Halaman

Senin, 06 Januari 2014

~YunJiyeol~



Author Aneh : IkaYunho
Title : ~YunJiyeol~

=====================================================================

“aigo”, Jiyeol hampir berbisik sendiri.

            Beberapa jam yang lalu, ruangan kantor yang selalu ramai diisi dengan suara-suara para karyawan, sekarang terlihat sepi sekali. Di ruangan itu hanya terdengar bunyi jam yang dari waktu ke waktu selalu berubah, suara AC yang mengeluarkan udara dingin, menambah suasana menjadi mencekam, dan suara-suara ketikan keyboard yang berasal dari tangan Jiyeol.

“aish.. jinjja!”, Jiyeol frustasi dan hanya bisa mengacak-acak rambutnya. “kalau saja, namja menyebalkan itu tidak memberikanku tugas yang menumpuk, aku tidak akan ada disini sekarang”, umpatnya kesal.

            Jiyeol mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kantor, dilihatnya jendela ruang kantor yang ada disebelah kanannya terbuka, menyebabkan angin dingin masuk ke dalam ruangan itu.

“eommaaa”, bisiknya takut sambil terus mengetik sesuatu di depan komputer kerjanya.

            Ya, hari ini Jiyeol memang ditugaskan untuk membuat salah satu bahan presentasi untuk rapat kerjanya besok. Sebenarnya ini bagian dari hukuman karena tadi pagi Jiyeol terlambat. Dan lebih parahnya, Bos Jiyeol memergokinya. Alhasil, disinilah, malam ini dia harus mengerjakan bahan untuk presentasi.
“fiuh.. akhirnya selesai juga”, Jiyeol mengambil tisu di samping komputernya lalu ditempelkannya ke dahi, mengusap keringat dingin yang terus saja keluar dari kulitnya. Diminumnya seteguk air putih yang tadi Ia ambil sebelum melaksanakan tugasnya ini.



            Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, diluar angin tertiup kencang seperti malam ini akan hujan. Jiyeol menyimpan file yang sudah Ia buat tadi, lalu membereskan barang-barangnya dan Ia masukkan ke dalam tas kerjanya. Setelah itu, Ia mematikan komputernya.

“kantor ini seperti tidak berpenghuni”, ucap Jiyeol lalu tertawa sendiri sambil berjalan di koridor kantor. 

“haha.. bodohnya aku, tentu saja tidak berpenghuni, memangnya siapa yang mau kerja sampai malam”

BRUG

“eommaaaa”, dengan gerakan refleksnya Jiyeol berjongkok sambil menutup wajahnya dengan tas kerjanya dan berteriak sekencang mungkin. Berharap ada seseorang yang menolongnya.

“Ya!”, terdengar suara namja yang tidak asing bagi Jiyeol. Mungkin saja security yang berjaga dikantor.

“hiks..”, Jiyeol tidak suka suasana yang mencekam dan juga sepi. Dan pada akhirnya, Ia hanya bisa menangis dan tentunya masih dalam keadaan berjongkok.

            Jiyeol mengusap airmatanya, tapi bahunya masih terlihat bergetar, dia benar-benar sangat takut. ‘nugu?’ Tanya Jiyeol dalam hati, Ia melihat sepasang sepatu yang sekarang berada tepat di depannya.

*****

            Yunho merilekskan tubuhnya, seperti habis bangun tidur namja ini. Dia meneguk air putih yang berada diatas meja kerjanya.

“hoamhh.. ku akui nyaman sekali tidur di sofa  ini”, Yunho melirik sofa berwarna coklat, yang ukurannya mungkin sama seperti tinggi Yunho. Buktinya saja, Yunho nyaman sekali tidur di sofa yang berada di ruang kerja kantornya.

“pukul 8 malam. Hmm.. cukup lama aku tertidur rupanya. Tapi lebih baik, daripada aku harus tidur di rumah”, ucap Yunho lalu memakai jas kerjanya yang berwarna hitam.

“aigo, kenapa tadi aku tidak membawa tas kerjaku. Huft, kalau begini jadinya, aku harus menenteng buku setebal ini kan?”, ucap Yunho malas lalu mengambil buku tebal itu tapi…

BRUG

“eommaaaa”

“nugunde?”, Yunho mendengar suara yeoja berteriak. Cepat-cepat Ia mengambil buku itu lalu keluar dan ternyata…

“Ya!”, hampir saja Yunho memarahi yeoja itu jika dia tidak menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Yeoja itu masih menahan tangisannya, tubuhnya bergetar.

“Na ya, Yunho”, ucap Yunho santai seakan tahu bahwa yeoja itu ketakutan.

*****

            Jiyeol dengan cepat mengangkat wajahnya yang pucat lalu menatap tajam namja yang ada didepannya itu.

“Ya! kau kira ini lucu? Hah??!!”, mungkin bukan pertanyaan yang dilontarkan Jiyeol melainkan bentakan keras.

            Yunho terkejut dengan sikap Jiyeol yang tiba-tiba saja berteriak di depan wajah tampannya. ‘untung saja hanya ada aku dan dia, jika ada karyawan yang melihatku dibentak-bentak oleh Jiyeol. Akan aku langsung pecat dia’ pikir Yunho jahat.

“hahaha.. lucu sekali kau? Kau kira aku sengaja menakut-nakutimu? Cih. Kau selalu saja berpikiran jelek pada semua orang”, Yunho berdiri dan menatap Jiyeol yang masih berjongkok.

“lalu apa jika tidak menakut-nakutiku? Kau hanya mengerjaiku saja kan? Menyuruhku membuat bahan presentasi, agar kau bisa menjahiliku?”, Jiyeol mengusap airmata nya kasar.

“aigo.. tidak ada untungnya jika aku mengerjaimu”, omel Yunho lalu meninggalkan Jiyeol yang masih penuh dengan amarah yang meluap-luap.

*****

            Keesokan paginya, para karyawan sudah bergosip ria. Tidak hanya yeoja melainkan namja yang sudah sibuk membicarakan bos dan teman satu kantornya. Ya, Yunho adalah bos, ah tidak lebih tepatnya hanya anak bos yang sekarang sedang menggantikan ayahnya yang sudah akan pensiun. ‘kau harus belajar dari sekarang, sebelum kau benar-benar menggantikanku’ itu perintah ayah Yunho.

            Jiyeol masuk ke ruangannya dan disambut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Jiyeol tidak penting tapi berhasil membuat Jiyeol syok.

