Halaman

Rabu, 08 Februari 2012

Alam Lain ~~~


Author : Ika Yulianti
Title : Alam Lain ~~~
Length : One Shoot
Cast : YunRa

Haha..ff gaje lagi nih, dan gak masuk akal juga. Udah lamaaaaa banget dan baru selesai sekarang. Kacau deh nih ff.. wkwkwk


>>>>> 

“akhirnya..”, Ara menghela nafas ketika sudah sampai di tempat tinggal barunya di Seoul. “impian kita akhirnya terwujud ya..”, ucap Jihye yang langsung memeluk sahabatnya itu. “iya, kita harus bersyukur dan harus belajar dengan giat”, Ara memberi semangat. “tapi sebelum itu, kita harus merapikan rumah baru kita”, lanjutnya lalu diikuti anggukan Jihye.

Mereka sangat senang karena bisa mendapatkan Universitas yang sangat diinginkan dan diidolakan oleh semua orang. Ara dan Jihye pergi ke Seoul untuk kuliah bukan untuk bersenang-senang. Dikarenakan tempat tinggal mereka di Gwangju, agar lebih dekat, orangtua Ara dan Jihye pun mengizinkan mereka untuk tinggal di Seoul.

Sekarang mereka menempati rumah yang sudah beberapa bulan tidak dihuni. Keadaan rumah itu masih sedikit rapi, walaupun masih banyak debu-debu yang menempel. Ara dan Jihye sangat bersemangat merapikan rumah yang sudah mereka sewa ini.

*****


 

Pukul 5 sore, Ara dan Jihye selesai membereskan rumahnya itu. mereka telah menata rapi semua barang-barang mereka. Rumah baru mereka cukup luas dengan dua kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur serta kamar mandi. Setelah selesai beres-beres, Ara pergi ke teras rumah sedangkan Jihye sedang menyiapkan makan malam.

#di teras#

‘udara disini sangat segar ya walaupun sudah kota tapi tetap saja sejuk..’ batin Ara. Tapi tiba-tiba, ada seseorang yang sedang mondar-mandir di depan pagar rumah sedang melamun. ‘siapa itu?? kenapa mondar mandir di depan pagar??’ Ara bertanya-tanya lalu dengan ragu-ragu Ara menghampiri orang itu.

“maaf, kau siapa?? Kenapa kau mondar mandir di depan pagar rumahku??”, ucap Ara ketika sudah dekat dengan orang itu yang ternyata adalah seorang namja. Lalu laki-laki itu menoleh pada Ara dan sontak membuat Ara kaget.

“maaf jika aku mengganggumu..”, hanya kata itu yang terucap dari bibir pria itu. “kau tidak mengangguku. Ayo masuk, hari sudah hampir gelap”, ajak Ara pada namja itu. Laki-laki itu tidak menjawab dan hanya tersenyum.

“Araa… kau dimana???”, teriak Jihye dari dalam rumah. “Araaaaa….”, Jihye berteriak lagi karena merasa tidak ada jawaban dari Ara. “aish, bawel sekali. Baiklah aku masuk duluan ya..”, Ara tersenyum lalu masuk ke dalam rumah yang sudah disinari oleh lampu-lampu yang menerangi rumahnya.

#di dalam rumah#

“kau bawel sekali sih!!”, ucap Ara. “habis kau tidak masuk ke dalam rumah sih..”, balas Jihye. “memang kau sedang apa diluar?? Jangan bilang kau melihat pria-pria tampan”, Jihye terkekeh pelan.

“YA!! Enak saja. Tapi memang tadi aku melihat pria di depan pagar rumah kita”, jelas Ara lalu duduk di sofa empuk sambil menonton tv. “kau jangan bercanda Ara, lagi pula untuk apa laki-laki itu mondar-mandir??”, Jihye tampak ketakutan. “hey, kenapa?”, Ara heran melihat tingkah Jihye. “tadi aku mengajaknya masuk tapi Dia tidak mau”, jelas Ara santai tanpa melihat ekspresi Jihye yang ketakutan. “cukup..cukup”, kata Jihye. Ara hanya tertawa melihat Jihye.

*****

#3 bulan kemudian#

Semenjak pertemuannya dengan pria yang ada di depan pagar rumahnya, Jihye yang sebenarnya tidak penakut menjadi penakut akhir-akhir ini. Dia terus-terusan saja ingin pindah dari rumah barunya itu sedangkan orangtua mereka sudah membayar rumah baru itu dan itu membutuhkan uang yang sangat banyak. Mana mungkin mereka dengan seenaknya ingin pindah begitu saja. Jihye tidak berani berada di rumah sendirian, setiap ingin tidur harus ditemani Ara dulu.

Setiap Ia ingin melakukan sesuatu sendiri, ketika mengingat hal itu Ia tidak jadi melakukannya. Dia akan menunggu Ara pulang kuliah jika mereka beda jam kuliah karena Jihye tidak mau jika harus sendirian di rumah. Begitulah sikap ketakutan Jihye yang membuat Ara kerepotan.

Hari ini, Jihye sudah berangkat pagi-pagi sekali karena mata kuliah pertama ‘dosennya sangat mengerikan’ begitu kata Jihye sebelum Ia berangkat tadi. Sedangkan Ara baru saja bersiap untuk pergi ke kampus tapi ada sesuatu hal yang membuat Dia mengulur waktunya untuk pergi. Dilihatnya pria itu lagi yang sedang berdiri di depan pagar. ‘akhirnya aku melihatnya lagi setelah sekian lama tidak melihatnya’ Ara tersenyum lalu menghampiri pria itu. Pria yang tadi melamun lalu menoleh ke arah Ara yang sedang menghampirinya.

