“hehehe..mianhe Jiyeol-a. oiya, aku ingin
meminjamkan catatan pada temanmu. Tapi aku kan tidak tahu nama temanmu”,
ucap Yulim.
“nanti
aku akan minta temanku untuk menemuimu. Ah satu lagi, bilang pada Jung
Yunho-ssi jangan suka menutup telefon seenaknya ”, ucap Jiyeol.
“Oke
Jiyeol”.
*****
“Yaaaa..
kenapa Jiyeol sekarang menjadi sensitive sekali dengan Yunho??”, tanya Yulim
pada Bbunee.
“hm..
entahlah”, jawab Bbunee singkat karena tidak tahu apa yang harus dijawabnya.
“aku
takut sekali ketika Jiyeol marah padaku. Aigo- menyeramkan”, ucap Yulim
bergidik ngeri.
“hahaha..kau
ini, seperti tidak tahu Jiyeol saja”, Bbunee tersenyum mengingat kejadian
ketika Jiyeol marah-marah sendiri.
Pukul 2 siang….
“Ya!
sebentar Yun, aku harus bertemu teman dulu sekarang”, ucap Changmin pada Ynho
di telefon.
“untuk apa? penting sekali memang?”,
tanya Yunho yang sekarang sedang menunggu Changmin di halte kampus.
“penting!
Lagipula aku mau ke gedung kampusmu, jadi nanti sekalian aku menjemputmu”,
jelas Changmin. Changmin dan Yunho memang satu kampus, hanya saja mereka
mengambil fakultas yang berbeda, maka dari itu gedung kampus mereka pun
berbeda.
“aish, ya sudah cepat kalau begitu”,
Yunho mematikan telefonnya.
“namja
itu memang sangat cerewet”, umpat Changmin memarahi handphonenya.
Sampainya di gedung kampus Yunho…
“aish,
dimana mereka? Katanya menunggu di gerbang kampus. aish.. panas sekali”, omel
Changmin.
“aaahh..mian,
apa kau benar Changmin?”, tanya 2 orang yeoja pada Changmin.
‘apa ini orangnya? Satu
orang yeoja berpakaian feminine dan satu lagi agak sedikit sporty?’
tanya Changmin pada dirinya sendiri.
“ne,
aku Changmin. kalian?”, tanya Changmin.
“aku
Bbunee dan ini Yulim. Kami temannya Jiyeol”, jawab Bbunee.
“aaaahhh…
kurae, ini buku catatanku. Tadi Jiyeol menyuruhku untuk memberikan ini pada
kalian”, Changmin memberikan buku catatannya pada Bbunee.
“ne,
kalau begitu aku ambil. Nanti akan kuberikan pada Jiyeol”, ucap Bbunee.
“kalau
begitu terima kasih, aku pergi duluan ne”, Changmin pamit undur diri.
“tampannya”,
satu kata keluar dari mulut Yulim.
“tidak
lain, tidak bukan, kau pasti berkata seperti itu. ckckck”, Bbunee sudah tahu kebiasaan
Yulim ketika melihat namja tampan.
*****
“lama
sekali, kau tidak tahu aku sudah menjadi udang panggang hari ini”, omel Yunho.
sekarang dia sudah di dalam mobil.
“ne,
mianhe”, Changmin sedang tak ingin berdebat dengan saudaranya itu.
“memang
kau bertemu siapa sih? Yeoja?”, tanya Yunho menyelidik.
“ne,
yeoja. Waeyo? Ada masalah?”, Changmin kesal.
“hahaha…
begitu saja marah. Siapa namanya? Mungkin saja aku kenal”, tanya Yunho ingin
tahu.
“lagipula
bukan siapa-siapaku, aku saja baru kenal dengan mereka. Namanya Bbunee dan
Yulim. Mereka temannya temanku”, Changmin menjelaskan tapi masih fokus dengan
jalan yang dilaluinya.
Sedangkan Yunho, memasang tampang kaget
dan tidak percaya dengan apa yang barusan Changmin katakan. Dan dia sudah bisa
menebak temannya Changmin itu.
“Bbunee
dan juga Yulim?”, tanya Yunho memastikan.
“ne,
kau kenal?”, Changmin balik bertanya. “apa nama temanmu itu Jiyeol, Kim
Jiyeol?”
Ciiiiittttt…..
