Author Aneh : IkaYunho
Title : ~YunJiyeol~
=====================================================================
“aigo”, Jiyeol hampir berbisik sendiri.
Beberapa
jam yang lalu, ruangan kantor yang selalu ramai diisi dengan suara-suara para
karyawan, sekarang terlihat sepi sekali. Di ruangan itu hanya terdengar bunyi
jam yang dari waktu ke waktu selalu berubah, suara AC yang mengeluarkan udara
dingin, menambah suasana menjadi mencekam, dan suara-suara ketikan keyboard
yang berasal dari tangan Jiyeol.
“aish.. jinjja!”, Jiyeol frustasi dan hanya bisa
mengacak-acak rambutnya. “kalau saja, namja menyebalkan itu tidak memberikanku
tugas yang menumpuk, aku tidak akan ada disini sekarang”, umpatnya kesal.
Jiyeol
mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kantor, dilihatnya jendela ruang
kantor yang ada disebelah kanannya terbuka, menyebabkan angin dingin masuk ke
dalam ruangan itu.
“eommaaa”, bisiknya takut sambil terus mengetik
sesuatu di depan komputer kerjanya.
Ya,
hari ini Jiyeol memang ditugaskan untuk membuat salah satu bahan presentasi
untuk rapat kerjanya besok. Sebenarnya ini bagian dari hukuman karena tadi pagi
Jiyeol terlambat. Dan lebih parahnya, Bos Jiyeol memergokinya. Alhasil,
disinilah, malam ini dia harus mengerjakan bahan untuk presentasi.
“fiuh.. akhirnya selesai juga”, Jiyeol mengambil
tisu di samping komputernya lalu ditempelkannya ke dahi, mengusap keringat
dingin yang terus saja keluar dari kulitnya. Diminumnya seteguk air putih yang
tadi Ia ambil sebelum melaksanakan tugasnya ini.
Jam
sudah menunjukkan pukul 8 malam, diluar angin tertiup kencang seperti malam ini
akan hujan. Jiyeol menyimpan file yang sudah Ia buat tadi, lalu membereskan
barang-barangnya dan Ia masukkan ke dalam tas kerjanya. Setelah itu, Ia
mematikan komputernya.
“kantor ini seperti tidak berpenghuni”, ucap Jiyeol
lalu tertawa sendiri sambil berjalan di koridor kantor.
“haha.. bodohnya aku,
tentu saja tidak berpenghuni, memangnya siapa yang mau kerja sampai malam”
BRUG
“eommaaaa”, dengan gerakan refleksnya Jiyeol
berjongkok sambil menutup wajahnya dengan tas kerjanya dan berteriak sekencang
mungkin. Berharap ada seseorang yang menolongnya.
“Ya!”, terdengar suara namja yang tidak asing bagi
Jiyeol. Mungkin saja security yang berjaga dikantor.
“hiks..”, Jiyeol tidak suka suasana yang mencekam
dan juga sepi. Dan pada akhirnya, Ia hanya bisa menangis dan tentunya masih
dalam keadaan berjongkok.
Jiyeol
mengusap airmatanya, tapi bahunya masih terlihat bergetar, dia benar-benar
sangat takut. ‘nugu?’ Tanya Jiyeol
dalam hati, Ia melihat sepasang sepatu yang sekarang berada tepat di depannya.
*****
Yunho
merilekskan tubuhnya, seperti habis bangun tidur namja ini. Dia meneguk air
putih yang berada diatas meja kerjanya.
“hoamhh.. ku akui nyaman sekali tidur di sofa ini”, Yunho melirik sofa berwarna coklat,
yang ukurannya mungkin sama seperti tinggi Yunho. Buktinya saja, Yunho nyaman
sekali tidur di sofa yang berada di ruang kerja kantornya.
“pukul 8 malam. Hmm.. cukup lama aku tertidur
rupanya. Tapi lebih baik, daripada aku harus tidur di rumah”, ucap Yunho lalu
memakai jas kerjanya yang berwarna hitam.
“aigo, kenapa tadi aku tidak membawa tas kerjaku.
Huft, kalau begini jadinya, aku harus menenteng buku setebal ini kan?”, ucap
Yunho malas lalu mengambil buku tebal itu tapi…
BRUG
“eommaaaa”
“nugunde?”, Yunho mendengar suara yeoja berteriak.
Cepat-cepat Ia mengambil buku itu lalu keluar dan ternyata…
“Ya!”, hampir saja Yunho memarahi yeoja itu jika dia
tidak menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Yeoja itu masih
menahan tangisannya, tubuhnya bergetar.
“Na ya, Yunho”, ucap Yunho santai seakan tahu bahwa
yeoja itu ketakutan.
*****
Jiyeol
dengan cepat mengangkat wajahnya yang pucat lalu menatap tajam namja yang ada
didepannya itu.
“Ya! kau kira ini lucu? Hah??!!”, mungkin bukan
pertanyaan yang dilontarkan Jiyeol melainkan bentakan keras.
Yunho
terkejut dengan sikap Jiyeol yang tiba-tiba saja berteriak di depan wajah
tampannya. ‘untung saja hanya ada aku dan
dia, jika ada karyawan yang melihatku dibentak-bentak oleh Jiyeol. Akan aku
langsung pecat dia’ pikir Yunho jahat.
“hahaha.. lucu sekali kau? Kau kira aku sengaja
menakut-nakutimu? Cih. Kau selalu saja berpikiran jelek pada semua orang”,
Yunho berdiri dan menatap Jiyeol yang masih berjongkok.
“lalu apa jika tidak menakut-nakutiku? Kau hanya
mengerjaiku saja kan? Menyuruhku membuat bahan presentasi, agar kau bisa
menjahiliku?”, Jiyeol mengusap airmata nya kasar.
“aigo.. tidak ada untungnya jika aku mengerjaimu”,
omel Yunho lalu meninggalkan Jiyeol yang masih penuh dengan amarah yang
meluap-luap.
*****
Keesokan
paginya, para karyawan sudah bergosip ria. Tidak hanya yeoja melainkan namja
yang sudah sibuk membicarakan bos dan teman satu kantornya. Ya, Yunho adalah
bos, ah tidak lebih tepatnya hanya anak bos yang sekarang sedang menggantikan
ayahnya yang sudah akan pensiun. ‘kau
harus belajar dari sekarang, sebelum kau benar-benar menggantikanku’ itu
perintah ayah Yunho.
Jiyeol
masuk ke ruangannya dan disambut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut
Jiyeol tidak penting tapi berhasil membuat Jiyeol syok.