“Annyong”, sapa Ara dengan senyum manisnya. “Annyong”, jawab laki-laki itu singkat. “hmm..sudah lama aku tidak melihatmu. Kau kemana saja??”, Tanya Ara yang sekarang berdiri disebelah pria itu. “aku tidak kemana-mana”, kata pria itu lagi.

“waahh..sekarang kau sudah tidak pendiam lagi ya..”, ledek Ara. “oiy, aku Ara. Kau??”, Ara mengulurkan tangannya ke arah pria itu. “aku Yunho”, Yunho menatap ke arah Ara tanpa menyambut tangan Ara, Ara terlihat kecewa.

“hmm..baiklah kalau begitu aku harus pergi ke kampus”, Ara berbalik hendak meninggalkan Yunho. “tunggu!!”, kata Yunho menghentikan langkah Ara. “kenapa?”, Tanya Ara datar. “apa aku boleh mengantarmu ke kampus??”, Yunho bertanya ragu-ragu. “mwo?? Mengantarku?? benarkah??”, Ara masih tidak yakin, wajahnya yang tadi terlihat kecewa sekarang mendadak berubah menjadi berseri-seri. Yunho mengangguk.

“tapi.. kau tidak boleh bicara padaku jika di depan umum..”, ucap Yunho misterius. “kenapa??”. Yunho meninggalkan Ara yang masih terheran-heran dengan sikapnya. Dengan sangat terpaksa Ara menyetujui permintaan Yunho.

*****

#di dalam bus#

Ara duduk di bangku bus paling belakang, sedangkan Yunho berdiri di depan Ara, membelakangi Ara lebih tepatnya. ‘kenapa pria ini sangat misterius ya? Kenapa Dia tidak membolehkanku untuk berbicara dengannya di depan umum?’ batin Ara bertanya-tanya. Yunho hanya berdiri melihat pemandangan di luar bus.

‘sepertinya sudah lama sekali tidak keluar.. akhirnya aku bisa melihat dunia luar lagi. Huah!!’ pikir Yunho sambil tersenyum kecil. Hanya 30 menit perjalanan dari rumah baru Ara menuju kampusnya. Dan selama 30 menit itulah, Ara hanya memperhatikan Yunho. Terkadang Ara tersenyum sendiri melihat Yunho. ‘seperti tidak pernah naik bus saja’ pikir Ara ketika melihat Yunho tertawa sendiri.

Akhirnya mereka sampai di halte kampus, Yunho turun dari bus diikuti Ara. Ara berjalan menyusul Yunho yang sudah berada jauh di depannya. “aa…”, “aku sudah bilang kan, jangan berbicara padaku ketika di depan umum”, ucap Yunho enteng memotong kata-kata Ara. Ara memanyunkan bibirnya ke depan karena kesal dengan sikap Yunho.

Ara lalu berjalan cepat mendahului Yunho yang masih ada di belakangnya. Tiba-tiba, “awas!!”, teriak seseorang dari kejauhan. Ara menoleh ke arah sumber suara lalu menutup matanya dan berteriak, “huwaaaaaaaaaaaaaa”. Duk..duk..duk, sebuah bola basket jatuh tepat di bawah kaki Ara. Ara membuka matanya,

“kau tidak apa-apa?? Maaf ya”, seorang pria menghampiri Ara. Sepertinya pria itu yang berteriak tadi. “iya, aku tidak apa-apa”, Ara tersenyum bingung. “huft, syukurlah. Tapi kenapa bisa .. hmm.. sudahlah yang penting kau tidak apa-apa, maaf ya sekali lagi”, pria tadi membungkuk lalu pergi meninggalkan Ara yang masih mematung di tempat. ‘kenapa bola itu tidak mengenaiku?? Padahal kan’ Ara heran lalu Dia menengok ke belakang dan didapatinya sosok Yunho hilang begitu saja. “kemana Dia?? Aish, menyebalkan!!”, Ara berjalan dengan langkah kesal.

#di kantin#

Pukul 2 siang, Ara keluar kelas setelah selesai dengan 2 matakuliahnya yang sangat menghabiskan energinya itu. Ara langsung menuju kantin untuk makan siang yang tertunda. Kebetulan Jihye juga sudah menunggunya di kantin sejak beberapa jam yang lalu. Ya begitulah Jihye rela menunggu walaupun hal itu sesuatu yang tidak Ia suka.

“lama sekali kau!!”, ucap Jihye ketika Ara sudah sampai di kantin. “kan aku sudah bilang tidak usah menungguku Jihye”, ucap Ara membela diri. “tetap aku akan menunggumu, aku tidak mau di rumah sendiri”, ucap Jihye lagi.

“huh..terserah kau!!”, Ara menyerah menghadapi sahabatnya itu. “oiy, tadi aku ke kampus bersama dengan pria itu”, ucap Ara dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. “maksudmu??”, Jihye tidak mengerti dengan ucapan Ara. “pria yang waktu itu aku lihat di depan pagar. Kau tahu, namanya Yunho. Dia sangat tampan..”, jelas Ara berseri-seri.