Changmin mengerem mendadak karena kaget -lebay- . alhasil dia harus
meminggirkan mobilnya dulu.
“kau
tahu darimana? Setahu ku, dia tidak terkenal sampai di gedung kampus I”, tanya
Changmin mengedipkan matanya berkali-kali.
“apa
kau tidak tahu?”, tanya Yunho lagi membuat Changmin penasaran.
“tahu
apa?”
“dia
adalah .. aish, harus kah aku mengatakan ini padamu?”, Yunho menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Ya!
kau ini membuatku penasaran”, Changmin kesal.
“dia
adalah asisten dosen itu”. HENING.
SUNYI.
“hahaha……
Jiyeol asisten dosenmu?? Hahaha.. tapi bagaimana bisa?”, Changmin tertawa
terbahak-bahak, tidak percaya apa yang dikatakan Yunho barusan.
“bagaimana
dia bisa memarahiku? Itu maksudmu? Puas kau hah?”, Yunho tampak kesal dengan
sikap Changmin.
“haahaha..
itu yang aku pertanyakan. Tapi pertanyaan pertamaku adalah, sejak kapan dia
menjadi asisten dosen? Ya! kenapa dia tidak bilang padaku. Harusnya aku juga
menjadi asisten dosenkan? Aish..”, omel Changmin entah pada siapa.
“aaaahhh…
sudah-sudah jangan membicarakannya! Aku tidak tahan mendengar namanya”, Yunho
mungkin ikut menjadi stress seperti Jiyeol.
*****
Jiyeol dan Changmin memang satu
kelas, bisa dikatakan mereka adalah teman baik tapi juga sama-sama saling
bersaing untuk mendapatkan nilai A. Sudah 1 tahun ini mereka saling kenal, tapi
mereka tidak pernah berbicara tentang keluarga mereka, yang mereka bicarakan
hanya mata kuliah, kuis dan sebagainya. Maka dari itu jangan aneh jika Changmin
tidak tahu bahwa Jiyeol adalah adik Jaejoong, temannya sendiri.
Tapi mungkin agak sedikit aneh,
kenapa mereka tidak tahu sama sekali tentang Jiyeol. Padahal mereka sudah
berteman bertahun-tahun lamanya. Itulah mereka, mereka tidak pernah membicarakan
yang lain kecuali tentang music.
“kenapa
kau tidak bilang padaku jika kau menjadi asisten dosen?”, tanya Changmin pada
Jiyeol. Hari ini Jiyeol sudah masuk kuliah.
“karena
aku ingin memberikanmu kejutan. Hahaha”, ledek Jiyeol.
“Ya!!
aish”, Changmin memukul kepalanya sendiri sebagai pelampiasan tidak bisa
memukul Jiyeol.
“tapi
darimana kau tahu aku menjadi asisten dosen, Yulim yang bilang padamu?”, tanya
Jiyeol.
“Yunho
yang bilang padaku”, jawab Changmin singkat.
“mwo?
Yunho? dia? Namja itu? aigo-”, Jiyeol merasakan pusing di bagian kepalanya.
“wae?
Ada ingatan yang buruk tentangnya? Haha.. aku sudah tahu semua Jiyeol-a”, tawa
Changmin.
“aish,
sudah-sudah. Aku malas mendengar namanya”
“kenapa
kau dan Yunho saling membenci? Dia kelihatan tampan kan? Iya kan?”, Changmin
berusaha menjodohkan Yunho dengan Jiyeol.
“aku
tidak dengar”, Jiyeol menutup telinganya tidak ingin mendengar celotehan
Changmin tentang Yunho.
*****
Hari ini, sehabis pulang dari kampus,
Yunho pergi menemui Jaejoong di sebuah rumah makan yang sering mereka datangi.
“kau
kenapa?”, tanya Jaejoong. Yang ditanya hanya diam, seperti sedang memikirkan
sesuatu.
“Ya!
ceritalah padaku Yun”, bujuk Jaejoong tidak tega melihat sahabatnya itu melamun
terus.
“dunia
ini sangat sempit ya..”, ucap Yunho tiba-tiba.
“yang
aku dengar memang iya Yun, waeyo?”, tanya Jaejoong lagi.
“entah
kenapa akhir-akhir ini hidupku selalu dipenuhi dengan asisten dosen itu”, Yunho
agaknya mulai sedikit bisa bercerita pada Jaejoong.