“Kim Jiyeol-aa, semalam kau berani sekali membentak Yunh-ssi. Kau tidak takut akan dipecat?”

“atau karena kau merasa sudah dipercaya oleh Jung sajangnim, kau bisa seenaknya begitu memarahi Yunho-ssi”

‘Ya Tuhan, kenapa mereka bisa tahu? Ah.. di kantor kan ada CCTV’

“Jiyeol-aa, kau dipanggil ke ruangan Jung sajangnim sekarang”, suara Bong Gun membuyarkan lamunan Jiyeol.

“waaahh, sepertinya ada yang tidak beres Jiyeol-aa”

            Teman-teman kantor Jiyeol pun menakut-nakutinya, ada yang bilang Jiyeol akan dipecat lah atau pun Jiyeol akan dimarahi habis-habisan oleh Bos nya itu. ‘aku tidak akan rela dipecat jika hanya gara-gara aku memarahi namja itu’ pikirnya.
 
*****

“kau benar-benar keterlaluan Yunho”, laki-laki setengah baya itu memarahi anaknya yang sekarang sudah menunduk tak tahu harus berbuat apa.

“jika pimpinan semua sepertimu, tidak akan ada karyawan yang setia mendampingimu dan membantumu dalam pekerjaan”, Jung sajangnim duduk di kursinya dan menatap Yunho.

“Ya! Jung Yunho-ssi”, panggil Jung sajangnim dan membuat Yunho mendongak, balik menatap ayahnya itu sekaligus bos di kantornya.

“ye sajangnim”, jawab Yunho lemah.

“kau-”

TOK TOK TOK

            Ketukan pintu yang terdengar membuat Jung sajangnim menghentikan omelannya dan menyuruh orang itu masuk. Yang dia tahu, pasti itu adalah Jiyeol. Jiyeol meneguk ludah sebelum menatap Bos besarnya itu. Jung sajangnim menyuruhnya duduk di kursi tepat di samping Yunho.

“kau terlihat kurang tidur Jiyeol-aa”, ucap Jung sajangnim lembut.

‘Ya! dia memarahiku habis-habisan dan sekarang bersikap lembut didepan yeoja ini? Aigo.. aku benar-benar sakit hati. Sebenarnya aku atau dia sih anaknya?’ batin Yunho kesal. Mungkin jika dia boleh berteriak saat ini, dia akan berteriak dan memarahi appanya itu.

“animnida sajangnim”, jawab Jiyeol masih dengan wajah tertunduk.

‘aish, dia benar-benar bermuka dua’ umpat Yunho lagi dalam hati.

“apa kau merasa lelah?”, Tanya Jung Sajangnim lalu berdiri dan menghampiri Jiyeol.

Tapi sebelum beliau sampai di samping Jiyeol, Yunho sudah berdiri dan menatap Bos nya tajam. Jiyeol yang sedari tadi menunduk, sontak menatap Yunho dengan aneh. ‘kenapa dia? Apa dia cemburu melihat appa nya bersikap lembut padaku?’ Tanya Jiyeol tanpa sadar merindukan sosok namja yang selalu melindunginya.

“waeyo?”, Tanya Jung sajangnim sambil melotot. Jiyeol merasa ingin menangis tapi…

“apa appa bermain-main dengan yeoja sepertinya?”, Tanya Yunho dengan nada suara mengejek. ‘apa maksudnya?’ Tanya Jiyeol heran.

“apa maksudmu?”, Jung sajangnim mewakili pertanyaan Jiyeol.

“appa tidak mengerti maksudku? Aish jinjja.. selera appa benar-benar murahan”, ejek Yunho sambil melirik Jiyeol dengan tatapan rendah.

“apa maksudmu?”, Jiyeol berdiri menatap sinis Yunho. “kau kira aku wanita murahan?”, bentak Jiyeol benar-benar tak suka dengan sikap Yunho.

            Beberapa saat, Yunho dan Jiyeol saling beradu tatapan tak menyenangkan. Sedangkan Jung sajangnim hanya melihat dua orang anak muda itu sambil tersenyum.

“Ya! kenapa kalian bertengkar di ruanganku? Kalian benar-benar ………”

            Sementara di luar ruangan, para karyawan menguping pembicaraan antara 3 orang itu. “sepertinya Jung sajangnim benar-benar sangat marah pada mereka”, “aku rasa mereka berdua pantas diberi hukuman”. Itulah komentar-komentar yang terlontar dari para karyawan.

*****

“aish..”, itulah umpatan untuk ke-100 kali atau mungkin lebih yang diucapkan oleh Jiyeol pada namja yang sekarang ada disampingnya.

            Yunho masih tetap fokus menyetir, sebenarnya Ia ingin menimpali perkataan Jiyeol tapi dia berpikir lagi untuk diam saja. ‘hanya akan membuat moodku jadi lebih buruk’ pikir Yunho. Seharian ini, Yunho dan Jiyeol benar-benar dimarahi habis-habisan oleh Jung sajangnim. Jiyeol harus selalu menemani Yunho kemanapun Ia pergi.

#flashback

“jweoseongheyo sajangnim, tapi kenapa aku harus menemaninya? Sedangkan pekerjaanku di kantor me-”

“sekarang Yunho juga adalah bosmu dan dia akan menggantikanku Jiyeol-aa, jadi kau juga harus banyak mengajarkannya tentang kantor ini”, jelas Jung sajangnim memotong perkataan Jiyeol.

“nde sajangnim”, Jiyeol menghela nafas panjang. 

#endflashback

“kau mau turun atau tetap berada di mobil?”, Tanya Yunho yang sekarang sudah membuka pintu mobilnya.

“di mobil saja”, jawab Jiyeol singkat tanpa menatap Yunho.

DUG

            Yunho menutup pintu mobilnya kasar lalu masuk ke dalam supermarket. Mungkin Ia lapar atau haus dan berencana membeli sesuatu yang segar di dalam. Sedangkan Jiyeol terus-terusan mencibir Yunho, mengumpat Yunho dengan kata-kata kasar.

*****

“fiuh, akhirnya aku terlepas dari yeoja itu”, ucap Yunho lalu membanting tubuhnya ke atas kasur.

“sifat marahnya masih sama seperti dulu”, entah kenapa senyum manis Yunho mengembang ketika mengingat Jiyeol.

“ada yang membuatmu senang?”, Tanya Jung sajangnim -appa Yunho-.

            Yunho bangun dari tidurnya dan mendapati ayahnya sudah ada di depan kamarnya dengan wajah yang…

“kenapa wajah appa berbeda sekali ketika di kantor dan di rumah?”, Tanya Yunho sedikit kesal.