“Kim Jiyeol-aa, semalam kau berani sekali membentak
Yunh-ssi. Kau tidak takut akan dipecat?”
“atau karena kau merasa sudah dipercaya oleh Jung
sajangnim, kau bisa seenaknya begitu memarahi Yunho-ssi”
‘Ya
Tuhan, kenapa mereka bisa tahu? Ah.. di kantor kan ada CCTV’
“Jiyeol-aa, kau dipanggil ke ruangan Jung sajangnim
sekarang”, suara Bong Gun membuyarkan lamunan Jiyeol.
“waaahh, sepertinya ada yang tidak beres Jiyeol-aa”
Teman-teman
kantor Jiyeol pun menakut-nakutinya, ada yang bilang Jiyeol akan dipecat lah
atau pun Jiyeol akan dimarahi habis-habisan oleh Bos nya itu. ‘aku tidak akan rela dipecat jika hanya
gara-gara aku memarahi namja itu’ pikirnya.
*****
“kau benar-benar keterlaluan Yunho”, laki-laki
setengah baya itu memarahi anaknya yang sekarang sudah menunduk tak tahu harus
berbuat apa.
“jika pimpinan semua sepertimu, tidak akan ada
karyawan yang setia mendampingimu dan membantumu dalam pekerjaan”, Jung
sajangnim duduk di kursinya dan menatap Yunho.
“Ya! Jung Yunho-ssi”, panggil Jung sajangnim dan
membuat Yunho mendongak, balik menatap ayahnya itu sekaligus bos di kantornya.
“ye sajangnim”, jawab Yunho lemah.
“kau-”
TOK
TOK TOK
Ketukan
pintu yang terdengar membuat Jung sajangnim menghentikan omelannya dan menyuruh
orang itu masuk. Yang dia tahu, pasti itu adalah Jiyeol. Jiyeol meneguk ludah
sebelum menatap Bos besarnya itu. Jung sajangnim menyuruhnya duduk di kursi
tepat di samping Yunho.
“kau terlihat kurang tidur Jiyeol-aa”, ucap Jung
sajangnim lembut.
‘Ya!
dia memarahiku habis-habisan dan sekarang bersikap lembut didepan yeoja ini?
Aigo.. aku benar-benar sakit hati. Sebenarnya aku atau dia sih anaknya?’
batin Yunho kesal. Mungkin jika dia boleh berteriak saat ini, dia akan
berteriak dan memarahi appanya itu.
“animnida sajangnim”, jawab Jiyeol masih dengan
wajah tertunduk.
‘aish,
dia benar-benar bermuka dua’ umpat Yunho lagi dalam
hati.
“apa kau merasa lelah?”, Tanya Jung Sajangnim lalu
berdiri dan menghampiri Jiyeol.
Tapi sebelum beliau
sampai di samping Jiyeol, Yunho sudah berdiri dan menatap Bos nya tajam. Jiyeol
yang sedari tadi menunduk, sontak menatap Yunho dengan aneh. ‘kenapa dia? Apa dia cemburu melihat appa
nya bersikap lembut padaku?’ Tanya Jiyeol tanpa sadar merindukan sosok
namja yang selalu melindunginya.
“waeyo?”, Tanya Jung sajangnim sambil melotot.
Jiyeol merasa ingin menangis tapi…
“apa appa bermain-main dengan yeoja sepertinya?”,
Tanya Yunho dengan nada suara mengejek. ‘apa
maksudnya?’ Tanya Jiyeol heran.
“apa maksudmu?”, Jung sajangnim mewakili pertanyaan
Jiyeol.
“appa tidak mengerti maksudku? Aish jinjja.. selera
appa benar-benar murahan”, ejek Yunho sambil melirik Jiyeol dengan tatapan
rendah.
“apa maksudmu?”, Jiyeol berdiri menatap sinis Yunho.
“kau kira aku wanita murahan?”, bentak Jiyeol benar-benar tak suka dengan sikap
Yunho.
Beberapa
saat, Yunho dan Jiyeol saling beradu tatapan tak menyenangkan. Sedangkan Jung
sajangnim hanya melihat dua orang anak muda itu sambil tersenyum.
“Ya! kenapa kalian bertengkar di ruanganku? Kalian
benar-benar ………”
Sementara
di luar ruangan, para karyawan menguping pembicaraan antara 3 orang itu.
“sepertinya Jung sajangnim benar-benar sangat marah pada mereka”, “aku rasa
mereka berdua pantas diberi hukuman”. Itulah komentar-komentar yang terlontar
dari para karyawan.
*****
“aish..”, itulah umpatan untuk ke-100 kali atau
mungkin lebih yang diucapkan oleh Jiyeol pada namja yang sekarang ada
disampingnya.
Yunho
masih tetap fokus menyetir, sebenarnya Ia ingin menimpali perkataan Jiyeol tapi
dia berpikir lagi untuk diam saja. ‘hanya
akan membuat moodku jadi lebih buruk’ pikir Yunho. Seharian ini, Yunho dan
Jiyeol benar-benar dimarahi habis-habisan oleh Jung sajangnim. Jiyeol harus
selalu menemani Yunho kemanapun Ia pergi.
#flashback
“jweoseongheyo sajangnim, tapi kenapa aku harus
menemaninya? Sedangkan pekerjaanku di kantor me-”
“sekarang Yunho juga adalah bosmu dan dia akan
menggantikanku Jiyeol-aa, jadi kau juga harus banyak mengajarkannya tentang
kantor ini”, jelas Jung sajangnim memotong perkataan Jiyeol.
“nde sajangnim”, Jiyeol menghela nafas panjang.
#endflashback
“kau mau turun atau tetap berada di mobil?”, Tanya
Yunho yang sekarang sudah membuka pintu mobilnya.
“di mobil saja”, jawab Jiyeol singkat tanpa menatap
Yunho.
DUG
Yunho menutup
pintu mobilnya kasar lalu masuk ke dalam supermarket. Mungkin Ia lapar atau haus
dan berencana membeli sesuatu yang segar di dalam. Sedangkan Jiyeol
terus-terusan mencibir Yunho, mengumpat Yunho dengan kata-kata kasar.
*****
“fiuh, akhirnya aku terlepas dari yeoja itu”, ucap
Yunho lalu membanting tubuhnya ke atas kasur.
“sifat marahnya masih sama seperti dulu”, entah
kenapa senyum manis Yunho mengembang ketika mengingat Jiyeol.
“ada yang membuatmu senang?”, Tanya Jung sajangnim
-appa Yunho-.
Yunho
bangun dari tidurnya dan mendapati ayahnya sudah ada di depan kamarnya dengan
wajah yang…
“kenapa wajah appa berbeda sekali ketika di kantor
dan di rumah?”, Tanya Yunho sedikit kesal.