“asisten
dosen?”, Jaejoong tidak mengerti.
“ya
asisten dosen, beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengannya. Dia memarahiku
karena aku terlambat, hmm dia benar-benar sangat lucu ketika sedang marah”,
Yunho tertawa menyadari apa yang dikatakannya.
“lalu?”
“mulai
dari situlah, aku menjahilinya, aku menyuruhnya untuk naik ke lantai 3 dalam
waktu 5 menit, dia datang dengan nafas yang tersengal-sengal”, lanjut Yunho.
“hari
selanjutnya, Changmin mengerjaiku dengan alasan asisten dosen itu datang. Lalu
temannya, menuduhku berbuat sesuatu padanya sehingga menyebabkan dia sakit. Dan
lebih parahnya lagi, ternyata Changmin adalah sahabat dekatnya. Aku tidak tahu
apa yang akan terjadi selanjutnya”, cerita Yunho panjang lebar.
“apa
kau jatuh cinta padanya?”, tanya Jaejoong langsung pada tujuannya.
“mwo?
Memang jika aku memikirkannya terus, itu berarti aku jatuh cinta padanya?”,
Yunho balik bertanya.
“yang
aku dengar begitu dari orang lain, lagipula jika tidak jatuh cinta kenapa kau
selalu memikirnya. Itu aneh kan?”, jawab Jaejoong meyakinkan Yunho.
“aaahh
entahlah, aku tidak mengerti dengan perasaanku ini”
“ya
sudah, yakinkan dulu perasaanmu seperti apa padanya. Oiya, bagaimana jika sabtu
malam besok ke rumahku?”, ajak Jaejoong.
“ada
acara apa? tumben sekali kau mengajakku ke rumahmu. Bukankah selama
bertahun-tahun kita tidak pernah bermain di rumah siapapun”
“aku
ingin menunjukkan tempat dimana yang nantinya akan ku jadikan sebagai studio
music atau tempat karaoke. Otte?”
“jeongmal?
Aku setuju. Nanti aku akan beritahu yang lain”, Yunho mulai bersemangat.
“tapi
kami tidak tahu rumahmu kan?”, lanjutnya.
“kau
bisa janjian dengan Junsu di kampus dengan yang lain lalu pergi ke rumahku.
Sabtu besok aku tidak ada mata kuliah”, jelas Jaejoong.
“aaahhh..
kurae, kau memang tahu sekali apa yang kami butuhkan Jae”, puji Yunho.
*****
“Ya!!!
kenapa studio music ini harus berada di samping kamarku??”, tanya Jiyeol shock
melihat ruangan yang berisikan peralatan-peralatan music.
“aish,
tidak usah berteriak seperti. aku dengar!”, Jaejoong mendadak kesal setiap
mendengar teriakan dongsaengnya itu.
“aigo-,
kau harus memindahkannya sekarang juga”, perintah Jiyeol.
“Ya!
Ya! Kim Jiyeol, tidak ada ruangan lagi selain ini yang cocok untuk studio
musikku. Arasso?”, Jaejoong merasa ingin mencubit pipi adiknya itu.
“tapi
Oppaaaa, aku tidak bisa tenang jika kau dan teman-temanmu bermain disini
semalaman. Aku bisa gilaaaaa”, Jiyeol mempraktekkan gaya orang yang sedang
stress.
“aigo-,
ruangan ini sudah aku setting dengan baik sehingga kau tidak akan mendengar
suara dari dalam. Ya mendengar tapi tidak terlalu kencang. Sudahlah, tidak usah
mengusik hidupku dengan teriakan-teriakan yang menyebalkan itu”, jelas Jaejoong
lalu pergi, menyisakan Jiyeol yang masih frustasi dengan dunianya.
Di dapur….
“umma,
sedang apa? sibuk sekali sepertinya”, tanya Jiyeol memperhatikan ummanya yang
sedang memasak berbagai macam makanan.
“nanti
teman oppamu akan datang, jadi sekarang kau bantu umma ne”, suruh umma Jiyeol.
“aish,
shireo!”
“wae?”,
umma kaget dengan sikap anaknya yang seperti itu.
“aku
sedang marah pada oppa”, ucap Jiyeol ketus.
“sedang
marah pada oppa, tapi kenapa tidak mau membantu umma??”, umma Jiyeol tertawa
melihat tingkah kekanak-kanakkan dari anaknya itu.