“tentu saja berbeda, aku dirumah adalah seorang ayah, sedang di kantor aku adalah bosmu”, jelas Jung appa sembari duduk di kasur empuk Yunho.

“dia sangat cantik kan?”, Tanya Jung appa meledek ingin melihat tanggapan Yunho.

“nugu?”

“Jiyeol, Kim Jiyeol”, jawab Jung appa tersenyum.

“mwo? Appa menyukainya? Omo, apa eomma kurang cantik?”, sindir Yunho.

“pikiranmu itu tidak mencerminkan kepemimpinan”, ungkap Jung appa. Yunho hanya menatap appanya itu datar.

“kau tahu kan appa sangat ingin mempunyai anak gadis?”

“yayaya.. appa ingin mengangkatnya sebagai anak? Dia masih punya keluarga yang amat sangat menyayanginya. Jadi tidak mungkin dia mau dijadikan anak angkat”, jelas Yunho.

“kau sepertinya tahu sekali tentang Jiyeol?”, Jung appa menyelidik.

“ekhm… tentu, tentu saja aku tahu, aku kan membaca semua biodata karyawan-karyawan di kantor. Appa bilang aku harus mengetahui asal-usul karyawanku agar kita jadi lebih dekat”, Yunho beralasan.

            Tentu saja Yunho tahu bahwa Jiyeol masih mempunyai keluarga yang sangat menyayanginya, dan bisa dikatakan keluarganya juga sangat menyukai Yunho. Dulu Yunho memang pernah dekat dengan Jiyeol, sangat dekat mungkin. Tapi sesuatu terjadi dan pada akhirnya mereka sama-sama saling membenci.

*****

“Jiyeol-aa”, panggil eomma Jiyeol. Yang dipanggil pun hanya berdehem.

“entah kenapa eomma sangat merindukan Yunho akhir-akhir ini”, cerita eomma Jiyeol. Jiyeol mengerutkan dahi, ‘tak biasa-biasanya eomma membicarakan anak itu’ pikir Jiyeol.

“dia baik-baik saja, sudah jangan mengingatnya lagi”, ucap Jiyeol sedikit memaksa. Jiyeol masih sibuk dengan kamar tidurnya.

            Hari ini, hari libur. Waktunya untuk Jiyeol membereskan rumah dan setelah itu beristirahat. Tapi mendengar eomma nya berbicara tentang Yunho, moodnya berubah menjadi buruk.

“kapan-kapan ajak dia kemari lagi Jiyeol-aa”, ucap eomma Jiyeol sembari membantu Jiyeol menyapu kamar. “mwo? Eomma mau bertemu dengannya?”, Jiyeol luar biasa kaget.

“eomma dengar, tidak usah berteriak seperti itu”, eomma Jiyeol mengacungkan sapunya ke arah Jiyeol. Reflex Jiyeol menghindar.

“waktu itu eomma sempat bertemu dengannya, dia terlihat lebih tampan Jiyeol-aa. Eomma mengajaknya ke rumah, tapi dia menolak. Dia bilang akan main kapan-kapan”, cerita eomma nya membuat Jiyeol melongo.

“cukup-cukup.. perasaan rindu eomma itu sudah berlebihan. Eomma kan tahu aku sudah tidak-”

“eomma tahu kalian masih saling mencintai”

“aigo aigo.. sudah-sudah aku tidak mau dengar lagi perkataan eomma”, Jiyeol menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.

            Eomma Jiyeol memang tahu mereka sudah tidak bersama, tapi entah kenapa eomma nya merasa tidak rela jika mereka berpisah karena sesuatu yang tidak jelas, lebih tepatnya karena Jiyeol tidak memberitahukan alasannya.

*****

“iya aku saja kaget ketika tahu bahwa dia diracuni. Benar-benar keterlaluan yang melakukan itu..”

“kalian ini selalu saja mengurusi orang lain”, Jiyeol gerah mendengar celotehan kedua teman kantornya itu.

“kau itu seharusnya mendengar hal-hal yang seperti ini, jangan terus-terusan bekerja Jiyeol-aa”, ucap Bbunee.

“lagipula tidak ada untungnya kan membicarakan mereka”, potong Jiyeol sebelum Bbunee berbicara lagi.
“aish, kau me-”

“Jiyeol, ke ruanganku sekarang”, panggil Yunho ketika lewat diantara kerumunan karyawan. Semenjak semua karyawan tahu bahwa dia pernah dibentak-bentak oleh Jiyeol, Yunho selalu bertampang galak didepan karyawannya.

“aish”, umpat Jiyeol tapi tetap menuruti perintah si bos itu.

*****

“kau sudah makan siang?”, Tanya Yunho ketika Jiyeol baru saja masuk ke ruangannya.

“Ya! kau menyuruhku kemari hanya ingin bertanya soal itu?”, Tanya Jiyeol kesal.

“aigo, aku bertanya baik-baik dan kau menjawabnya dengan ketus. Jiyeol Jiyeol”, Yunho berusaha tetap tenang.

“aku belum makan siang dan ada apa kau menyuruhku ke ruanganmu sajangnim?”, Jiyoel menekankan kata-kata sajangnim dan akhirnya merasa muak sendiri.

“duduklah”, suruh Yunho. “ige..”, Yunho menyerahkan beberapa laporan penjualan kepada Jiyeol.

“apa kau menyuruhku untuk mengerjakan ini?”, Tanya Jiyeol berharap Yunho menjawab tidak, tapi kenyataan berkata lain.

“iyaa”, Jiyeol menatap Yunho dengan penuh amarah. “tapi tenang saja, aku akan tetap membantumu. Maka dari itu, sekarang aku ingin mengajakmu makan siang. Otte? Untuk membalas kebaikanmu”, Yunho tersenyum semanis mungkin.

“jadi ini sebuah sogokan?”

“tentu saja tidak, ini kan juga bagian dari pekerjaanmu”, ucap Yunho.

            Jiyeol menghela nafas, itu artinya Jiyeol harus makan siang dengan Yunho dan juga lembur kembali untuk mengerjakan laporan-laporan penjualan itu. ‘aku harus kuat’ Jiyeol menguatkan dirinya sendiri.

*****

“yaa, hati-hati ne”, teriak Jiyeol ketika teman-temannya berpamitan untuk pulang. Tapi Bbunee dan Yuri malah menatapnya cemas.