“aish..sudah sudah.. aku tidak mau dengar!!”, kata Jihye sambil menutup telinganya. “kau jahat sekali, aku kan baru saja bercerita tentang pria yang kusukai”, Ara terlihat murung. “apa?? Kau menyukai pria itu?? hey, kau saja belum mengenal pria itu!!”, bentak Jihye. “kenapa?? Apa aku tidak boleh menyukai pria?”, Ara balik membentak Jihye.

“bukan seperti itu, kau belum mengenalnya tapi kau sudah menyukainya. Bagaimana kalau Dia bukan pria baik-baik??”, jelas Jihye yang membuat Ara terdiam. “Ara, aku akan sangat senang jika kau menyukai pria. Tapi tolong, kau harus mengenalnya terlebih dahulu, kau harus tahu siapa Dia. mengerti!!”, Jihye membelai rambut Ara. Ara masih terdiam. ‘benar apa yang dikatakan Jihye..’ pikir Ara.

#di kamar Ara#

Ara melihat pagar rumahnya dari jendela kamarnya. Ara masih memikirkan perkataannya tadi pada Jihye. ‘apa aku benar-benar menyukai pria itu?? bagaimana jika Jihye benar kalau pria itu berniat jahat padaku?? Aish.. tapi aku akan sangat senang jika aku bertemu lagi dengannya’ pikir Ara sambil memukul kepalanya sendiri. “hah..sudahlah untuk apa memikirkan hal ini, belum tentu kan Yunho memikirkanku??”, kata Ara berbicara sendiri lalu hendak menutup jendela kamarnya.

Tapi ketika Ara ingin menutup Gorden jendelanya, tiba-tiba terlihat Yunho berada di depan pagar tempat biasa Yunho muncul. “tunggu.. sejak kapan Dia ada disitu?? Hmm..”, Ara langsung menutup Gordennya lalu berlari keluar kamar.

#di kamar Jihye#

Jihye sedang membereskan tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur. Tapi Dia teringat dengan Ara. “aku salah tidak ya berbicara seperti itu pada Ara?? Aku hanya tidak ingin saja Dia bergaul dengan pria yang tidak baik”, Jihye berbicara sendiri. Lalu Dia berbaring di kasur empuknya.

*****

Ara mengendap-ngendap, takut-takut kalau Jihye melihat Ia keluar kamar. setelah dirasanya Jihye tidak ada, Ia langsung keluar kamar menemui Yunho. Yunho masih terdiam melihat ke langit yang menampakkan bintang-bintang yang sangat indah.

“hallo”, Ara melambai-lambaikan tangannya. Yunho kaget lalu menoleh, “kau??”. “kenapa?? Aku hanya ingin minta penjelasan saja darimu, kenapa tadi kau pergi tidak bilang-bilang padaku??”, Ara to the point. “owh..tadi ada urusan sebentar”, Yunho kembali menatap langit. Ara hanya mengangguk. “hmm..kau seperti hantu saja ya, tiba-tiba ada disini”, kata Ara sambil tersenyum.

“memang kenapa kalau aku hantu??”, Yunho nampak serius. “apa?? Aku..aku kan hanya bercanda”, Ara berusaha tersenyum. “sudah kau masuk sana, sudah malam waktunya untuk tidur”, ucap Yunho sedikit membentak. Ara terlihat kecewa, padahal Ara masih ingin sekali berbicara dengan Yunho agar Dia lebih mengenal Yunho.
           
Tiba-tiba saja terdengar suara Jihye yang seakan-akan telah kehilangan sesuatu yang berharga. “araaaaa…dimana kau??”, Jihye berteriak. “aish, kenapa menganggu terus sih??”, kesal Ara. “sudah kau masuk sana, aku tidak ingin Jihye melihatku..”, kata Yunho berlalu dari Ara.

 Ara hanya melihat Yunho tanpa berbicara sepatah katapun. “hey!!”, Jihye menepuk pundak Ara. “YA!!!”, bentak Ara. “hehehe..maaf, aku khawatir padamu.. kau sedang apa disini? Hari sudah malam Ara”. “tidak ada”, jawab Ara singkat lalu meninggalkan Jihye. “kenapa Dia??”, Jihye bertanya-tanya.

#di kampus#

Keesokkan harinya, Ara dan Jihye berangkat ke kampus bersama-sama. Wajah Ara terlihat tidak bersemangat. Jihye yang tahu akan hal itu, mencoba menegur Ara. “kau kenapa Ara??”, Tanya Jihye hati-hati. “tidak”, jawab Ara singkat tanpa melihat ke arah Jihye. “tapi sedari tadi kau diam saja, kau marah padaku ya??”, Jihye bertanya lagi. “tidak”, kata Ara lagi.

“ya ya, aku membolehkanmu untuk menyukai pria itu, Yunho atau siapa namanya”, Jihye mencoba membuat Ara tidak diam. “percuma saja, mungkin Dia suka padamu”, ucap Ara menunduk. “apa?? Tidak mungkin, aku saja tidak mengenalnya, kau ini mengada-ngada Ara”, kata Jihye membantah perkataan Ara. Ara hanya diam tanpa memperdulikan perkataan Jihye. ‘apa yang terjadi padanya? Apa pria itu yang menyakitinya?’ batin Jihye menduga-duga.