“itu
sama saja memberi makan oppa kan”
“tidak
hanya untuk oppa dan juga temannya tapi untuk kita makan juga cantik”, jelas
umma Jiyeol.
“ya
ya, baiklah umma”, akhirnya Jiyeol mengiyakan perintah ummanya.
Pukul 5 sore…
“It's
Time For Love? Somebody To Love.. Onajikoiwashinai-” Ting Tong….
“Ya!
Jiyeol, tolong bukakan pintu untuk teman oppa dulu”, pinta Jaejoong, dia sedang
sibuk merapikan studio musiknya di lantai atas.
“aish,
selalu saja memerintah. Iiiiihhh”, Jiyeol menghentakkan kakinya ke lantai
karena kesal. Tapi tetap saja Ia menuruti perintah oppanya yang menyebalkan
itu.
Jiyeol berlari keluar rumah, dan
seperti tersambar petir yang sangat besar, Ia melihat sosok yang sudah tidak
asing lagi berada di depan rumahnya sekarang. 3 diantara tamu yang datang terpaku
melihat sang tuan rumah.
“ada
apa ini? kenapa semua melihat satu sama lain? Ya! ayo masuk”, Junsu menyadarkan
lamunan mereka.
“asisten
dosen”
“Jiyeol-a”
“Kim
Jiyeol”
“kalian
sudah mengenal saudaraku yang cantik ini?”, tanya Junsu sambil memeluk Jiyeol.
“saudara??”,
tanya ketiganya serempak kaget.
“Jiyeol,
kenapa temanku tidak kau suruh masuk?”, Jaejoong keluar dari dalam rumah untuk
mengecek keadaan temannya yang tak kunjung masuk ke rumah.
“ah..
ne, masuklah!”, Jiyeol terlihat gugup dan juga bingung harus berkata apa. dia
langsung masuk ke dalam rumah.
“kenapa
dia? Hmm.. ayo masuk”, Jaejoong menggiring teman-temannya masuk ke dalam rumah.
‘Ya Tuhan, apa yang
akan terjadi disini?’ tanya Yunho khawatir.
*****
“kalian
sudah datang? Ayo duduklah!”, umma Jiyeol keluar dengan membawa minuman dan
ditaruhnya di meja ruang tamu. Dan Jiyeol keluar dengan membawa makanan ringan.
“silahkan
diminum”, Jaejoong mempersilahkan mereka untuk minum tapi hening, tidak ada jawaban
atau anggukan sedikitpun.
Mereka sibuk dengan pikirannya
masing-masing.
“Ya!
Shim Changmin”, panggil Jiyeol. Changmin yang dipanggil kaget dan refleks
melihat ke arah Jiyeol. Tidak hanya Changmin tapi semua namja yang berada
disana.
“Ya!
kau sudah kenal dengan Changmin?”, tanya Jaejoong kaget.
“tentu
saja, kami adalah sahabat baik. Iya kan Changmin?”, Jiyeol memeluk Changmin.
“mwo? Kau…”, Junsu kaget Jiyeol berani memeluk Changmin.
‘aish,
berani sekali asisten itu memeluk Changmin. aaargghh’
Yunho benar-benar gelisah saat ini. entah apa yang membuat dirinya tidak suka
melihat Changmin dan Jiyeol bersama.
“tunggu,
tadi aku dengar kau bilang asisten dosen?”, tanya Jaejoong pada Yunho, tapi
Yunho masih berkutat dalam pikirannya sendiri. sedangkan Jiyeol, ‘kenapa oppa bicara tentang asisten dosen?’
pikirnya.
“Yunho”,
panggil Jaejoong. “aaahhh ne”, Yunho tersadar dari lamunannya.
“tadi
kau memanggil adikku dengan sebutan asisten dosen?”, Jaejoong tersenyum.
“mwoga??
Adik mu?”, Yunho, Yoochun dan Changmin tiba-tiba saja berdiri dari duduknya
membuat Jiyeol yang berada disampingnya kaget.
“Ya!
kenapa kalian sebegitu kagetnya sih?”, sewot Junsu melihat ketiganya terlalu
berlebihan.
“kenapa
kau Changmin?”, tanya Jaejoong mengelus dadanya karena kaget.
“aaahh
aniya”, Changmin duduk kembali.