“waeyo?”, Jiyeol merasa tidak suka dikasihani. “gwenchana? Aku akan membantumu disini”, ucap Bbunee yang diikuti anggukan oleh Yuri.

“aku tidak apa-apa. Sudahlah pulang saja”, jawab Jiyeol enteng.

“Yunho-ssi benar-benar keterlaluan. Dulu Jung sajangnim tidak pernah menyuruhmu untuk lembur. Apalagi dikantor sendirian”, ejek Yuri.

“ekhm.. aku mendengarnya”, Yunho masuk ke dalam ruangan karyawan yg cukup besar dan juga dibatasi oleh sekat-sekat setiap mejanya.

“ah mianhe Yunho-ssi”, Yuri dan Bbunee salah tingkah. Lalu membungkuk 90 derajat untuk berusaha meminta maaf. Yunho hanya mengangguk-angguk tak peduli.

“kami pulang dulu ne”, Yuri dan Bbunee berpamitan pada Jiyeol lalu keluar ruangan.

“membicarakan bos nya sendiri. Karyawan macam apa itu?”, Yunho berlagak sok.

“dan bos macam apa yang menyuruh karyawannya lembur setiap malam?”, sindir Jiyeol.

“tidak usah banyak bicara, cepat kau kerjakan tugasmu”, tanpa disadari tangan Yunho terayun dan mengacak-acak rambut Jiyeol dengan lembut. Lalu pergi meninggalkan Jiyeol yang terbengong-bengong.

*****

“apa yang baru saja aku lakukan?”, Yunho mondar-mandir tak karuan mengingat perlakuannya pada Jiyeol tadi.

            Yunho sama sekali tak berkonsentrasi mengerjakan laporan penjualan, yang dalam perjanjian tadi, Yunho harus membantu Jiyeol untuk menyelesaikannya. Yang ada Yunho hanya melamun, memikirkan hal-hal tentang Jiyeol. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

            Cuaca diluar semakin dingin, angin berhembus dengan kencangnya, hari pun semakin gelap. Tapi pada saat itu Jiyeol tak merasa takut ada di ruangan itu sendiri.

“aigo.. kenapa udara masih saja dingin. Padahal aku sudah mematikan AC nya”, Jiyeol benar-benar kedinginan. Tadi Ia tidak sempat membawa jaket tebal karena terburu-buru.

“kau-”

“Ya!”, Jiyeol berteriak sekeras mungkin.

“na ya”, Yunho ikut berteriak.

“fuh, mian. Aku terkejut”, Jiyeol mengusap-usap dadanya. Nafasnya tersengal-sengal.

“kau itu mau membuat telingaku rusak yaa?”, kesal Yunho.

“nde, mian”, jawab Jiyeol enteng lalu melanjutkan pekerjaannya.

“pakailah”, Yunho memakaikan jaket ke tubuh Jiyeol. “aku tidak mau jika appa nanti menyalahkanku karena kau sakit”, Yunho kembali duduk disamping Jiyeol.

            Hening menyelimuti mereka berdua. Tidak ada satu katapun yang keluar. Jiyeol sibuk dengan ketikannya, sedangkan Yunho sibuk dengan pikirannya yang entah kenapa dia jadi merindukan sosok Jiyeol yang manja.

“Jiyeol-aa”, panggil Yunho lembut. Jiyeol hanya berdehem, dia tidak mau Yunho tahu bahwa dia sangat grogi di dekatnya. Tidak ada suara lagi dari Yunho.

“ada apa?”, Jiyeol berhenti mengetik lalu menoleh ke arah Yunho yang ternyata sedang memperhatikannya sejak tadi. Jiyeol menelan ludah.

“wajahmu memerah”, ucap Yunho sambil tersenyum. “aku kedinginan”, jawab Jiyeol singkat.

“dulu jika kedinginan kau pasti-” sebelum Yunho melanjutkan kata-katanya, Jiyeol menatap Yunho dengan sinis.

“hahaha.. kau pasti minta dibelikan kopi. Dengar dulu pembicaraanku. Tatapanmu seperti ingin membunuhku”, lanjut Yunho diselingi dengan tawa.
 
JEGER..

            Suara petir menghentikan tawa Yunho. Dan tiba-tiba saja, Jiyeol memeluk lengan Yunho karena takut. Ya, sedari dulu Jiyeol memang sangat takut akan suara-suara keras.

“gwenchana. Hanya petir”, Yunho membelai rambut panjang Jiyeol.

BLEP. TIIIIT.

“Yunho-aa, hiks”, tiba-tiba semua lampu mati, tak terkecuali komputer yang sedang Jiyeol pakai. Jiyeol makin erat memegang lengan Yunho. Ia sangat tidak suka suasana seperti ini, hujan, mati lampu, petir.

“tenanglah, ada aku disini”, Yunho semakin tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Jiyeol. Selama beberapa menit, Jiyeol tetap bertahan dengan memeluk lengan Yunho, begitu juga sebaliknya.

*****

“waaahh.. kenapa Yunho-ssi ada di meja kerja Jiyeol?”

“dia tertidur, tidak memakai jaket. Apa dia tidak kedinginan?”

            Semalam, sehabis mengantar Jiyeol pulang ke rumah yang masih ketakutan, Yunho kembali lagi ke kantor, dia ingat bahwa pekerjaan yang Jiyeol kerjakan belum Jiyeol simpan. Maka dari itu, Yunho berencana untuk menyelesaikan tugas Jiyeol lalu pulang ke rumah. Tapi Ia malah ketiduran sampai para karyawan datang. Pukul 8 pagi.

            Jiyeol masuk ke dalam ruangan, heran karena teman-teman kantornya mengerubungi meja kerjanya. Jiyeol lalu menghampiri kerumunan itu dan…

“Yunho.. ekhm Yunho-ssi”, tahu bahwa teman-temannya melirik Jiyeol karena ucapannya itu, dia langsung meralatnya.

“kenapa dia ada di meja kerjamu?”, Tanya Su Jin.

“molla”, Jiyeol menaruh tasnya lalu menyuruh teman-temannya itu kembali ke meja kerja masing-masing.

“Ya! Yunho-ssi”, bisik Jiyeol sambil menggoyang-goyangkan tubuh Yunho agar bangun.

“hey! Ini sudah pagi. Neo babo jinjja!”, Jiyeol menepuk pipi kiri Yunho.

“hoamh. Eo.. Jiyeol”, Yunho mengucek-ucek matanya. Lalu tersadar bahwa dia sedang di kantor.