*****

Ara menunggu Jihye sembari mendengarkan musik dari ipod nya yang Ia beli bersama Jihye sebulan yang lalu. Tapi tiba-tiba saja suara musik itu berganti menjadi suara seorang pria yang sangat Ia kenal. Ara menoleh ke samping dan ditemukannya sosok pria yang tersenyum padanya. Jantung Ara berdegup dengan kencang melihat senyuman pria itu.

“un…” “tidak usah bicara apa-apa, kau sedang menunggu Jihye kan? Aku akan menemani mu disini”, potong Yunho. Mimik wajah Ara yang tadinya senang berubah menjadi agak sedikit cemburu. Lalu Ara berdiri, “jika itu hanya akal-akalanmu saja untuk bertemu Jihye, tidak usah, terima kasih”, Ara berlalu begitu saja.

Tiba-tiba saja, tangan Ara seperti ditarik oleh seseorang tapii kenapa dingin. Ara menoleh kebelakang, ditemukannya Yunho sedang memegang tangan Ara. Ara melihat Yunho bergantian dengan tangannya yang sekarang digenggam Yunho. “ikut aku”, kata Yunho singkat. Ara hanya mengikuti kemana Yunho pergi, karena tangannya masih digenggam oleh Yunho.

Sampailah mereka di tempat yang sangat sepi, ya hanya beberapa orang saja yang sesekali lewat ditempat itu. “kenapa tanganmu sedingin itu??”, Tanya Ara ketika tangannya sudah terlepas dari Yunho. “akuuu”, Yunho baru kali ini terihat gugup seperti ini. ‘apa yang ingin dikatakannya?’ Ara diselimuti rasa penasaran.

“katakanlah…”, Ara memegang tangan Yunho yang masih terasa dingin. Yunho mendongakkan kepalanya menatap Ara. “aku ingin jujur padamu, kalau sebenarnya aku …”, tapi kata-kata Yunho terpotong karena tiba-tiba Jihye datang.

“kau sedang apa disini??”, Jihye sudah ada dibelakang Ara dengan pandangan curiga. “aahhh..aniyo”, jawab Ara gugup. “oiy, perkenalkan ini ..”, Ara hendak ingn mengenalkan Yunho pada Jihye tapi ketika Ara menoleh ke belakang, Yunho sudah tidak terlihat lagi. “wae?”, kecurigaan Jihye makin bertambah. “tadi Yunho disini bersamaku tapi kenapa sekarang Dia tidak ada??”, Ara bertanya pada dirinya sendiri.

*****

Di rumah, Ara masih memikirkan apa yang ingin diucapkan oleh Yunho. “sebenarnya apa yang ingin dikatakannya?? Jika tidak ada Jihye pasti Yunho sudah mengatakannya. Aish!”, Ara menggaruk-garuk kepalanya. “hmm..atau dia ingin mengatakan kalau dia menyukai Jihye?? Aaaahhh…kalau memang seperti itu aku tidak ingin dengar”, Ara refleks menutup telinganya. ‘tapi kenapa tangan Yunho dingin seperti itu??’ pikirnya. Mendadak Ara khawatir pada Yunho.

Tok..tok..tok.. Cklek!! Pintu kamar Ara terbuka, didapatinya Jihye. “kau kenapa??”, Tanya Jihye. “tidak apa-apa. Ada apa?”, Tanya Ara malas. “ingin menanyakan sesuatu padamu”, jawab Jihye membuat Ara heran. “bertanya apa?”, masih dengan keheranannya.

“sebenarnya Yunho itu siapa?”, Tanya Jihye penuh dengan keingintahuan. “mwo?”, Ara kaget dengan pertanyaan Jihye. “maksudmu apa? Tidak usah bertanya seperti itu!!”, Ara bangkit dari duduknya lalu pindah ke meja riasnya yang menghadap ke luar jendela. Dilihatnya Yunho sudah ada disana. ‘aish, aku harus kesana tapi Jihye’ batinnya .

“aku hanya ingin tahu teman barumu itu. memang tidak boleh??”, Tanya Jihye sedikit menyindir. “maksudmu apa berkata seperti itu? memang aku pernah menyembunyikan sesuatu darimu? Tidak kan??”, jelas Ara panjang lebar.

“ya memang tidak, tapi sekarang kau menyembunyikan itu semua!!”, bentak Jihye walaupun pelan. “atas dasar apa kau bisa berbicara seperti itu??”, Ara juga sedikit membentak Jihye. “tentang Yunho mu itu? apa aku tidak boleh tahu siapa dia?? Hah!!”, bentak Jihye. Ara menoleh pada Yunho, takut jika Yunho mendengar dan benar saja Yunho sekarang menatap Ara seakan dia tahu masalahnya.

“cukup!!! Dia bukan siapa-siapa!! Lebih baik kau keluar dari kamarku!!”, Ara tetap menatap Yunho. terdengar hentakan kaki yang menuju pintu kamar Ara. Setelah itu, Ara menutup Gorden jendela kamarnya sebelum Yunho menghampirinya.

*****

Keesokkan harinya, ketegangan diantara Ara dan Jihye makin panas. Jihye sama sekali tidak menyapa Ara, begitu juga sebaliknya. Mereka juga tidak berangkat  bersama ke kampus. Jihye berangkat lebih dulu, sedangkan Ara masih berada di meja makannya. “aish, tidak enak sekali jika harus terus-terusan seperti ini??”, ucapnya lalu beranjak dari tempat duduknya.