“aku
kaget saja, ternyata Jiyeol yang selama ini menjadi temanku ternyata adik dari
sahabatku yang sudah bertahun-tahun. aigo- aku sungguh tidak menyangka Jiyeol-a”,
Changmin memukul pundak Jiyeol.
“Ya!”,
Jiyeol memukul balik Changmin dengan kekuatan penuh. Tapi Changmin malah
merangkul Jiyeol.
“lalu
kau kenapa kaget Yoochun-a?”, tanya Junsu pada sahabatnya itu.
“aku
juga kaget, karena aku bisa bertemu dengannya disini. Beberapa bulan yang lalu,
aku sempat bertemu dengannya dan juga temanku”, jawab Yoochun tertawa.
“lebih
tepatnya calon kekasih temanku oppa”, sindir Jiyeol.
“aish,
ternyata dunia ini benar-benar sempit ya Yun”, ucap Jaejoong menyalin kata-kata
Yunho beberapa hari yang lalu.
“aaahhh..
ne”, sahut Yunho.
‘aish, matilah aku.
Kenapa kemarin aku harus bercerita dengan Jaejoong’
pikir Yunho takut.
“kalau
tidak salah kemarin kau membicarakannya kan Yun?”, tanya Jaejoong lagi dan itu
membuat Yunho benar-benar tidak percaya Jaejoong akan menanyakan hal itu padanya.
‘apa
yang dikatakan Yunho pada oppa? Aku yakin pasti dia membicarakan hal-hal yang
jelek tentangku’ pikir Jiyeol berburuk sangka pada
Yunho.
“hahaha..
sudahlah Jae, lupakan!”, Yunho tertawa paksa.
“dia
pasti membicarakan sesuatu yang buruk tentangku kan oppa? Aku sudah tahu itu.
aku heran, kenapa sikapnya tidak sebaik kalian ya, padahal kalian semua sangat
baik padaku ya walaupun sedikit menyebalkan tapi dia benar-benar menyebalkan”,
jelas Jiyeol kesal lalu pergi.
“Ya!
Jiyeol! Tunggu”, teriak Jaejoong lalu menyusul Jiyeol.
Di
depan kamar Jiyeol…
“kau
bicara apa barusan? Tidak sopan!”, bentak Jaejoong.
“aku
berkata yang sesungguhnya, oppa tidak tahu kronologis ceritanya seperti itu
apa. jadi tidak usah ikut campur urusanku”, Jiyeol mulai kesal.
“apa
aku pernah mengajarkanmu seperti ini? mereka adalah temanku. Kau memang sebaya
dengan aku dan yang lain tapi kau tetap tidak pantas bicara seperti itu.
bagaimana jka dia tersinggung dengan apa yang kau bicarakan barusan? Hah?! KAU
KE TER LA LU AN”, tunjuk Jae tepat di depan wajah Jiyeol.
*****
Esoknya jadwal Jiyeol mengajar di
kelas Yunho, dia benar-benar di buat stress dengan kata-kata oppanya kemarin.
Dia terus saja memikirkan perkataan Jaejoong.
‘apa aku keterlaluan?
Apa Yunho sakit hati dengan sikapku? Aish.. kenapa aku selalu memikirkan hal
itu?’ batin Jiyeol sesak.
“kau
kenapa Jiyeol? Tidak enak badan?”, tanya Han seonsaengnim mengagetkan Jiyeol.
“ah
aniya”, jawab Jiyeol gelagapan.
“hmm
atau tidak suka ya jika bertemu dengan Yunho lagi?”, Han seonsaengnim tertawa
kecil.
“aahh-”,
Jiyeol bingung ingin berkata iya atau tidak.
“dia
memang seperti itu, tapi sebenarnya dia baik dan pintar. Dia sangat mudah
menerima mata kuliah. Kau tidak perlu menjelaskan, dia pasti sudah mengerti”,
puji seonsaengnim.
‘aish, kenapa harus memuji namja itu. pasti
sekarang Yunho tersedak jika sedang minum’ kesal Jiyeol.
Sesampainya di depan kelas, semua
mahasiswa sudah menunggu kedatangan dosen dan asisten dosennya. Mereka semua
masuk ke dalam kelas, termasuk Yunho. Hari ini, waktunya tugas dikumpulkan.
“tugas
kemarin, bisa dikumpulkan ne”, ucap Jiyeol lalu berjalan ke bangku mahasiswa
lalu mengambil kertas berisikan listing-listing tentang program.
