Author
: Ika Yulianti
Title
: Alam Lain ~~~
Length
: One Shoot
Cast
: YunRa
Haha..ff gaje
lagi nih, dan gak masuk akal juga. Udah lamaaaaa banget dan baru selesai
sekarang. Kacau deh nih ff.. wkwkwk
>>>>>
“akhirnya..”, Ara menghela nafas ketika sudah sampai
di tempat tinggal barunya di Seoul. “impian kita akhirnya terwujud ya..”, ucap
Jihye yang langsung memeluk sahabatnya itu. “iya, kita harus bersyukur dan
harus belajar dengan giat”, Ara memberi semangat. “tapi sebelum itu, kita harus
merapikan rumah baru kita”, lanjutnya lalu diikuti anggukan Jihye.
Mereka sangat senang karena bisa mendapatkan
Universitas yang sangat diinginkan dan diidolakan oleh semua orang. Ara dan
Jihye pergi ke Seoul untuk kuliah bukan untuk bersenang-senang. Dikarenakan
tempat tinggal mereka di Gwangju, agar lebih dekat, orangtua Ara dan Jihye pun
mengizinkan mereka untuk tinggal di Seoul.
Sekarang mereka menempati rumah yang sudah beberapa
bulan tidak dihuni. Keadaan rumah itu masih sedikit rapi, walaupun masih banyak
debu-debu yang menempel. Ara dan Jihye sangat bersemangat merapikan rumah yang
sudah mereka sewa ini.
Pukul 5 sore, Ara dan Jihye selesai membereskan rumahnya
itu. mereka telah menata rapi semua barang-barang mereka. Rumah baru mereka
cukup luas dengan dua kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan
dapur serta kamar mandi. Setelah selesai beres-beres, Ara pergi ke teras rumah
sedangkan Jihye sedang menyiapkan makan malam.
#di teras#
‘udara disini
sangat segar ya walaupun sudah kota tapi tetap saja sejuk..’ batin Ara. Tapi tiba-tiba, ada seseorang yang sedang
mondar-mandir di depan pagar rumah sedang melamun. ‘siapa itu?? kenapa mondar mandir di depan pagar??’ Ara
bertanya-tanya lalu dengan ragu-ragu Ara menghampiri orang itu.
“maaf, kau siapa?? Kenapa kau mondar mandir di depan
pagar rumahku??”, ucap Ara ketika sudah dekat dengan orang itu yang ternyata
adalah seorang namja. Lalu laki-laki itu menoleh pada Ara dan sontak membuat
Ara kaget.
“maaf jika aku mengganggumu..”, hanya kata itu yang
terucap dari bibir pria itu. “kau tidak mengangguku. Ayo masuk, hari sudah
hampir gelap”, ajak Ara pada namja itu. Laki-laki itu tidak menjawab dan hanya
tersenyum.
“Araa… kau dimana???”, teriak Jihye dari dalam
rumah. “Araaaaa….”, Jihye berteriak lagi karena merasa tidak ada jawaban dari
Ara. “aish, bawel sekali. Baiklah aku masuk duluan ya..”, Ara tersenyum lalu
masuk ke dalam rumah yang sudah disinari oleh lampu-lampu yang menerangi
rumahnya.
#di dalam rumah#
“kau bawel sekali sih!!”, ucap Ara. “habis kau tidak
masuk ke dalam rumah sih..”, balas Jihye. “memang kau sedang apa diluar??
Jangan bilang kau melihat pria-pria tampan”, Jihye terkekeh pelan.
“YA!! Enak saja. Tapi memang tadi aku melihat pria
di depan pagar rumah kita”, jelas Ara lalu duduk di sofa empuk sambil menonton
tv. “kau jangan bercanda Ara, lagi pula untuk apa laki-laki itu mondar-mandir??”,
Jihye tampak ketakutan. “hey, kenapa?”, Ara heran melihat tingkah Jihye. “tadi
aku mengajaknya masuk tapi Dia tidak mau”, jelas Ara santai tanpa melihat
ekspresi Jihye yang ketakutan. “cukup..cukup”, kata Jihye. Ara hanya tertawa
melihat Jihye.
*****
#3 bulan
kemudian#
Semenjak pertemuannya dengan pria yang ada di depan
pagar rumahnya, Jihye yang sebenarnya tidak penakut menjadi penakut akhir-akhir
ini. Dia terus-terusan saja ingin pindah dari rumah barunya itu sedangkan
orangtua mereka sudah membayar rumah baru itu dan itu membutuhkan uang yang
sangat banyak. Mana mungkin mereka dengan seenaknya ingin pindah begitu saja.