“omo”, tampang Yunho benar-benar kacau saat ini. Rambut yang biasanya terlihat rapi, sekarang berantakan, pakaiannya pun kumal.

“kau sudah mempermalukan dirimu sendiri. Arra?!”, bentak Jiyeol walau pelan. “eottoke?”, Yunho memukul-mukul kepalanya.

“bangunlah! Anggap saja tidak terjadi apa-apa, keluarkan gaya sok mu itu”, usul Jiyeol yang mendapatkan tatapan datar dari Yunho.

“atau kau mau kuusir dari meja kerjaku?”, Tanya Jiyeol menyeringai.

“aish”, Yunho berdiri lalu dengan sengaja menarik tangan Jiyeol.

            Seruan dari yang lain pun terdengar. Sedangkan Jiyeol hanya bisa memukul tangan Yunho yang mencengkram tangannya.

*****

“apa yang kau lakukan?”, Jiyeol menepis tangan Yunho yang mulai mengendur.

“wae?”, Yunho hanya menanggapi enteng teriakan Jiyeol tadi.

“neo jinjja! Apa maumu? Kau.. aish”, Jiyeol bingung dengan keadaan ini.

“santai saja, lagipula aku tidak melakukan apapun kan padamu”, Yunho duduk di kursi kerjanya dengan santai.

            Jiyeol hanya menatap Yunho, entah apa yang harus Ia lakukan untuk menghadapi namja yang dulu pernah mengisi ruang hatinya. Andai saja Jiyeol tidak memandang Jung sajangnim, mungkin dia akan memukul Yunho sepuas-puasnya untuk melampiaskan rasa kesalnya. Tapi itu tidak mungkin.

*****

“kau benar-benar ada sesuatu dengannya?”, Tanya Bbunee lambat-lambat. Jiyeol hanya menghela nafas.

            Istirahat hari ini, benar-benar membuat kepala Jiyeol ingin pecah. Semua orang menanyakan hal yang sama, pertanyaan yang baru saja Bbunee lontarkan tadi. Percuma saja jika Jiyeol menjawab tidak, semua orang tidak akan percaya. Maka dari itu, Jiyeol hanya bisa menghela nafas.

“hey, jawab aku!”, Bbunee mengguncang-guncangkan tubuh Jiyeol yang sedikit lelah. Tapi tetap tidak ada respon dari Jiyeol.

            Dan mungkin sekarang, yeoja-yeoja di kantor yang menyukai Bos barunya itu akan terus meneror Jiyeol dengan tatapan-tatapan tajam mereka. Tiba-tiba saja, handphone Jiyeol bergetar. Tertera Jung sajangnim di layar handphonenya.

“aku angkat telepon”, Jiyeol beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Bbunee dan teman-teman kantornya yang sudah menganggap kalo telepon itu dari Yunho, bos mereka.

“ne, yeoboseyo sajangnim”

“kau dimana?”, Tanya Jung sajangnim dari seberang telepon.

“aku sedang makan siang sajangnim”, sebenarnya Jiyeol sedang malas mengangkat telepon dari bos besarnya itu.

“aku ingin bicara denganmu, datang ke ruanganku sekarang”, perintah Jung sajangnim.
‘aku berharap mendadak sakit agar tidak bertemu dengannya sekarang’ keluh Jiyeol.

*****

“aku mendengar dari salah satu karyawan, kalian sedang menjalin sebuah hubungan. Apa itu benar?”, Tanya Jung sajangnim pada Yunho dan Jiyeol.

“a-”

“iya. Apa salah?”, Yunho menjawab pertanyaan Bos sekaligus appa nya itu, membuat Jiyeol bingung dan yang pasti menambah kekesalannya pada namja disampingnya itu.

‘aish, aku benar-benar ingin memukul kepalanya. Kenapa dia masih sama menyebalkan seperti dulu?’ batin Jiyeol kesal.

“jinjja? Apa benar Jiyeol-aa?”, Tanya Jung sajangnim.

“dia tidak akan menjawab ‘iya’. Jadi ti-”

PAK

            Nafas Jiyeol memburu, Jiyeol berniat untuk menahan amarahnya tapi sebuah tamparan sudah mendarat di pipi kiri Yunho. Kejadian itu mungkin untuk kedua kalinya bagi Yunho. Yunho menatap Jiyeol seakan bertanya ‘kenapa kau melakukannya lagi?’.

            Jiyeol menggigit bibirnya sendiri, menahan airmatanya agar tidak keluar. Jiyeol menunduk, tidak tahu apa yang Ia pikirkan saat ini.

“Jiyeol-aa”, Yunho memanggil Jiyeol dengan lembut.

“mianhe”, Jiyeol membungkuk beriringan dengan airmatanya yang jatuh, Ia tidak bisa menahan airmata itu. Jiyeol beranjak keluar meninggalkan Jung sajangnim dan Yunho.

*****

TOK.. TOK.. TOK..

“Jiyeol-aa, kau tidak pergi bekerja?”, eomma Jiyeol sudah 30 menit berada di luar kamar untuk membangunkan Jiyeol.

            Yang dipanggilpun hanya berdiam diri tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan eommanya itu. 

“baiklah, aku akan beranggapan kalau kau sakit, jadi jika nanti teman kantormu menanyakan hal tentangmu, aku akan menjawab kau sakit”, ucap eommanya lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

“apa aku keluar saja dari kantor?”, pikir Jiyeol.

            Sejak kejadian tamparan itu, Jiyeol dengan sangat buru-buru meninggalkan kantor lalu berkata bahwa ada sanak keluarganya yang sakit. Dan dari kemarin pula, Ia memikirkan apakah dia harus keluar atau tetap berada di kantor.

“tapi mukaku harus aku taruh dimana? Ya Tuhaaann.. bodohnya aku bisa menampar Yunho didepan Jung sajangnim yang sekaligus dia adalah appanya. Eottokhe?”, Jiyeol mengacak-acak rambutnya. Sepertinya Jiyeol benar-benar dibuat stress oleh Yunho.

“Jiyeol-aa”, suara eomma Jiyeol terdengar lagi tapi yang ini seperti sangat gembira.

“Jiyeol-aa, cepat buka pintunya. Kau tahu siapa yang datang? Orang yang sedang eomma tunggu-tunggu”, teriak eomma Jiyeol lagi lebih bergembira.

“gggrrr”, Jiyeol menggeram. “nugu eom-”

“annyeonghaseyo Jiyeol Agassi”, sapa Yunho yang sudah berada tepat di depan kamar Jiyeol.