Ketika Ara sudah keluar dari rumahnya, tiba-tiba Yunho sudah berada di balik pintu rumah Ara. Sontak Ara kaget dengan kedatangan Yunho yang tiba-tiba itu.

“untuk apa kau disini??”, tanya Ara dingin. “untuk bertemu denganmu dan menanyakan ada masalah apa kau dengan Jihye??”, Yunho menjawab pertanyaan Ara dengan santai. “huuuh, kau tanya saja sendiri dengan Jihye”, Ara bicara tanpa memandang Yunho. “bagaimana aku bertanya padanya??”, terlihat kesabaran Yunho sudah diambang batas. “terserah, aku tidak perduli”, ucap Ara lalu pergi meninggalkan Yunho.

‘ada apa dengannya?? Kenapa dia begitu dingin padaku??’ pikir Yunho.

#di taman belakang kampus#

Sebenarnya mata kuliah sudah tidak ada lagi hari ini, tapi entah kenapa Ara malas sekali pulang ke rumah. Alhasil Dia akhirnya duduk di kursi panjang di taman. Dengan mendengarkan lagu boyband yang Ia sukai.

“aku ingin bicara”, headset Ara tiba-tiba tercabut dari telinganya. Ara refleks menengok ke samping dan didapatinya Yunho menatap tajam Ara.

“apa maumu?? Tidak usah mengangguku!!”, bentak Ara lalu berdiri. “changkam!!”, Yunho memegang tangan Ara. ‘tangannya masih dingin’ pikir Ara. Yunho menarik tangan Ara ke taman belakang seperti yang dilakukan beberapa hari yang lalu.

Sampailah mereka di taman, Yunho menatap Ara dengan masih memegang tangan Ara. Lebih erat. Ara hanya melihat tangan Yunho yang masih memegang tangannya. “tatap aku!!”, suruh Yunho pada Ara. Karena Ara tak menatapnya, dengan lembut Yunho menyentuh kedua pipi Ara dan memaksa Ara untuk menatapnya.

“aku ingin melanjutkan pembicaraan kita kemarin”, ucap Yunho tanpa basa basi lagi. Ara tetap tak bergeming. “aku adalah roh yang tersesat”, Yunho mengucapkannya dengan ragu. Seketika itu juga Ara kaget dan menjauhkan tangan Yunho dari kedua pipinya.

“mian, jika ini membuatmu ..”, “cukup!! Kau .. tidak mungkin.. andweee”, Ara berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Yunho. “Ara..”, panggil Yunho lirih.

*****

Ara mengurung diri di kamarnya, terdengar isakan tangis walaupun sangat kecil tapi tetap saja terdengar oleh Jiyeol. Jiyeol yang baru saja pulang dari kampus terheran-heran. ‘ada apa dengan Ara??’ batin Jiyeol.

Dengan ragu Jiyeol memutar knop pintu Ara dan ternyata tidak dikunci. Jiyeol segera masuk ke dalam untuk menanyakan keadaan Ara. Dilihatnya Ara terduduk di samping tempat tidurnya dengan keadaan sedang menangis.

“ara.. waeyo??”, Jiyeol menepuk pundak sahabatnya itu. Ara masih tetap menangis tanpa menegok ke arah Jiyeol yang memanggilnya. “mianhe, jika ini semua salahku. Tapi tolong ceritakan padaku, ada masalah apa denganmu??”, Jiyeol merasa sangat bersalah.

“Jiyeooll hiks..hiks..huhuhu”, Ara menangis sejadi-jadinya di pelukan sahabatnya itu. Jiyeol yang tak mengerti apa masalahnya hanya menepuk-nepuk pundak Ara, membiarkan Ara menangis untuk meluapkan semua perasaannya.

Setelah dirasa Ara sudah berhenti menangis, Jiyeol memberanikan diri untuk bertanya pada Ara. “kau bisa cerita padaku Ara. Ada masalah apa?? Apa karena aku?? Aku minta maaf”, ucap Jiyeol yang masih memeluk sahabatnya itu.

Ara meregangkan pelukannya lalu menjawab Jiyeol, “aku yang harusnya minta maaf padamu, karena aku terlalu berlebihan bersikap seperti itu”, jawab Ara masih dengan suara parau. “lalu kenapa kau menangis??”, Jiyeol bertanya lagi.

Ara melepaskan pelukannya lalu menatap Jiyeol, “Yun.. Yunho..”, Ara ragu-ragu ingin mengatakannya. “ada apa??”, Jiyeol sangat penasaran apa yang ingin Ara bicarakan. “Yunho, Yunho bukan manusia huhu”, Ara menangis lagi seakan airmatanya tidak pernah habis.

“mwo?? Apa maksudmu?? Aku tidak mengerti”, Jiyeol tidak mengerti. “dia seorang roh dan dia tidak bisa kembali lagi ke tubuhnya Jiyeol”, cerita Ara dan itu membuat Jiyeol mengerutkan keningnya. “itu tidak mungkin Ara”, “tidak mungkin apanya?? Dia yang menceritakan itu padaku. Kau harus percaya padaku Jiyeol”, rengek Ara meyakinkan Jiyeol.