“tentu saja berbeda, aku dirumah adalah seorang
ayah, sedang di kantor aku adalah bosmu”, jelas Jung appa sembari duduk di
kasur empuk Yunho.
“dia sangat cantik kan?”, Tanya Jung appa meledek
ingin melihat tanggapan Yunho.
“nugu?”
“Jiyeol, Kim Jiyeol”, jawab Jung appa tersenyum.
“mwo? Appa menyukainya? Omo, apa eomma kurang
cantik?”, sindir Yunho.
“pikiranmu itu tidak mencerminkan kepemimpinan”,
ungkap Jung appa. Yunho hanya menatap appanya itu datar.
“kau tahu kan appa sangat ingin mempunyai anak
gadis?”
“yayaya.. appa ingin mengangkatnya sebagai anak? Dia
masih punya keluarga yang amat sangat menyayanginya. Jadi tidak mungkin dia mau
dijadikan anak angkat”, jelas Yunho.
“kau sepertinya tahu sekali tentang Jiyeol?”, Jung
appa menyelidik.
“ekhm… tentu, tentu saja aku tahu, aku kan membaca
semua biodata karyawan-karyawan di kantor. Appa bilang aku harus mengetahui
asal-usul karyawanku agar kita jadi lebih dekat”, Yunho beralasan.
Tentu
saja Yunho tahu bahwa Jiyeol masih mempunyai keluarga yang sangat
menyayanginya, dan bisa dikatakan keluarganya juga sangat menyukai Yunho. Dulu
Yunho memang pernah dekat dengan Jiyeol, sangat dekat mungkin. Tapi sesuatu terjadi
dan pada akhirnya mereka sama-sama saling membenci.
*****
“Jiyeol-aa”, panggil eomma Jiyeol. Yang dipanggil
pun hanya berdehem.
“entah kenapa eomma sangat merindukan Yunho
akhir-akhir ini”, cerita eomma Jiyeol. Jiyeol mengerutkan dahi, ‘tak biasa-biasanya eomma membicarakan anak
itu’ pikir Jiyeol.
“dia baik-baik saja, sudah jangan mengingatnya
lagi”, ucap Jiyeol sedikit memaksa. Jiyeol masih sibuk dengan kamar tidurnya.
Hari
ini, hari libur. Waktunya untuk Jiyeol membereskan rumah dan setelah itu beristirahat.
Tapi mendengar eomma nya berbicara tentang Yunho, moodnya berubah menjadi
buruk.
“kapan-kapan ajak dia kemari lagi Jiyeol-aa”, ucap
eomma Jiyeol sembari membantu Jiyeol menyapu kamar. “mwo? Eomma mau bertemu
dengannya?”, Jiyeol luar biasa kaget.
“eomma dengar, tidak usah berteriak seperti itu”,
eomma Jiyeol mengacungkan sapunya ke arah Jiyeol. Reflex Jiyeol menghindar.
“waktu itu eomma sempat bertemu dengannya, dia
terlihat lebih tampan Jiyeol-aa. Eomma mengajaknya ke rumah, tapi dia menolak.
Dia bilang akan main kapan-kapan”, cerita eomma nya membuat Jiyeol melongo.
“cukup-cukup.. perasaan rindu eomma itu sudah
berlebihan. Eomma kan tahu aku sudah tidak-”
“eomma tahu kalian masih saling mencintai”
“aigo aigo.. sudah-sudah aku tidak mau dengar lagi
perkataan eomma”, Jiyeol menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
Eomma
Jiyeol memang tahu mereka sudah tidak bersama, tapi entah kenapa eomma nya
merasa tidak rela jika mereka berpisah karena sesuatu yang tidak jelas, lebih
tepatnya karena Jiyeol tidak memberitahukan alasannya.
*****
“iya aku saja kaget ketika tahu bahwa dia diracuni.
Benar-benar keterlaluan yang melakukan itu..”
“kalian ini selalu saja mengurusi orang lain”,
Jiyeol gerah mendengar celotehan kedua teman kantornya itu.
“kau itu seharusnya mendengar hal-hal yang seperti
ini, jangan terus-terusan bekerja Jiyeol-aa”, ucap Bbunee.
“lagipula tidak ada untungnya kan membicarakan
mereka”, potong Jiyeol sebelum Bbunee berbicara lagi.
“aish, kau me-”
“Jiyeol, ke ruanganku sekarang”, panggil Yunho
ketika lewat diantara kerumunan karyawan. Semenjak semua karyawan tahu bahwa
dia pernah dibentak-bentak oleh Jiyeol, Yunho selalu bertampang galak didepan
karyawannya.
“aish”, umpat Jiyeol tapi tetap menuruti perintah si
bos itu.
*****
“kau sudah makan siang?”, Tanya Yunho ketika Jiyeol
baru saja masuk ke ruangannya.
“Ya! kau menyuruhku kemari hanya ingin bertanya soal
itu?”, Tanya Jiyeol kesal.
“aigo, aku bertanya baik-baik dan kau menjawabnya
dengan ketus. Jiyeol Jiyeol”, Yunho berusaha tetap tenang.
“aku belum makan siang dan ada apa kau menyuruhku ke
ruanganmu sajangnim?”, Jiyoel menekankan kata-kata sajangnim dan akhirnya
merasa muak sendiri.
“duduklah”, suruh Yunho. “ige..”, Yunho menyerahkan
beberapa laporan penjualan kepada Jiyeol.
“apa kau menyuruhku untuk mengerjakan ini?”, Tanya
Jiyeol berharap Yunho menjawab tidak, tapi kenyataan berkata lain.
“iyaa”, Jiyeol menatap Yunho dengan penuh amarah.
“tapi tenang saja, aku akan tetap membantumu. Maka dari itu, sekarang aku ingin
mengajakmu makan siang. Otte? Untuk membalas kebaikanmu”, Yunho tersenyum
semanis mungkin.
“jadi ini sebuah sogokan?”
“tentu saja tidak, ini kan juga bagian dari
pekerjaanmu”, ucap Yunho.
Jiyeol
menghela nafas, itu artinya Jiyeol harus makan siang dengan Yunho dan juga
lembur kembali untuk mengerjakan laporan-laporan penjualan itu. ‘aku harus kuat’ Jiyeol menguatkan
dirinya sendiri.
*****
“yaa, hati-hati ne”, teriak Jiyeol ketika
teman-temannya berpamitan untuk pulang. Tapi Bbunee dan Yuri malah menatapnya
cemas.
“waeyo?”, Jiyeol merasa tidak suka dikasihani.