“Ya!
Jiyeol-a, berikan aku nilai bagus ne. hehe”, pinta Yulim.
“ingin
bayar berapa?”, tanya Jiyeol. “aish kau ini!”
Ketika sampai di bangku Yunho, dengan
santainya Ia berkata, “mian, aku tidak bawa tugas hari ini”.
“mwo?
Aish jeongmal”, Jiyoel memegang kepala belakangnya. “kau tidak marah padaku?”,
tanya Yunho enteng.
“aigo-
jadi kau tidak membawa tugas hanya karena kau ingin melihatku marah? Ckckck.
Kumpulkan tugas pukul 2 siang”, ucap Jiyeol tapi tiba-tiba saja tangan Jiyeol
ditarik oleh Yunho.
“Wuuuuu”,
bisik semua teman-temannya.
“ada
apa?”, tanya Han seonsaengnim heran kenapa kelas menjadi gaduh.
“aniyo”,
jawab mereka serempak. Jiyeol menatap Yunho kesal, sedangkan Yunho hanya
tersenyum.
“lepas!”,
pinta Jiyeol. “aku ingin bicara denganmu nanti”, ucap Yunho lalu melepaskan
tangan Jiyeol. ‘aish, dia benar-benar
mencari masalah denganku’ batin Jiyeol.
*****
From : Namja Arrrgghhh
Aku menunggumu di mobil.
“aish..
dia membuatku frustasi. Mau apa sih dia?”, kesal Jiyeol lalu pergi ke tempat
parkir. Kebetulan Jiyeol masih berada di kampus Yunho. hari ini dia libur
kuliah.
Sampai di tempat parkir…
“Ya!
aku kan tidak tahu mobil Yunho. babo.”, rutuk Jiyeol. Seakan ada kontak bathin
antara Yunho dan Jiyeol. Yunho mengirimkan pesan singkat pada Jiyeol.
From : Namja Arrrgghhh
Lihat ke arah jam 9. Aku disana.
Saat itu juga Jiyeol refleks
menengok ke arah jam 9. Benar sekali, Yunho sudah menunggu di bawah pohon
rindang. Jiyeol menghela nafasnya panjang.
“ada
apa?”, tanya Jiyeol ketus. “duduk dulu saja. Percuma kan ada tempat duduk tapi
disia-siakan”, suruh Yunho dengan gayanya yang sangat keren.
“tidak
usah berbasa-basi Jung Yunho-ssi, aku masih banyak urusan”, ucap Jiyeol.
Sekarang, gantian Yunho yang menghela nafas panjang. Sedangkan Jiyeol hanya
berkacak pinggang di depan namja tampan ini.
Setelah cukup lama berdiam, tanpa
ada yang berbicara. Akhirnya Yunho buka suara.
“mian
jika selama ini aku membuat kesal. Aahh lebih tepatnya 2 minggu ini. tapi
dengan kejadian yang secara tiba-tiba ini, aku sadar selama ini aku
memikirkanmu. Ketika kita bertemu dengan cara yang salah, aku tahu Yulim Bbunee
dan bahkan saudaraku sendiri Changmin adalah teman dekatmu. Lalu Jaejoong dan
Junsu juga saudaramu, dan Yoochun temanmu juga. Semua ini mungkin kebetulan
tapi itu juga cara Tuhan untuk mempertemukan kita. Aku tidak tahu apa yang
sebenarnya ingin aku katakan. Tapi.. aku benar-benar ingin lebih dekat lagi
denganmu. Hahaha.. mianhe jika kau tak suka”, Yunho lega dengan apa yang sudah
ia katakan.
Tapi tidak ada sahutan dari Jiyeol. “kau
bisa kembali lagi meneruskan pekerjaanmu”, lanjut Yunho menatap Jiyeol yang
sekarang sibuk dengan pikirannya sendiri.
“aahh
ini, kertas tugasku”, sambung Yunho menyerahkan kertas itu pada Jiyeol.
Tanpa
kata-kata, Jiyeol mengambil kertas itu dari tangan Yunho lalu berjalan cepat
meninggalkan Yunho. “huft, aku bisa bernafas dengan lega sekarang”, ucapnya
pada diri sendiri.