*****

“untuk apa kau kemari?”, Tanya Jiyeol ketus. Sekarang mereka sedang berada di atap rumah Jiyeol. Atap rumahnya memang didesain untuk tempat bermain, beristirahat. Jadi suasana di atap rumah ini terasa nyaman sekali dan juga teduh.

“menepati janji pada eomma mu”, jawab Yunho santai sambil memakan cemilan yang disiapkan eomma Jiyeol.

“janji?”, Tanya Jiyeol bingung.

“dan tentunya untuk mengecek kenapa kau tidak masuk kerja hari ini”, Jiyeol tahu Yunho mengalihkan pembicaraanya.

“apa kau sakit?”

“ya”, jawab Jiyeol cepat.

“hmm.. sudah minum obat?”

“tidak usah sok perhatian padaku. Lebih baik kau pulang sana”, omel Jiyeol.

“sekarang jam kantor”, ralat Yunho.

“ya terserah, yang penting kau keluar dari rumahku dan jangan pernah kembali lagi kesini”

“waeyo?”, Tanya Yunho dengan suara melemah. “kau bilang dulu-”

“tidak ada kata-kata dulu. Aku ingin istirahat. Kau pulanglah”, Jiyeol berusaha menghindari tatapan Yunho lalu beranjak pergi tapi Yunho meraih tangan kanan Jiyeol.

“aku-”

“aku bukan wanita murahan yang seenaknya kau pakai lalu kau buang. Jadi lepaskan tanganku!”, ucap Jiyeol berusaha melepaskan tangan Yunho tapi terlalu erat.

“mian”, Yunho melepaskan tangan Jiyeol.

*****

“Ya! Yunho-aa, waeyo? Ini sakit”, Yunho menarik sebuah tangan mungil dengan cengkraman yang sangat kuat.

            Jiyeol hanya bisa meronta berharap Yunho mau melepaskan tangan kekarnya dan tidak menyakiti dirinya. Selama 2 tahun ini, Yunho sama sekali tidak pernah berbuat kasar padanya tapi kenapa sekarang Ia berbuat seperti itu.

“kau selama ini tidak menyukaiku kan?”, Tanya Yunho dengan mata yang berkilat marah.

Jiyeol menatap Yunho. Mulutnya diam.

“Jawab aku!”, bentak Yunho tepat di depan wajah Jiyeol.

“Atau mungkin selama ini kau hanya menginginkan sesuatu dariku? Uang misalnya?”

PAK

            Sebuah tamparan keras penuh dengan amarah mendarat di pipi kiri Yunho. Yunho hanya tersenyum sinis. Jiyeol menahan tangis yang sedari tadi Ia bendung.

“apa maksudmu? Apa kau berpikir serendah itu?”, Tanya Jiyeol dengan suara yang hampir tidak terdengar.

“kau kira aku tidak tahu.. selama ini kau menjadi kekasihku hanya karena aku selalu memberikanmu barang? Iya kan?”

“apa aku pernah meminta sesuatu darimu? Apa aku pernah memaksamu untuk membelikan semua barang-barang itu padaku? Apa kau tidak bisa merasakan cintaku ini tulus padamu?”, Jiyeol berteriak sambil memukul-mukul dada bidang Yunho.

            Jiyeol menangis, benar-benar menangis. Mengetahui namja yang selama ini bersamanya bisa berpikir rendah tentang dirinya. Yunho tak berniat menghentikan pukulan yang Jiyeol berikan padanya. Ia berpikir, apa yang sebenarnya sudah Ia lakukan. Yunho hanya menatap Jiyeol, membiarkan Jiyeol melampiaskan kemarahan pada dirinya.

“baiklah.. jika memang kau berpikir aku adalah yeoja seperti itu. Mungkin kau akan senang jika hubungan ini kita akhiri”, Jiyeol sudah terlihat tenang.

“aku tidak membicarakan hal itu, aku hanya bertanya apa kau-”

“sekalipun aku menjawab tidak, kau akan tetap menilaiku seperti itu. Besok akan aku kembalikan semua barang-barang yang kau berikan”, ucap Jiyeol lalu meninggalkan Yunho yang kesal.

*****

“apa kau benar-benar masih marah padaku?’, Tanya Yunho kepada boneka beruang berwarna coklat di depannya.

“apa kau sudah tidak menyukaiku lagi?”, tanyanya lagi pada boneka itu yang sudah pasti tidak akan menjawabnya.

“aku berharap kau masih menyukaiku dan mencintaiku”, sekarang Yunho memeluk boneka itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

“jweoseonghamnida”, tiba-tiba saja pintu ruang kerja Yunho terbuka dan masuklah Jiyeol. Yunho yang kaget pun tidak bisa menyembunyikan boneka yang masih ada dalam pelukannya itu.

“ekhm.. kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?”, Yunho terlihat gugup.

“tidak sempat”, Jiyeol meletakkan sebuah map kuning lalu menyuruh Yunho untuk tanda tangan di salah satu kertas. Jiyeol sempat melirik boneka yang dipegang Yunho.

‘kenapa dia memeluk boneka itu?’ pikir Jiyeol.

“wae?”, Tanya Yunho mengagetkan lamunan Jiyeol.

“aniyo. Hanya heran saja, kenapa seorang namja bermain boneka, apalagi dia sudah cukup besar”, ucap Jiyeol lalu mengambil map yang sudah ditanda tangani Yunho.

“Ya! apa dia lupa?”, bisik Yunho ketika pintu ruangannya sudah tertutup.

*****

            Saat ini, Jiyeol sedang sedang merapikan map-map yang tertumpuk di atas mejanya. Tapi di dalam pikiran Jiyeol, Ia bertanya-tanya kenapa boneka itu masih Yunho simpan. Ya, boneka itu adalah hadiah dari Yunho ketika Jiyeol berulang tahun. Tepatnya, setahun yang lalu.

“Jiyeol-aa”

“nde sajangnim”, sahut Jiyeol sambil memberi hormat pada bosnya.

“apa semua map itu sudah ditanda tangani oleh Yunho?”

“belum sajangnim, rencananya setelah dibereskan aku akan membawanya pada Yunho agar diselesaikan”, jawab Jiyeol.

“hmm.. baiklah. Aku harap kau terus membimbingnya yaa”, ungkap Jung sajangnim.

“nde sajangnim”, angguk Jiyeol.

“sajangnim”, panggil Yunho yang tiba-tiba sudah berada diantara Jiyeol dan Jung sajangnim.