“gwenchana? Aku akan membantumu disini”, ucap Bbunee yang diikuti anggukan oleh
Yuri.
“aku tidak apa-apa. Sudahlah pulang saja”, jawab
Jiyeol enteng.
“Yunho-ssi benar-benar keterlaluan. Dulu Jung
sajangnim tidak pernah menyuruhmu untuk lembur. Apalagi dikantor sendirian”,
ejek Yuri.
“ekhm.. aku mendengarnya”, Yunho masuk ke dalam
ruangan karyawan yg cukup besar dan juga dibatasi oleh sekat-sekat setiap
mejanya.
“ah mianhe Yunho-ssi”, Yuri dan Bbunee salah
tingkah. Lalu membungkuk 90 derajat untuk berusaha meminta maaf. Yunho hanya
mengangguk-angguk tak peduli.
“kami pulang dulu ne”, Yuri dan Bbunee berpamitan
pada Jiyeol lalu keluar ruangan.
“membicarakan bos nya sendiri. Karyawan macam apa
itu?”, Yunho berlagak sok.
“dan bos macam apa yang menyuruh karyawannya lembur
setiap malam?”, sindir Jiyeol.
“tidak usah banyak bicara, cepat kau kerjakan
tugasmu”, tanpa disadari tangan Yunho terayun dan mengacak-acak rambut Jiyeol
dengan lembut. Lalu pergi meninggalkan Jiyeol yang terbengong-bengong.
*****
“apa yang baru saja aku lakukan?”, Yunho
mondar-mandir tak karuan mengingat perlakuannya pada Jiyeol tadi.
Yunho
sama sekali tak berkonsentrasi mengerjakan laporan penjualan, yang dalam
perjanjian tadi, Yunho harus membantu Jiyeol untuk menyelesaikannya. Yang ada
Yunho hanya melamun, memikirkan hal-hal tentang Jiyeol. Dan tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 6 sore.
Cuaca
diluar semakin dingin, angin berhembus dengan kencangnya, hari pun semakin
gelap. Tapi pada saat itu Jiyeol tak merasa takut ada di ruangan itu sendiri.
“aigo.. kenapa udara masih saja dingin. Padahal aku
sudah mematikan AC nya”, Jiyeol benar-benar kedinginan. Tadi Ia tidak sempat
membawa jaket tebal karena terburu-buru.
“kau-”
“Ya!”, Jiyeol berteriak sekeras mungkin.
“na ya”, Yunho ikut berteriak.
“fuh, mian. Aku terkejut”, Jiyeol mengusap-usap
dadanya. Nafasnya tersengal-sengal.
“kau itu mau membuat telingaku rusak yaa?”, kesal
Yunho.
“nde, mian”, jawab Jiyeol enteng lalu melanjutkan
pekerjaannya.
“pakailah”, Yunho memakaikan jaket ke tubuh Jiyeol.
“aku tidak mau jika appa nanti menyalahkanku karena kau sakit”, Yunho kembali
duduk disamping Jiyeol.
Hening
menyelimuti mereka berdua. Tidak ada satu katapun yang keluar. Jiyeol sibuk
dengan ketikannya, sedangkan Yunho sibuk dengan pikirannya yang entah kenapa
dia jadi merindukan sosok Jiyeol yang manja.
“Jiyeol-aa”, panggil Yunho lembut. Jiyeol hanya
berdehem, dia tidak mau Yunho tahu bahwa dia sangat grogi di dekatnya. Tidak
ada suara lagi dari Yunho.
“ada apa?”, Jiyeol berhenti mengetik lalu menoleh ke
arah Yunho yang ternyata sedang memperhatikannya sejak tadi. Jiyeol menelan
ludah.
“wajahmu memerah”, ucap Yunho sambil tersenyum. “aku
kedinginan”, jawab Jiyeol singkat.
“dulu jika kedinginan kau pasti-” sebelum Yunho
melanjutkan kata-katanya, Jiyeol menatap Yunho dengan sinis.
“hahaha.. kau pasti minta dibelikan kopi. Dengar
dulu pembicaraanku. Tatapanmu seperti ingin membunuhku”, lanjut Yunho diselingi
dengan tawa.
JEGER..
Suara
petir menghentikan tawa Yunho. Dan tiba-tiba saja, Jiyeol memeluk lengan Yunho
karena takut. Ya, sedari dulu Jiyeol memang sangat takut akan suara-suara
keras.
“gwenchana. Hanya petir”, Yunho membelai rambut
panjang Jiyeol.
BLEP.
TIIIIT.
“Yunho-aa, hiks”, tiba-tiba semua lampu mati, tak
terkecuali komputer yang sedang Jiyeol pakai. Jiyeol makin erat memegang lengan
Yunho. Ia sangat tidak suka suasana seperti ini, hujan, mati lampu, petir.
“tenanglah, ada aku disini”, Yunho semakin tidak
bisa menahan diri untuk tidak memeluk Jiyeol. Selama beberapa menit, Jiyeol
tetap bertahan dengan memeluk lengan Yunho, begitu juga sebaliknya.
*****
“waaahh.. kenapa Yunho-ssi ada di meja kerja
Jiyeol?”
“dia tertidur, tidak memakai jaket. Apa dia tidak
kedinginan?”
Semalam,
sehabis mengantar Jiyeol pulang ke rumah yang masih ketakutan, Yunho kembali
lagi ke kantor, dia ingat bahwa pekerjaan yang Jiyeol kerjakan belum Jiyeol
simpan. Maka dari itu, Yunho berencana untuk menyelesaikan tugas Jiyeol lalu
pulang ke rumah. Tapi Ia malah ketiduran sampai para karyawan datang. Pukul 8
pagi.
Jiyeol
masuk ke dalam ruangan, heran karena teman-teman kantornya mengerubungi meja
kerjanya. Jiyeol lalu menghampiri kerumunan itu dan…
“Yunho.. ekhm Yunho-ssi”, tahu bahwa teman-temannya
melirik Jiyeol karena ucapannya itu, dia langsung meralatnya.
“kenapa dia ada di meja kerjamu?”, Tanya Su Jin.
“molla”, Jiyeol menaruh tasnya lalu menyuruh
teman-temannya itu kembali ke meja kerja masing-masing.
“Ya! Yunho-ssi”, bisik Jiyeol sambil
menggoyang-goyangkan tubuh Yunho agar bangun.
“hey! Ini sudah pagi. Neo babo jinjja!”, Jiyeol
menepuk pipi kiri Yunho.
“hoamh. Eo.. Jiyeol”, Yunho mengucek-ucek matanya.
Lalu tersadar bahwa dia sedang di kantor.