*****
“apa
benar intinya dia menyukaiku?”, tanya Jiyeol. Sejak tadi ia masih memikirkan
ucapan Yunho. dia berjalan mondar mandir sambil terkadang menghentakkan kakinya
ke lantai, atau menjambak rambut panjangnya itu dengan kasar.
“ya,
kenapa anak itu? menyiksa dirinya sendiri”, Jaejoong melihat adiknya yang
sedang memukuli kepalanya.
“sedang
apa kau?”, tanya Jaejoong mengagetkan Jiyeol.
“Haa..
aish kau mengagetkanku”, pukul Jiyeol.
“habis
kau terlalu serius memukuli kepalamu. Mau aku bantu?”, tawar Jaejoong.
“biar
aku saja yang memukulnya”, lagi-lagi Jiyeol memukul kepalanya sendiri.
“Ya!
wae? Jangan memukuli kepalamu”, Jaejoong menarik tangan Jiyeol.
“aaaaarrrgghhh…
“, Jiyeol teriak di depan wajah Jaejoong lalu terduduk di lantai. Sontak itu
membuat Jaejoong menutup telinganya.
“kau
ini kenapa sih? Ummaaaa.. JIyeol ummaa”, teriak Jaejoong ketakutan.
“em..
maaa… em.. maaa”, tak disangka-sangka ternyata Jiyeol membekap mulut Jaejoong.
“aku tidak gila. Babo”, umpat Jiyeol. “Ya! kau berani mengatai oppamu babo?”,
Jaejoong terbakar api kemarahan.
“berlebihan”,
ucap Jiyeol lalu berdiri.
“kau
ini kenapa sih?”, Jaejoong mengikuti kemana Jiyeol pergi.
“temanmu
membuat aku tidak bisa berpikir dengan jernih”, Jiyeol berbalik lalu berteriak
lagi di depan Jaejoong.
“tidak
usah dengan cara berteriak seperti itu Jiyeol”, Jaejoong menutup mulut Jiyeol
saking kesalnya.
Jiyeol terlihat lelah dengan apa yang
barusan ia lakukan. Saat ini dia tidak membalas perlakuan oppanya itu. dia
hanya diam. Jaejoong langsung membawa Jiyeol ke ruang studio musiknya. Jiyeol
duduk di lantai yang beralaskan karpet berwarna merah, diikuti oleh Jiyeol.
“ceritakan
padaku ada apa?”, tanya Jaejoong dengan halus.
“huft”,
Jiyeol menghela nafas berat seperti ada sesuatu masalah yang sedang dipikulnya
sangat berat.
“aniya.
Aku hanya sedang memikirkan perkataan seorang namja menyebalkan, yang hari ini
dia sukses membuat aku tidak bisa berpikir apa-apa kecuali dirinya”, jawab
Jiyeol dramatis.
‘dia ternyata lebih
berlebihan daripada aku’ cibir Jaejoong. “wae? Apa yang
dikatakan olehnya?”, Jaejoong mencoba berbicara hati ke hati dengan adiknya
itu.
“dia
berbicara panjaaaaaang sekali, tapi intinya dia hanya ingin lebih dekat
denganku. Itu saja”, jelas Jiyeol memanyunkan bibirnya.
“tidak
ada yang aneh dari perkataannya. Apa yang salah?”, Jaejoong heran dengan
adiknya ini. “aaahh.. molla molla. Aku mengantuk”, Jiyeol keluar dari studio
music dengan seenaknya.
“Ya!
dongsaeng itu! gggggrrrr”, kesal Jaejoong.
*****
Sejak Yunho berkata empat mata
dengan Jiyeol, sampai saat ini mereka belum bicara lagi. Tegur sapa pun tidak
pernah. Ketika Yunho dan yang lain ke rumah Jaejoong pun, Jiyeol tidak menyapa
Yunho sama sekali. Yunho yang tadinya ingin menyapa Jiyeol, akhirnya hanya diam
melihat mimik wajah Jiyeol yang tidak bersahabat. Ketika di kampus pun, Jiyeol
tidak pernah sesekali bertatap muka dengan Yunho. entah ada apa dengan Jiyeol.
Pertemuan berikutnya….
“Jiyeol-a”,
panggil Yunho. Jiyeol yang ketika sedang berjalan menuju perpustakaan, berhenti
ketika mendengar ada yang memanggilnya.
“mwo?”,
tanya Jiyeol lalu berbalik menghadap Yunho.