“tapi… “, “JIyeol, kau tahu akan sangat mencintainya, aku ingin dia juga membalas cintaku tapi kenapa menjadi seperti ini??”, Ara bangkit dari duduknya lalu seperti kehilangan akal sehatnya dia mengambil sebuah gunting dari laci mejanya dan dengan cepat menggoreskan gunting tajam itu tepat ke urat nadi tangannya dan saat itu juga darah segar mengalir. Jiyeol yang kaget dengan apa yang dilakukan Ara langsung berteriak kencang berusaha meminta tolong.

*****

“bagaimana keadaan Ara??”, seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan bertanya pada Jiyeol yang masih duduk menangis di depan ruang UGD. “ahjumma..”, Jiyeol refleks memeluk umma Ara yang datang bersama dengan appa Ara. “mianhe aku tidak bisa menjaga Ara dengan baik”, tangis Jiyeol bertambah.

“aniyo, sudah sudah ini bukan salahmu chagi”, umma Ara juga ikut menangis. “semua akan baik-baik saja Jiyeol”, ucap appa Ara tenang. Tidak lama, dokter dari ruangan Ara dirawat keluar. “bagimana keadaan anak saya dok??”, tanya umma Ara diselimuti rasa khawatir. “dia koma, tapi tenang saja dia tidak apa-apa”, ucap dokter. “kalian boleh masuk”, lanjut dokter itu lagi.

#di alam lain#

“aish, aku dimana?? Kepalaku pusing..”, ucap Ara setelah sadar dari tidurnya. “hah?? Aku?? Aish, apa yang sedang terjadi??”, Ara kaget melihat sosok seperti dirinya sedang tertidur dengan tangan yang dibalut perban.

“kau gilaa!!!”, teriak seseorang di telinga Ara dengan suara yang sangat kencang. Refleks Ara menutup telinganya. “kau??”, lagi-lagi Ara kaget melihat Yunho sudah ada disampingnya dengan tatapan marah.

“kau apa-apaan hah?? Mencoba bunuh diri seperti ini??”, Yunho menunjuk Ara yang sedang tertidur. “kau melakukan hal yang sangat bodoh, untung saja Jiyeol langsung berteriak minta tolong dan membawamu ke rumah sakit, bagaimana jika ..”, “sudah cukup”, Ara memotong pembicaraan Yunho yang lebih tepatnya memarahi Ara.

“kau..”, “aku tidak ingin kau membela Jiyeol, dan memarahiku seenakmu begitu saja.. ini hidupku dan bukan hakmu untuk memarahiku”, Jiyeol berlalu meninggalkan Yunho.

Masuklah Orangtua Ara beserta Jiyeol yang masih berlinangan airmata. Ara yang melihat umma dan appanya bersedih ikut bersedih juga, “lihat apa yang sudah kau lakukan pada mereka?? Membuat mereka menangis apa sudah puas untukmu??”, ucap Yunho. “aku seperti ini juga karena .. “, Ara tidak melanjutkan perkataannya lalu pergi keluar kamar.

“Ara kau tidak bisa seperti ini..”, Yunho berusaha bicara dengan Ara. “kau tahu, aku yang seperti ini saja ingin sekali dapat hidup kembali tapi kau malah berbuat bodoh. apa yang kau pikirkan??”, tanya Yunho dengan suara tinggi.

“iya, kau ingin hidup kembali lalu bertemu dengan Jiyeol kan?? Itu kan yang kau inginkan? Aku akan mengabulkannya, aku akan membantumu mencari tubuhmu dan lalu kau akan kukenalkan dengan Jiyeol”, ucap Ara berusaha menahan tangisnya.

“mwo?? Apa yang kau bicarakan??”, Yunho tidak mengerti. Tapi Ara tidak menjawab dan langsung pergi. Yunho tetap mengikuti Ara kemana dia pergi, dia tidak ingin Ara pergi jauh dari rumah sakit ini karena takut akan tersesat juga seperti dirinya.

“tidak usah mengikutiku!!”, teriak Ara. “wae??”, tanya Yunho dengan berteriak juga. “iiihhh”, Ara duduk di salah satu bangku taman. “aish, kau ingin membantuku tapi aku tidak boleh mengikutimu, bagaimana bisa??”, ledek Yunho.

“diam kau!!”, Ara memanyunkan bibirnya kesal. Yunho tersenyum sendiri melihat tingkah Ara. “Ara..”, panggil Yunho. “hmm”, “huft… kenapa kau melakukan hal itu??”, tanya Yunho dengan suara pelan. “aku kan sudah bilang padamu, aku ingin mempertumakan mu dengan Jiyeol”, jawab Ara sambil menunduk.

“aku rasa bukan itu alasanmu..”, tebak Yunho. “kau tidak usah sok tahu, itu alasanku dan bukan yang lainnya”, Ara berusaha menutupi yang sebenarnya. “lalu apa maksudmu ingin mempertemukanku dengannya??”, tanya Yunho lagi.

“kau suka padanya kan?? Kau malu kan bertemu dengannya?? Ketika aku tahu kau adalah , ya aku tahu alasanmu selalu menghilang ketika ada Jiyeol. Jadi aku akan mengenalkannya padamu nanti”, ucap Ara lagi.

“siapa yang bilang jika aku menyukainya?? Ternyata kau yang sok tahu, aku saja tidak tahu aku menyukai Jiyeol atau tidak..”, jawab Yunho menatap Ara. ‘apa maksudnya bicara seperti itu??’ pikir Ara heran.