“omo”, tampang Yunho benar-benar kacau saat ini.
Rambut yang biasanya terlihat rapi, sekarang berantakan, pakaiannya pun kumal.
“kau sudah mempermalukan dirimu sendiri. Arra?!”,
bentak Jiyeol walau pelan. “eottoke?”, Yunho memukul-mukul kepalanya.
“bangunlah! Anggap saja tidak terjadi apa-apa,
keluarkan gaya sok mu itu”, usul Jiyeol yang mendapatkan tatapan datar dari
Yunho.
“atau kau mau kuusir dari meja kerjaku?”, Tanya
Jiyeol menyeringai.
“aish”, Yunho berdiri lalu dengan sengaja menarik
tangan Jiyeol.
Seruan
dari yang lain pun terdengar. Sedangkan Jiyeol hanya bisa memukul tangan Yunho
yang mencengkram tangannya.
*****
“apa yang kau lakukan?”, Jiyeol menepis tangan Yunho
yang mulai mengendur.
“wae?”, Yunho hanya menanggapi enteng teriakan
Jiyeol tadi.
“neo jinjja! Apa maumu? Kau.. aish”, Jiyeol bingung
dengan keadaan ini.
“santai saja, lagipula aku tidak melakukan apapun kan
padamu”, Yunho duduk di kursi kerjanya dengan santai.
Jiyeol
hanya menatap Yunho, entah apa yang harus Ia lakukan untuk menghadapi namja
yang dulu pernah mengisi ruang hatinya. Andai saja Jiyeol tidak memandang Jung
sajangnim, mungkin dia akan memukul Yunho sepuas-puasnya untuk melampiaskan
rasa kesalnya. Tapi itu tidak mungkin.
*****
“kau benar-benar ada sesuatu dengannya?”, Tanya
Bbunee lambat-lambat. Jiyeol hanya menghela nafas.
Istirahat
hari ini, benar-benar membuat kepala Jiyeol ingin pecah. Semua orang menanyakan
hal yang sama, pertanyaan yang baru saja Bbunee lontarkan tadi. Percuma saja
jika Jiyeol menjawab tidak, semua orang tidak akan percaya. Maka dari itu,
Jiyeol hanya bisa menghela nafas.
“hey, jawab aku!”, Bbunee mengguncang-guncangkan
tubuh Jiyeol yang sedikit lelah. Tapi tetap tidak ada respon dari Jiyeol.
Dan
mungkin sekarang, yeoja-yeoja di kantor yang menyukai Bos barunya itu akan
terus meneror Jiyeol dengan tatapan-tatapan tajam mereka. Tiba-tiba saja,
handphone Jiyeol bergetar. Tertera Jung sajangnim di layar handphonenya.
“aku angkat telepon”, Jiyeol beranjak dari tempat
duduknya meninggalkan Bbunee dan teman-teman kantornya yang sudah menganggap
kalo telepon itu dari Yunho, bos mereka.
“ne, yeoboseyo sajangnim”
“kau
dimana?”, Tanya Jung sajangnim dari seberang telepon.
“aku sedang makan siang sajangnim”, sebenarnya
Jiyeol sedang malas mengangkat telepon dari bos besarnya itu.
“aku
ingin bicara denganmu, datang ke ruanganku sekarang”,
perintah Jung sajangnim.
‘aku
berharap mendadak sakit agar tidak bertemu dengannya sekarang’
keluh Jiyeol.
*****
“aku mendengar dari salah satu karyawan, kalian
sedang menjalin sebuah hubungan. Apa itu benar?”, Tanya Jung sajangnim pada
Yunho dan Jiyeol.
“a-”
“iya. Apa salah?”, Yunho menjawab pertanyaan Bos
sekaligus appa nya itu, membuat Jiyeol bingung dan yang pasti menambah
kekesalannya pada namja disampingnya itu.
‘aish,
aku benar-benar ingin memukul kepalanya. Kenapa dia masih sama menyebalkan
seperti dulu?’ batin Jiyeol kesal.
“jinjja? Apa benar Jiyeol-aa?”, Tanya Jung
sajangnim.
“dia tidak akan menjawab ‘iya’. Jadi ti-”
PAK
Nafas Jiyeol
memburu, Jiyeol berniat untuk menahan amarahnya tapi sebuah tamparan sudah
mendarat di pipi kiri Yunho. Kejadian itu mungkin untuk kedua kalinya bagi
Yunho. Yunho menatap Jiyeol seakan bertanya ‘kenapa
kau melakukannya lagi?’.
Jiyeol
menggigit bibirnya sendiri, menahan airmatanya agar tidak keluar. Jiyeol
menunduk, tidak tahu apa yang Ia pikirkan saat ini.
“Jiyeol-aa”, Yunho memanggil Jiyeol dengan lembut.
“mianhe”, Jiyeol membungkuk beriringan dengan airmatanya
yang jatuh, Ia tidak bisa menahan airmata itu. Jiyeol beranjak keluar
meninggalkan Jung sajangnim dan Yunho.
*****
TOK..
TOK.. TOK..
“Jiyeol-aa, kau tidak pergi bekerja?”, eomma Jiyeol
sudah 30 menit berada di luar kamar untuk membangunkan Jiyeol.
Yang
dipanggilpun hanya berdiam diri tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan
eommanya itu.
“baiklah, aku akan beranggapan kalau kau sakit, jadi
jika nanti teman kantormu menanyakan hal tentangmu, aku akan menjawab kau
sakit”, ucap eommanya lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
“apa aku keluar saja dari kantor?”, pikir Jiyeol.
Sejak
kejadian tamparan itu, Jiyeol dengan sangat buru-buru meninggalkan kantor lalu
berkata bahwa ada sanak keluarganya yang sakit. Dan dari kemarin pula, Ia
memikirkan apakah dia harus keluar atau tetap berada di kantor.
“tapi mukaku harus aku taruh dimana? Ya Tuhaaann..
bodohnya aku bisa menampar Yunho didepan Jung sajangnim yang sekaligus dia
adalah appanya. Eottokhe?”, Jiyeol mengacak-acak rambutnya. Sepertinya Jiyeol
benar-benar dibuat stress oleh Yunho.
“Jiyeol-aa”, suara eomma Jiyeol terdengar lagi tapi
yang ini seperti sangat gembira.
“Jiyeol-aa, cepat buka pintunya. Kau tahu siapa yang
datang? Orang yang sedang eomma tunggu-tunggu”, teriak eomma Jiyeol lagi lebih
bergembira.
“gggrrr”, Jiyeol menggeram. “nugu eom-”
“annyeonghaseyo Jiyeol Agassi”, sapa Yunho yang
sudah berada tepat di depan kamar Jiyeol.