“aku ingin keluar sebentar, mungkin sekitar 1 jam”, Yunho meminta izin pada appanya itu.

“untuk apa? Kau tidak lihat, banyak map yang harus kau tanda tangani”, Jung sajangnim menunjuk map yang sedang dipegang Jiyeol.

“aku ingin is-”

“ya sudah, bawa Jiyeol untuk menemanimu”, ucap Jung sajangnim cepat.

            Yunho dan karyawan yang lain pun mematung. Di dalam pikiran mereka, kenapa harus mengajak Jiyeol? Tak terkecuali Jiyeol yang sudah menghela nafas panjang.

*****

“mungkin kita memang ditakdirkan untuk selalu bersama”, ucap Yunho tiba-tiba. Mereka sekarang sudah berada di mobil Yunho untuk bertemu dengan seseorang.

“aku senang jika selalu bersama denganmu”, ucap Yunho lagi sambil melihat ke arah Jiyeol. Berbeda dengan Yunho, Jiyeol merasa tidak senang.

“kita sudah sampai”, ucap Yunho dengan riang. “Ayo”, Yunho turun dari mobilnya sedangkan Jiyeol…

“aku disini saja”, jawab Jiyeol ketus.

“Ya! kau harus menemaniku. Kau tidak dengar tadi bos mu bicara apa? Ayo cepat”, Jiyeol tetap tidak bergerak dari tempat duduknya.

“aish”, Yunho menutup pintu mobilnya lalu menuju pintu mobil di sisi kanannya dan membukanya. “Ayo”, Yunho menarik tangan Jiyeol pelan-pelan agar tidak menyakitinya.

“aku disini saja”, ucap Jiyeol sambil berusaha mempertahankan posisinya. Yunho mendekatkan wajahnya pada wajah Jiyeol.

“Ikut aku”, seperti tersihir, Jiyeol pun akhirnya mengikuti kemana perginya Yunho dengan tangan yang masih di genggam oleh Yunho.

            Mereka masuk ke salah satu tempat makan yang penuh dikunjungi oleh banyak orang. Yunho berusaha mencari seseorang dan sepertinya Yunho sudah menemukannya. Jiyeol dan Yunho pun menghampiri seorang yeoja berambut panjang yang sedang terduduk sendiri. Wajahnya tidak terlihat karena sekarang Jiyeol dan Yunho sedang berada di belakangnya.

“kau sudah menunggu lama?”, tanya Yunho lalu menarik sebuah kursi untuk Jiyeol. Yunho mempersilahkan Jiyeol duduk.

“kau sudah dat-”, wanita itu melihat ke arah yeoja yang bersama dengan Yunho. Wajahnya berubah tidak senang.

“ini Jiyeol. Kau pasti kenal dengannya kan? Appaku yang menyuruhnya untuk menemaniku”, cerita Yunho tanpa memperhatikan raut wajah diantara dua yeoja itu.

“lebih baik aku pergi saja, sepertinya aku menganggu waktu kalian”, Jiyeol berdiri tapi Yunho menahannya agar dia tidak pergi.

“kau mau kemana? Duduk saja, lagipula ini hanya pertemuan biasa”, ucap Yunho menyuruh Jiyeol kembali duduk.

“kau berpacaran dengannya lagi?”, tanya Hara.

            Yunho dan Jiyeol hanya diam, mungkin mereka sama-sama ingin menjawab ‘Iya’. Hara adalah teman kuliah Yunho dan Jiyeol. Dulu, Jiyeol dan Hara sangat dekat. Tapi, Jiyeol tahu bahwa Hara menyukai Yunho. Jiyeol dengar dari temannya bahwa Hara mencoba menjelek-jelekkan dirinya dihadapan Yunho. Dan terjadilah pertengakaran yang mengakibatkan putusnya hubungan Yunho dan Jiyeol.

            Hal itu diketahui Jiyeol, 1 minggu setelah Ia dan Yunho putus. Dari situlah, Ia sangat membenci Hara. Orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara, malah menjatuhkannya hanya karena seorang namja.

Tapi Jiyeol tahu, Yunho tidak pernah menyukai Hara. Yunho pernah bilang padanya bahwa, ‘Hara bukan tipeku. Sekalipun dia mendekatiku, aku tidak akan pernah jatuh hati padanya’. Tapi yang Jiyeol pikirkan sampai saat ini adalah, kenapa dengan bodohnya Yunho percaya apa yang dikatakan oleh Hara?

“menurutmu?”, tanya Yunho sambil tersenyum bercanda.

*****

“kenapa kalian menjadi canggung setelah sekian lama tak bertemu?”, tanya Yunho memecah keheningan. Sejak tadi, Jiyeol tidak membuka suaranya. Ia kesal, sangat kesal.

“bukankah kalian te-”

“jangan bicarakan soal dia”

“waeyo? Apa kau cemburu padanya karena dia dekat denganku?”, Yunho berusaha melucu.

“mwo? Aish. Untuk apa aku cemburu padanya? Lagipula tidak penting untukku, kau mau dekat dengan siapapun, itu bukan urusanku”

“hmm.. aku menyesal kenapa aku termakan oleh omongannya”, ucap Yunho membuat Jiyeol bingung. Yunho pun menepikan mobilnya di ujung jalan, membuat Jiyeol semakin bingung.

“kenapa berhenti?”, tanya Jiyeol.

“aku tahu cintamu-”

“maksudku kenapa mobilnya berhenti disini. Kantor kita masih jauh. Cepat jalan lagi”, perintah Jiyeol layaknya seorang bos. Yunho menatap datar.

“Ya! aku ingin cerita padamu yang sebenarnya”

“aku sudah tahu yang sebenarnya, jadi ak-”

“kau sudah tahu semuanya? Hmm.. maksudku kenapa waktu itu aku membentakmu dan mengatakan kalau kau-”

“iya aku sudah tahu, semua itu karena kebodohanmu kan?”, jawab Jiyeol lalu memalingkan wajahnya dari Yunho. Dia tidak kuat jika harus bertatapan langsung dengan Yunho.

“jika kau bisa mengendalikan emosimu, mungkin hubungan kita masih berjalan sampai sekarang. Mungkin kita tidak akan pernah bertengkar hebat. Mungkin kau tidak berusaha menyakitiku dengan menarik tanganku dengan kasar. Dan mungkin.. mungkin aku juga tidak akan menamparmu dengan tanganku sendiri”, Jiyeol menunduk. Menangis dihadapan Yunho untuk ketiga kalinya.