“kau
seperti menghindariku. Ada apa?”, tanya Yunho akhirnya memberanikan diri untuk
bertaya pada Jiyeol.
“ani,
biasa saja”, jawab Jiyeol tanpa melihat Yunho.
“aku
menyukaimu”, dua kata itu denagn tiba-tiba terlontar begitu saja dari mulut
Yunho begitu saja tanpa Yunho duga.
“mwo?”,
ucap Jiyeol tanpa bersuara.
“aku
menyukaimu. Sangat”, Yunho mengulang lagi kata-katanya.
“aaahhh..
ani. Aku pasti tidak waras jika memikirkan hal seperti ini”, Jiyeol
menggeleng-gelengkan kepalanya. Yunho memasang wajah bodohnya, lalu tiba-tiba
tertawa melihat Jiyeol menampar pipinya sendiri.
“Ya!
pipimu akan memerah jika kau pukul terus”, Yunho mengambil tangan Jiyeol agar
Jiyeol tersadar bahwa semua ini sebenarnya kenyataan.
“mwo?
Kau..”
“wae?
aku sejak tadi berada disini. Tapi kau malah memukuli kepalamu, pipimu. Itu
hanya menyakitkanmu Jiyeol-a”, ucap Yunho mendekatkan wajahnya ke wajah Jiyeol.
“Yunho?”,
seakan tidak percaya, tangan Jiyeol mendekati wajah Yunho dan Cess.. tangan Jiyeol menyentuh wajah
Yunho. meraba setiap garis lekuk wajah Yunho. Yunho merasa tersentuh ketika
Jiyeol melakukan hal itu padanya.
“eeehh..”,
setelah sadar Jiyeol menarik tangannya dari Yunho. “sudah sadar?”, Yunho
kecewa, padahal ia sangat senang sekali jika Jiyeol seperti itu padanya.
Jiyeol
salah tingkah, ‘aish, apa yang harus aku
lakukan? Babo kau Jiyeol-a’ cela Jiyeol.
“katakan
sesuatu, agar aku tidak terlalu berharap padamu asisten dosen”, Yunho kesal dan
memasang wajah tidak enak.
“kau
tahu kenapa aku mendiamkanmu selama beberapa minggu ini?”, tanya Jiyeol ketus.
Yunho menggelengkan kepalanya tidak tahu.
“pertama
adalah, aku tidak ingin pikiranku ini menjadi kacau ketika melihatmu atau
berbicara denganmu. Yang kedua adalah, aku ingin meyakinkan diriku, apakah aku
ini benar-benar menyukai namja menyebalkan sepertimu atau tidak”, Jiyeol
menceritakan semua yang ia pikirkan selama ini.
“lalu
apa jawaban dari pemikiranmu itu?”, tanya Yunho penasaran.
“ternyata
aku memang benar, aku memang menyukai namja menyebalkan sepertimu”, jawab
Jiyeol sedikit tertawa.
“jincha?”,
mata YUnho berbinar-binar mendengar apa yang dikatakan oleh Jiyeol. “ye”,
Jiyeol mengangguk.
“Yaaaa!!!
Jaejooooong, Changmiiiiin, Yoochuuuun, Junsuuuuu… Jiyeol menyukaikuuuu”, teriak
Yunho memanggil ke-empat temannya.
“Ya!
ternyata ada mereka jugaaa??”, Jiyeol kaget melihat oppa, saudara dan temannya
keluar dari tempat persembunyian mereka.
“berarti
sejak tadi kalian menguping pembicaraan kami??”, tanya Jiyeol. Mereka hanya
mengangguk sambil tertawa.
“Jung
Yunhooooo”, teriak Jiyeol. Sepertinya dia akan kembali stress. “Ya!!! asisten
dosen tidak boleh marah pada kekasihnyaaaa. Jaejooooonggg!!!!”, teriak Yunho
meminta bantuan Jaejoong.
Pada akhirnya, memang Jung Yunho dan
Kim Jiyeol menjadi sepasang kekasih tapi bukan berarti Yunho tidak mendapatkan
pukulan dari Jiyeol.
“kau
jahat! Lihat, aku tidak tampan lagi jika ada benjolan di keningku”, Yunho
mengusap-usap keningnya yang tampak berbeda dari biasanya. Terlihat lebih besar
sebelah.
“rasakan!”,
teriak Jiyeol.
----------------------THE
END----------------------
0 komentar:
Posting Komentar