*****
“untuk apa kau kemari?”, Tanya Jiyeol ketus.
Sekarang mereka sedang berada di atap rumah Jiyeol. Atap rumahnya memang
didesain untuk tempat bermain, beristirahat. Jadi suasana di atap rumah ini
terasa nyaman sekali dan juga teduh.
“menepati janji pada eomma mu”, jawab Yunho santai
sambil memakan cemilan yang disiapkan eomma Jiyeol.
“janji?”, Tanya Jiyeol bingung.
“dan tentunya untuk mengecek kenapa kau tidak masuk
kerja hari ini”, Jiyeol tahu Yunho mengalihkan pembicaraanya.
“apa kau sakit?”
“ya”, jawab Jiyeol cepat.
“hmm.. sudah minum obat?”
“tidak usah sok perhatian padaku. Lebih baik kau
pulang sana”, omel Jiyeol.
“sekarang jam kantor”, ralat Yunho.
“ya terserah, yang penting kau keluar dari rumahku
dan jangan pernah kembali lagi kesini”
“waeyo?”, Tanya Yunho dengan suara melemah. “kau
bilang dulu-”
“tidak ada kata-kata dulu. Aku ingin istirahat. Kau
pulanglah”, Jiyeol berusaha menghindari tatapan Yunho lalu beranjak pergi tapi
Yunho meraih tangan kanan Jiyeol.
“aku-”
“aku bukan wanita murahan yang seenaknya kau pakai
lalu kau buang. Jadi lepaskan tanganku!”, ucap Jiyeol berusaha melepaskan
tangan Yunho tapi terlalu erat.
“mian”, Yunho melepaskan tangan Jiyeol.
*****
“Ya! Yunho-aa, waeyo? Ini sakit”, Yunho menarik
sebuah tangan mungil dengan cengkraman yang sangat kuat.
Jiyeol
hanya bisa meronta berharap Yunho mau melepaskan tangan kekarnya dan tidak
menyakiti dirinya. Selama 2 tahun ini, Yunho sama sekali tidak pernah berbuat
kasar padanya tapi kenapa sekarang Ia berbuat seperti itu.
“kau selama ini tidak menyukaiku kan?”, Tanya Yunho
dengan mata yang berkilat marah.
Jiyeol menatap Yunho. Mulutnya diam.
“Jawab aku!”, bentak Yunho tepat di depan wajah
Jiyeol.
“Atau mungkin selama ini kau hanya menginginkan
sesuatu dariku? Uang misalnya?”
PAK
Sebuah tamparan
keras penuh dengan amarah mendarat di pipi kiri Yunho. Yunho hanya tersenyum
sinis. Jiyeol menahan tangis yang sedari tadi Ia bendung.
“apa maksudmu? Apa kau berpikir serendah itu?”,
Tanya Jiyeol dengan suara yang hampir tidak terdengar.
“kau kira aku tidak tahu.. selama ini kau menjadi
kekasihku hanya karena aku selalu memberikanmu barang? Iya kan?”
“apa aku pernah meminta sesuatu darimu? Apa aku
pernah memaksamu untuk membelikan semua barang-barang itu padaku? Apa kau tidak
bisa merasakan cintaku ini tulus padamu?”, Jiyeol berteriak sambil
memukul-mukul dada bidang Yunho.
Jiyeol
menangis, benar-benar menangis. Mengetahui namja yang selama ini bersamanya
bisa berpikir rendah tentang dirinya. Yunho tak berniat menghentikan pukulan
yang Jiyeol berikan padanya. Ia berpikir, apa yang sebenarnya sudah Ia lakukan.
Yunho hanya menatap Jiyeol, membiarkan Jiyeol melampiaskan kemarahan pada
dirinya.
“baiklah.. jika memang kau berpikir aku adalah yeoja
seperti itu. Mungkin kau akan senang jika hubungan ini kita akhiri”, Jiyeol
sudah terlihat tenang.
“aku tidak membicarakan hal itu, aku hanya bertanya
apa kau-”
“sekalipun aku menjawab tidak, kau akan tetap
menilaiku seperti itu. Besok akan aku kembalikan semua barang-barang yang kau
berikan”, ucap Jiyeol lalu meninggalkan Yunho yang kesal.
*****
“apa kau benar-benar masih marah padaku?’, Tanya
Yunho kepada boneka beruang berwarna coklat di depannya.
“apa kau sudah tidak menyukaiku lagi?”, tanyanya
lagi pada boneka itu yang sudah pasti tidak akan menjawabnya.
“aku berharap kau masih menyukaiku dan mencintaiku”,
sekarang Yunho memeluk boneka itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.
“jweoseonghamnida”, tiba-tiba saja pintu ruang kerja
Yunho terbuka dan masuklah Jiyeol. Yunho yang kaget pun tidak bisa
menyembunyikan boneka yang masih ada dalam pelukannya itu.
“ekhm.. kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?”, Yunho
terlihat gugup.
“tidak sempat”, Jiyeol meletakkan sebuah map kuning
lalu menyuruh Yunho untuk tanda tangan di salah satu kertas. Jiyeol sempat
melirik boneka yang dipegang Yunho.
‘kenapa
dia memeluk boneka itu?’ pikir Jiyeol.
“wae?”, Tanya Yunho mengagetkan lamunan Jiyeol.
“aniyo. Hanya heran saja, kenapa seorang namja
bermain boneka, apalagi dia sudah cukup besar”, ucap Jiyeol lalu mengambil map
yang sudah ditanda tangani Yunho.
“Ya! apa dia lupa?”, bisik Yunho ketika pintu
ruangannya sudah tertutup.
*****
Saat
ini, Jiyeol sedang sedang merapikan map-map yang tertumpuk di atas mejanya.
Tapi di dalam pikiran Jiyeol, Ia bertanya-tanya kenapa boneka itu masih Yunho
simpan. Ya, boneka itu adalah hadiah dari Yunho ketika Jiyeol berulang tahun.
Tepatnya, setahun yang lalu.
“Jiyeol-aa”
“nde sajangnim”, sahut Jiyeol sambil memberi hormat
pada bosnya.
“apa semua map itu sudah ditanda tangani oleh
Yunho?”
“belum sajangnim, rencananya setelah dibereskan aku
akan membawanya pada Yunho agar diselesaikan”, jawab Jiyeol.
“hmm.. baiklah. Aku harap kau terus membimbingnya
yaa”, ungkap Jung sajangnim.
“nde sajangnim”, angguk Jiyeol.