“Jiyeol-aa”, Yunho merasa sangat bersalah. Kenapa Ia tega melakukan ini semua pada yeoja yang benar-benar menyayanginya.

“mianhe Jiyeol-aa.. mian”, mungkin inilah kali pertama Yunho menangis setelah dia dewasa. Yunho membiarkan orang yang mencintainya terus menangis, membiarkan dirinya menyakiti yeoja yang Ia sayangi.

“seorang namja tidak pantas menangis”, ucap Jiyeol sambil menepuk pundak Yunho. Tapi tangisan Yunho semakin bertambah.

“jika kau terus menangis, aku akan lebih membencimu”, ancam Jiyeol. Buru-buru Yunho menyeka airmatanya asal.

“tapi jika aku berhenti menangis, apa kau mau menerimaku lagi?”, tanya Yunho memelas.

“tergantung”, Jiyeol menyeka airmatanya sendiri. Yunho menatap Jiyeol bingung.

“tergantung, apa kau bisa menjadi bos yang baik atau tidak”, lanjut Jiyeol.

“tidak ada sangkut pautnya dengan menjadi bos atau tidak”, ucap Yunho.

“tentu saja ada, mereka teman-teman seperjuanganku. Aku dan mereka sama-sama tahu bahwa kau tidak pantas jadi bos. Sifatmu sangat berbeda dengan Jung sajangnim”, jelas Jiyeol kesal.

“nde Jiyeol-aa, aku akan menjadi bos yang paling baiiiikk di dunia ini. Asalkan kau jadi kekasihku lagiii”, Yunho memeluk Jiyeol erat, dia tidak mau melepaskan Jiyeol untuk kedua kalinya.

*****

            Di kantor…
“Jiyeol-aa, lihat itu Yunho-ssi sepertinya sedang bahagia sekali”, bisik Bbunee pada Jiyeol yang sedang sibuk menginput data.

Jiyeol hanya tersenyum, ‘dasar namja aneh’

“kenapa kau tersenyum? Yunho-ssi dan kau seperti bahagia bersama”, Yuri semakin bingung.

“nah.. atau kalian sudah pacaran yaa?”, tebak Su Jin dan tepat sasaran. Jiyeol meneguk ludah.

“annyeonghaseyo”, sapa Yunho kepada 4 orang yang sedang bergosip itu.

“a.. anyeonghaseyo Yunho-ssi”, mereka terlihat gugup.

“kalian tidak sedang membicarakanku kan?”, tanya Yunho masih diiringi dengan senyumnya.

“a.. animnida Yunho-ssi”, jawab mereka semakin gugup.

“oke. Aku akan pergi ke ruanganku”, ucapnya lagi tapi seketika berhenti dan berkata..

“Jiyeol agashi”, panggil Yunho. Yang dipanggilpun hanya berdehem.

“jika tidak sibuk, ke ruanganku ne. aku ingin menyelesaikan map yang belum aku tandatangani”

“nde Yunho-ssi”, Jiyeol mengangguk. Yunho tersenyum centil.

“Yaa.. lihat Bos kita hari ini benar-benar tampan, perfect namja”

“aku terhipnotis dengan senyumannya yang manis itu”

            Jiyeol memutar bola matanya. ‘Kenapa ada saja yang mereka bicarakan? Lebih baik aku ke ruangan Yunho. Tapi ku akui hari ini Yunho terlihat tampan’ pikirnya.

*****

            Hari ini, saatnya Yunho benar-benar diangkat menjadi direktur oleh appanya yaitu Jung sajangnim. Yunho sangat senang, apalagi selalu ada Jiyeol yang menemaninya bekerja. Senyum Yunho tidak pernah hilang ketika dia memasuki kantor beberapa menit yang lalu.

            Para karyawan benar-benar melihat Yunho sebagai Jung sajangnim kedua. Sudah beberapa bulan ini, Yunho selalu mengadakan pendekatan pada karyawan-karyawannya. Itupun karena suruhan Jiyeol.
“selamat pagi. Aku disini ……”, Jung sajangnim memberikan sambutan-sambutan di depan para karyawan, dan juga petinggi-petinggi di kantornya.

“mulai hari ini dan seterusnya, Jung Yunho, putra tunggal saya akan menggantikan saya sebagai direktur di perusahaan ini. Semoga dia bisa menjadi pemimpin yang baik untuk semua”

PROK.. PROK.. PROK.. suara gemuruh tepuk tangan terdengar di seluruh penjuru kantor.

“dan Kim Jiyeol akan menjadi asisten pribadi untuk Yunho sekaligus menjadi ..”, ada jeda pada omongan Jung sajangnim. “pendamping hidup untuk putra tunggal saya, Jung Yunho”, lanjutnya membuat semua orang kaget sekaligus bahagia. Kecuali yeoja-yeoja yang menyukai Yunho.

“MWOO?!!”

            Sontak Jiyeol kaget karena selama ini menurutnya, Jung sajangnim tidak tahu akan hubungan yang sedang dijalani olehnya dan Yunho. Berbanding terbalik dengan Jiyeol, senyum Yunho semakin mengembang.

“waaahh.. chukaeyo”

“aku iri padamu Jiyeol-aa”

“kenapa tidak memberitahu kami kalau kalian mempunyai hubungan special”

“aigo, aku mendukungmu Jiyeol-aa”

            Begitulah ekspresi yang ditunjukkan teman-teman Jiyeol ketika mendengar berita itu. Terkecuali, yeoja-yeoja yang menyukai Yunho. Tatapan mereka semakin tajam, menyayat hati.

‘Aigo.. haruskah aku senang?’ batin Jiyeol.

            Jiyeol melihat ke arah Yunho yang masih tersenyum manis. ‘Jung Yunho, awas kau yaaa… aaarrgghh’ geram Jiyeol dalam hati.

            Begitulah akhir cerita cinta Yunho dan Jiyeol. Meskipun semua orang kantor tahu bahwa Yunho dan Jiyeol memiliki hubungan special. Tapi Yunho dan Jiyeol tetap professional menjalankan tugasnya masing-masing.

            Yunho akan menjadi seorang bos di perusahaan, sedangkan Jiyeol hanya seorang karyawan atau lebih tepatnya asisten Yunho. Di kantor kedudukan mereka adalah atasan dan bawahannya. Sedangkan di luar kantor, Jiyeol lah yang berkuasa atas diri Yunho.

~END~

0 komentar:

Posting Komentar