“sepertinya kau salah paham, aku tidak menyukainya dan aku tidak ingin bertemu dengannya.. sudah selesaikan masalah ini?? cepatlah kembali ke tubuhmu”, suruh Yunho lalu bangkit dari duduknya.

“jadi kau tidak menyukainya??”, tanya Ara sambil menggenggam tangan Yunho. “aniyo”, jawab Yunho tegas. “cepat kembali, kasihan orangtuamu”, perintah Yunho lagi.

“aku akan tetap membantumu”, ucap Ara. “aish, aku tidak pernah meminta bantuanmu kan?”, Yunho kesal karena Ara keras kepala. “memang, tapi aku tidak ingin kau menjadi seperti ini..”, Ara berjalan entah kemana. ‘bagaimana aku menemukannya??’ hatinya terus bertanya-tanya.

*****

Ara terus saja memikirkan bagaimana mencari tubuh Yunho. sekarang dia sedang ada dikamar rawatnya, disamping Ara yang sedang tertidur. Disana masih ada Jiyeol dan ummanya yang menemani. Yunho?? entah kemana dia..

“Jiyeol, sebaiknya kau pulang dulu”, ucap umma Ara. “aniyo ahjumma, aku akan tetap menjaga Ara sampai dia sadar”, ucap Jiyeol dengan genangan airmata di mata indahnya.

“Jiyeol”, ucap Ara sedih.

“tapi kau kan juga harus kuliah Jiyeol, ahjumma bisa menemaninya”, ucap umma Ara membujuk Jiyeol. “aku akan tetap disini ahjumma”, rengek Jiyeol. “hmm..baiklah jika itu maumu”, ucap umma Ara dengan sayang.

“lihat, betapa baiknya mereka”, tiba-tiba Yunho sudah ada disamping Ara dan itu membuat Ara kaget. “aish, kau mengagetkanku”, Ara memukul pundak Yunho. “sudah kembali sana”, Yunho mendorong Ara. “aish, aku tidak mau”, ucap Ara balik mendorong Yunho.

“kau berpikir tidak, kau bisa membantuku tanpa harus seperti ini”, ucap Yunho lagi. “tidak, aku akan disibukkan dengan kuliah jika sadar dan tidak bisa membantumu”, ucap Ara tidak mau kalah. “tapi melakukan hal ini berdosa Ara..”, “tapi aku juga kan membantumu, niatku baik”.

“ya memang, tapi apa kau lebih memilihku daripada mereka??”, Yunho menunjuk umma Ara dan Jiyeol bergantian. “sudahlah, tidak ada yang bisa merubah keputusanku”, “kau benar-benar keras kepala”, ucap yunho. tiba-tiba Yunho menghilang begitu saja.

Karena bosan di kamar, Ara pergi ke luar kamar mencari udara segar. Tidak sengaja Ara melihat ruang rawat pasien dipenuhi dengan orang-orang yang sangat banyak, banyak orang yang keluar masuk dari kamar itu.

“ramai sekali, apa pasiennya tidak sesak ya??”, tanya Ara pada dirinya sendiri.

“hmm.. keadaannya baik-baik saja tapi kenapa belum kembali sadar??” “kasihan dia, padahal Yunho mahasiswa yang sangat pintar dan aktif di kampus” “semoga saja dia cepat sadar”

“siapa tadi?? Yun Yunho??”, Ara mendengar pembicaraan orang-orang yang ada disana. Karena penasaran, akhirnya Ara masuk ke dalam ruangan itu dan benar saja.

Ara menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Terlihat seorang namja tengah tertidur dengan banyak peralatan medis yang menempel di tubuhnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata Yunho yang ada di tempat tidur itu.

“Yunho???”, Ara meneteskan airmatanya di tempat itu juga. Tanpa perlu berpikir lagi, Dia berlari keluar dari kamar itu  berniat mencari Yunho yang entah dimana sekarang. Tiba-tiba, “Bruuuuk!!”, Ara menabrak Yunho yang sedang berdiri di dekat kamar Ara.

“awww!!”, keluh Ara. “kau kenapa?? Berlari-lari seperti itu..”, tanya Yunho heran. “aku menemukanmu”, Ara tersenyum senang lalu memeluk Yunho. “aku sudah menemukanmu”, ucap Ara berulang-ulang. Yunho heran melihat tingkah Ara.

“apa maksudmu??”, tanya Yunho. Ara melepaskan pelukannya. “kau akan hidup kembali, aku sudah menemukan tubuhmu , banyak orang-orang yang datang Yun. Khaja”, Ara menarik tangan Yunho tapi Yunho tetap diam.

“ayo!!”, Ara semangat sekali. “bagaimana kau bisa menemukannya??”, tanya Yunho. “aish, kau tidak usah banyak tanya Yun, ayo cepat!!”, akhirnya Yunho mengikuti ajakan Ara. Dan sampailah di tempat ruang rawat yang tadi Ara kunjungi.

Sampai di ruang rawat Yunho, “ini.. aku?? Umma appa Jihye dan teman-teman??”, ucap Yunho melihat ke sekelilingnya. Sedangkan Ara menangis bahagia karena sudah bisa membantu Yunho menemukan apa yang dicarinya.

“sudah ayo cepat kau kembali”, suruh Ara pada Yunho yang masih tidak percaya dengan keadaan ini. “hmm..baiklah, kau juga hars kembali ke dalam tubuhmu lagi”, pinta Yunho. Ara hanya mengangguk.