“sajangnim”, panggil Yunho yang tiba-tiba sudah
berada diantara Jiyeol dan Jung sajangnim.
“aku ingin keluar sebentar, mungkin sekitar 1 jam”,
Yunho meminta izin pada appanya itu.
“untuk apa? Kau tidak lihat, banyak map yang harus
kau tanda tangani”, Jung sajangnim menunjuk map yang sedang dipegang Jiyeol.
“aku ingin is-”
“ya sudah, bawa Jiyeol untuk menemanimu”, ucap Jung
sajangnim cepat.
Yunho
dan karyawan yang lain pun mematung. Di dalam pikiran mereka, kenapa harus
mengajak Jiyeol? Tak terkecuali Jiyeol yang sudah menghela nafas panjang.
*****
“mungkin kita memang ditakdirkan untuk selalu
bersama”, ucap Yunho tiba-tiba. Mereka sekarang sudah berada di mobil Yunho
untuk bertemu dengan seseorang.
“aku senang jika selalu bersama denganmu”, ucap
Yunho lagi sambil melihat ke arah Jiyeol. Berbeda dengan Yunho, Jiyeol merasa
tidak senang.
“kita sudah sampai”, ucap Yunho dengan riang. “Ayo”,
Yunho turun dari mobilnya sedangkan Jiyeol…
“aku disini saja”, jawab Jiyeol ketus.
“Ya! kau harus menemaniku. Kau tidak dengar tadi bos
mu bicara apa? Ayo cepat”, Jiyeol tetap tidak bergerak dari tempat duduknya.
“aish”, Yunho menutup pintu mobilnya lalu menuju
pintu mobil di sisi kanannya dan membukanya. “Ayo”, Yunho menarik tangan Jiyeol
pelan-pelan agar tidak menyakitinya.
“aku disini saja”, ucap Jiyeol sambil berusaha
mempertahankan posisinya. Yunho mendekatkan wajahnya pada wajah Jiyeol.
“Ikut aku”, seperti tersihir, Jiyeol pun akhirnya
mengikuti kemana perginya Yunho dengan tangan yang masih di genggam oleh Yunho.
Mereka
masuk ke salah satu tempat makan yang penuh dikunjungi oleh banyak orang. Yunho
berusaha mencari seseorang dan sepertinya Yunho sudah menemukannya. Jiyeol dan
Yunho pun menghampiri seorang yeoja berambut panjang yang sedang terduduk
sendiri. Wajahnya tidak terlihat karena sekarang Jiyeol dan Yunho sedang berada
di belakangnya.
“kau sudah menunggu lama?”, tanya Yunho lalu menarik
sebuah kursi untuk Jiyeol. Yunho mempersilahkan Jiyeol duduk.
“kau sudah dat-”, wanita itu melihat ke arah yeoja
yang bersama dengan Yunho. Wajahnya berubah tidak senang.
“ini Jiyeol. Kau pasti kenal dengannya kan? Appaku
yang menyuruhnya untuk menemaniku”, cerita Yunho tanpa memperhatikan raut wajah
diantara dua yeoja itu.
“lebih baik aku pergi saja, sepertinya aku menganggu
waktu kalian”, Jiyeol berdiri tapi Yunho menahannya agar dia tidak pergi.
“kau mau kemana? Duduk saja, lagipula ini hanya
pertemuan biasa”, ucap Yunho menyuruh Jiyeol kembali duduk.
“kau berpacaran dengannya lagi?”, tanya Hara.
Yunho
dan Jiyeol hanya diam, mungkin mereka sama-sama ingin menjawab ‘Iya’. Hara
adalah teman kuliah Yunho dan Jiyeol. Dulu, Jiyeol dan Hara sangat dekat. Tapi,
Jiyeol tahu bahwa Hara menyukai Yunho. Jiyeol dengar dari temannya bahwa Hara
mencoba menjelek-jelekkan dirinya dihadapan Yunho. Dan terjadilah pertengakaran
yang mengakibatkan putusnya hubungan Yunho dan Jiyeol.
Hal
itu diketahui Jiyeol, 1 minggu setelah Ia dan Yunho putus. Dari situlah, Ia
sangat membenci Hara. Orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara, malah
menjatuhkannya hanya karena seorang namja.
Tapi Jiyeol tahu, Yunho
tidak pernah menyukai Hara. Yunho pernah bilang padanya bahwa, ‘Hara bukan tipeku. Sekalipun dia
mendekatiku, aku tidak akan pernah jatuh hati padanya’. Tapi yang Jiyeol
pikirkan sampai saat ini adalah, kenapa dengan bodohnya Yunho percaya apa yang
dikatakan oleh Hara?
“menurutmu?”, tanya Yunho sambil tersenyum bercanda.
*****
“kenapa kalian menjadi canggung setelah sekian lama
tak bertemu?”, tanya Yunho memecah keheningan. Sejak tadi, Jiyeol tidak membuka
suaranya. Ia kesal, sangat kesal.
“bukankah kalian te-”
“jangan bicarakan soal dia”
“waeyo? Apa kau cemburu padanya karena dia dekat
denganku?”, Yunho berusaha melucu.
“mwo? Aish. Untuk apa aku cemburu padanya? Lagipula
tidak penting untukku, kau mau dekat dengan siapapun, itu bukan urusanku”
“hmm.. aku menyesal kenapa aku termakan oleh
omongannya”, ucap Yunho membuat Jiyeol bingung. Yunho pun menepikan mobilnya di
ujung jalan, membuat Jiyeol semakin bingung.
“kenapa berhenti?”, tanya Jiyeol.
“aku tahu cintamu-”
“maksudku kenapa mobilnya berhenti disini. Kantor
kita masih jauh. Cepat jalan lagi”, perintah Jiyeol layaknya seorang bos. Yunho
menatap datar.
“Ya! aku ingin cerita padamu yang sebenarnya”
“aku sudah tahu yang sebenarnya, jadi ak-”
“kau sudah tahu semuanya? Hmm.. maksudku kenapa
waktu itu aku membentakmu dan mengatakan kalau kau-”
“iya aku sudah tahu, semua itu karena kebodohanmu
kan?”, jawab Jiyeol lalu memalingkan wajahnya dari Yunho. Dia tidak kuat jika
harus bertatapan langsung dengan Yunho.
“jika kau bisa mengendalikan emosimu, mungkin
hubungan kita masih berjalan sampai sekarang. Mungkin kita tidak akan pernah
bertengkar hebat. Mungkin kau tidak berusaha menyakitiku dengan menarik
tanganku dengan kasar. Dan mungkin.. mungkin aku juga tidak akan menamparmu
dengan tanganku sendiri”, Jiyeol menunduk. Menangis dihadapan Yunho untuk
ketiga kalinya.