*****

Seminggu telah berlalu, Ara dan Jiyeol sudah kembali kuliah dan menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Hubungan Ara dan Jiyeol juga sudah baikkan. Kesalah pahaman itu sudah tidak ada lagi.

Sedangkan hubungan Ara dan Yunho, entah seperti apa. Karena setelah mereka sama-sama kembali ke tubuhnya masing-masing mereka belum pernah bertemu kembali. Suatu waktu Ara pernah menunggunya di depan pagar rumahnya tapi orang yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.

Hari ini mereka sudah tidak ada mata kuliah, tapi mereka masih betah berada di kampus. Tepatnya di kantin kampus yang menyuguhkan banyak sekali makanan.

“sudahlah tidak usah dipikirkan”, ucap Jiyeol. “apa? Memang aku memikirkan apa?”, tanya Ara yang merasa sedang diledek Jiyeol. “ya habis sedari tadi kau melamun terus. Ingat Ara, jika memang dia adalah jodohmu, pasti dia tidak akan kemana-mana. Ingat itu!!”, ucap Jiyeol lagi.

“nde”, jawab Ara singkat karena bosan mendengar ceramah Jiyeol yang terus saja di ulang-ulang. Tapi kata-kata Jiyeol lah yang membuat Ara tidak pernah menunggu Yunho lagi, dia percaya bahwa Yunho pasti akan menemuinya atau mungkin dia yang akan menemukan Yunho.

Ketika Jiyeol sedang asyik makan, Ara malah mengguncang-guncangkan tubuh Jiyeol, “ada apa sih??”, tanya Jiyeol kesal. “ituuu”, Ara menunjuk seorang namja yang sedang duduk bersama dengan teman-temannya. “nugu?? Aku tidak kenal”, Jiyeol melanjutkan makannya.

“YUnho”, ucap Ara singkat. “uhukk..uhuukk”, Jiyeol tersedak makanannya karena kaget, diambilnya minuman yang sudah dipesan olehnya. “apa kau bilang?? Yunho? Mana??”, tanya Jiyeol. Ara menunjuk Yunho lagi. Yunho memakai pakaian santai dengan jaket berwarna abu-abu dan kaos putih di dalamnya. Potongan rambutnya masih sama dengan yang dulu Ara lihat, agak sedikit panjang.

“itu?”, Jiyeol masih tidak percaya. Ternyata Yunho sangat tampan. “kau harus kesana Ara”, ucap Jiyeol. “aish tidak secepat itu, bagaimana kalau dia lupa denganku??”, tanya Ara masih menatap Yunho lekat-lekat memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

Dan tanpa disangka-sangka, Yunho balik menatap Ara. “ara, dia melihatmu”, ucap Jiyeol histeris. YUnho masih terus menatap Ara tapi Ara malah membuang muka pura-pura tidak melihat.

“aish kenapa begitu??”, Jiyeol merasa kesal. “aku tidak mau jika salah orang”, “salah orang bagaimana?? Dia benar Yunho sepertinya, lihat dia kemari”, Jiyeol masih histeris.

“aaahh shinca?? Bagaimana ini??”, tanya Ara ketakutan.

“hmm.. permisi”, ucap namja yang dikira Yunho itu. “nde”, Jiyeol menjawab dengan antusias. “apa kita pernah bertemu sebelumnya??”, tanya namja itu hati-hati. ‘apa dia sudah tidak mengenalku??’ pikiran Ara sudah melayang-layang tinggi.

“apa kau tidak mengenalnya??”, tanya Jiyeol yang diberi tatapan seram oleh Ara. “Yunho imnida”, Yunho mengulurkan tangannya. Dengan ragu Ara menerima jabatan tangan Yunho, “Ara imnida”. Yunho duduk di bangku kosong tepat di samping Ara. Ara menelan ludah.

“apa sikap dia memang seperti ini??”, tanya Yunho pada Jiyeol. Jiyeol tidak mengerti. “maksudku tidak sopan”, lanjut Yunho. Jiyeol dan Ara saling menatap bingung. “jika ada yang berkenalan denganmu, apa sikapmu seperti ini??”, sekarang Yunho berrtanya pada Ara.

“aku tidak mengerti maksudmu..”, jawab Ara tanpa memandang Yunho. “kau sangat cerewet, kenapa sekarang tidak??”, ledek Yunho, terukir jelas senyuman manis di wajahnya. “mwo??”, Arad an Jiyeol kaget mendengar kata-kata Yunho.

“aku merindukanmu karena aku juga mencintaimu Ara”, ucap Yunho menatap Ara. “Yun Yunho??”, “nde, aku Yunho yang sekarang sedang tersesat di hatimu.. haha”, Yunho tertawa dengan perkataannya sendiri yang sangat aneh.

“kau YUnho?? Yunho yang menyebalkan itu?? yang aku kira menyukai Jiyeol??”, Ara masih tidak percaya sedangkan Jiyeol heran, kenapa dirinya dibawa-bawa. Yunho hanya mengangguk. Dan Ara langsung memeluk Yunho meluapkan rasa rindunya saat ini.

Akhirnya mereka bertemu di dunia yang nyata bukan didunia lain (?). Sejak itulah hubungan mereka dikatakan sudah resmi berpacaran.


The End

0 komentar:

Posting Komentar