“Jiyeol-aa”, Yunho merasa sangat bersalah. Kenapa Ia
tega melakukan ini semua pada yeoja yang benar-benar menyayanginya.
“mianhe Jiyeol-aa.. mian”, mungkin inilah kali
pertama Yunho menangis setelah dia dewasa. Yunho membiarkan orang yang
mencintainya terus menangis, membiarkan dirinya menyakiti yeoja yang Ia
sayangi.
“seorang namja tidak pantas menangis”, ucap Jiyeol
sambil menepuk pundak Yunho. Tapi tangisan Yunho semakin bertambah.
“jika kau terus menangis, aku akan lebih
membencimu”, ancam Jiyeol. Buru-buru Yunho menyeka airmatanya asal.
“tapi jika aku berhenti menangis, apa kau mau
menerimaku lagi?”, tanya Yunho memelas.
“tergantung”, Jiyeol menyeka airmatanya sendiri.
Yunho menatap Jiyeol bingung.
“tergantung, apa kau bisa menjadi bos yang baik atau
tidak”, lanjut Jiyeol.
“tidak ada sangkut pautnya dengan menjadi bos atau
tidak”, ucap Yunho.
“tentu saja ada, mereka teman-teman seperjuanganku.
Aku dan mereka sama-sama tahu bahwa kau tidak pantas jadi bos. Sifatmu sangat
berbeda dengan Jung sajangnim”, jelas Jiyeol kesal.
“nde Jiyeol-aa, aku akan menjadi bos yang paling
baiiiikk di dunia ini. Asalkan kau jadi kekasihku lagiii”, Yunho memeluk Jiyeol
erat, dia tidak mau melepaskan Jiyeol untuk kedua kalinya.
*****
Di
kantor…
“Jiyeol-aa, lihat itu Yunho-ssi sepertinya sedang
bahagia sekali”, bisik Bbunee pada Jiyeol yang sedang sibuk menginput data.
Jiyeol hanya tersenyum, ‘dasar namja aneh’
“kenapa kau tersenyum? Yunho-ssi dan kau seperti
bahagia bersama”, Yuri semakin bingung.
“nah.. atau kalian sudah pacaran yaa?”, tebak Su Jin
dan tepat sasaran. Jiyeol meneguk ludah.
“annyeonghaseyo”, sapa Yunho kepada 4 orang yang
sedang bergosip itu.
“a.. anyeonghaseyo Yunho-ssi”, mereka terlihat
gugup.
“kalian tidak sedang membicarakanku kan?”, tanya
Yunho masih diiringi dengan senyumnya.
“a.. animnida Yunho-ssi”, jawab mereka semakin
gugup.
“oke. Aku akan pergi ke ruanganku”, ucapnya lagi
tapi seketika berhenti dan berkata..
“Jiyeol agashi”, panggil Yunho. Yang dipanggilpun
hanya berdehem.
“jika tidak sibuk, ke ruanganku ne. aku ingin
menyelesaikan map yang belum aku tandatangani”
“nde Yunho-ssi”, Jiyeol mengangguk. Yunho tersenyum
centil.
“Yaa.. lihat Bos kita hari ini benar-benar tampan,
perfect namja”
“aku terhipnotis dengan senyumannya yang manis itu”
Jiyeol
memutar bola matanya. ‘Kenapa ada saja
yang mereka bicarakan? Lebih baik aku ke ruangan Yunho. Tapi ku akui hari ini
Yunho terlihat tampan’ pikirnya.
*****
Hari
ini, saatnya Yunho benar-benar diangkat menjadi direktur oleh appanya yaitu
Jung sajangnim. Yunho sangat senang, apalagi selalu ada Jiyeol yang menemaninya
bekerja. Senyum Yunho tidak pernah hilang ketika dia memasuki kantor beberapa
menit yang lalu.
Para
karyawan benar-benar melihat Yunho sebagai Jung sajangnim kedua. Sudah beberapa
bulan ini, Yunho selalu mengadakan pendekatan pada karyawan-karyawannya. Itupun
karena suruhan Jiyeol.
“selamat pagi. Aku disini ……”, Jung sajangnim
memberikan sambutan-sambutan di depan para karyawan, dan juga petinggi-petinggi
di kantornya.
“mulai hari ini dan seterusnya, Jung Yunho, putra
tunggal saya akan menggantikan saya sebagai direktur di perusahaan ini. Semoga
dia bisa menjadi pemimpin yang baik untuk semua”
PROK..
PROK.. PROK.. suara gemuruh tepuk tangan terdengar di
seluruh penjuru kantor.
“dan Kim Jiyeol akan menjadi asisten pribadi untuk
Yunho sekaligus menjadi ..”, ada jeda pada omongan Jung sajangnim. “pendamping
hidup untuk putra tunggal saya, Jung Yunho”, lanjutnya membuat semua orang
kaget sekaligus bahagia. Kecuali yeoja-yeoja yang menyukai Yunho.
“MWOO?!!”
Sontak
Jiyeol kaget karena selama ini menurutnya, Jung sajangnim tidak tahu akan
hubungan yang sedang dijalani olehnya dan Yunho. Berbanding terbalik dengan
Jiyeol, senyum Yunho semakin mengembang.
“waaahh.. chukaeyo”
“aku iri padamu Jiyeol-aa”
“kenapa tidak memberitahu kami kalau kalian
mempunyai hubungan special”
“aigo, aku mendukungmu Jiyeol-aa”
Begitulah
ekspresi yang ditunjukkan teman-teman Jiyeol ketika mendengar berita itu.
Terkecuali, yeoja-yeoja yang menyukai Yunho. Tatapan mereka semakin tajam,
menyayat hati.
‘Aigo..
haruskah aku senang?’ batin Jiyeol.
Jiyeol
melihat ke arah Yunho yang masih tersenyum manis. ‘Jung Yunho, awas kau yaaa… aaarrgghh’ geram Jiyeol dalam hati.
Begitulah
akhir cerita cinta Yunho dan Jiyeol. Meskipun semua orang kantor tahu bahwa
Yunho dan Jiyeol memiliki hubungan special. Tapi Yunho dan Jiyeol tetap
professional menjalankan tugasnya masing-masing.
Yunho
akan menjadi seorang bos di perusahaan, sedangkan Jiyeol hanya seorang karyawan
atau lebih tepatnya asisten Yunho. Di kantor kedudukan mereka adalah atasan dan
bawahannya. Sedangkan di luar kantor, Jiyeol lah yang berkuasa atas diri Yunho.
~END~
0 komentar:
Posting Komentar