Jihye tidak berani berada di rumah sendirian, setiap ingin tidur harus ditemani
Ara dulu.
Setiap Ia ingin melakukan sesuatu sendiri, ketika
mengingat hal itu Ia tidak jadi melakukannya. Dia akan menunggu Ara pulang
kuliah jika mereka beda jam kuliah karena Jihye tidak mau jika harus sendirian
di rumah. Begitulah sikap ketakutan Jihye yang membuat Ara kerepotan.
Hari ini, Jihye sudah berangkat pagi-pagi sekali
karena mata kuliah pertama ‘dosennya
sangat mengerikan’ begitu kata Jihye sebelum Ia berangkat tadi. Sedangkan
Ara baru saja bersiap untuk pergi ke kampus tapi ada sesuatu hal yang membuat
Dia mengulur waktunya untuk pergi. Dilihatnya pria itu lagi yang sedang berdiri
di depan pagar. ‘akhirnya aku melihatnya
lagi setelah sekian lama tidak melihatnya’ Ara tersenyum lalu menghampiri pria
itu. Pria yang tadi melamun lalu menoleh ke arah Ara yang sedang
menghampirinya.
“Annyong”, sapa Ara dengan senyum manisnya. “Annyong”,
jawab laki-laki itu singkat. “hmm..sudah lama aku tidak melihatmu. Kau kemana
saja??”, Tanya Ara yang sekarang berdiri disebelah pria itu. “aku tidak
kemana-mana”, kata pria itu lagi.
“waahh..sekarang kau sudah tidak pendiam lagi ya..”,
ledek Ara. “oiy, aku Ara. Kau??”, Ara mengulurkan tangannya ke arah pria itu. “aku
Yunho”, Yunho menatap ke arah Ara tanpa menyambut tangan Ara, Ara terlihat
kecewa.
“hmm..baiklah kalau begitu aku harus pergi ke
kampus”, Ara berbalik hendak meninggalkan Yunho. “tunggu!!”, kata Yunho
menghentikan langkah Ara. “kenapa?”, Tanya Ara datar. “apa aku boleh
mengantarmu ke kampus??”, Yunho bertanya ragu-ragu. “mwo?? Mengantarku?? benarkah??”,
Ara masih tidak yakin, wajahnya yang tadi terlihat kecewa sekarang mendadak
berubah menjadi berseri-seri. Yunho mengangguk.
“tapi.. kau tidak boleh bicara padaku jika di depan
umum..”, ucap Yunho misterius. “kenapa??”. Yunho meninggalkan Ara yang masih
terheran-heran dengan sikapnya. Dengan sangat terpaksa Ara menyetujui
permintaan Yunho.
*****
#di dalam bus#
Ara duduk di bangku bus paling belakang, sedangkan
Yunho berdiri di depan Ara, membelakangi Ara lebih tepatnya. ‘kenapa pria ini sangat misterius ya? Kenapa
Dia tidak membolehkanku untuk berbicara dengannya di depan umum?’ batin Ara
bertanya-tanya. Yunho hanya berdiri melihat pemandangan di luar bus.
‘sepertinya
sudah lama sekali tidak keluar.. akhirnya aku bisa melihat dunia luar lagi.
Huah!!’ pikir Yunho sambil tersenyum
kecil. Hanya 30 menit perjalanan dari rumah baru Ara menuju kampusnya. Dan
selama 30 menit itulah, Ara hanya memperhatikan Yunho. Terkadang Ara tersenyum
sendiri melihat Yunho. ‘seperti tidak
pernah naik bus saja’ pikir Ara ketika melihat Yunho tertawa sendiri.
Akhirnya mereka sampai di halte kampus, Yunho turun
dari bus diikuti Ara. Ara berjalan menyusul Yunho yang sudah berada jauh di
depannya. “aa…”, “aku sudah bilang kan, jangan berbicara padaku ketika di depan
umum”, ucap Yunho enteng memotong kata-kata Ara. Ara memanyunkan bibirnya ke
depan karena kesal dengan sikap Yunho.
Ara lalu berjalan cepat mendahului Yunho yang masih
ada di belakangnya. Tiba-tiba, “awas!!”, teriak seseorang dari kejauhan. Ara
menoleh ke arah sumber suara lalu menutup matanya dan berteriak,
“huwaaaaaaaaaaaaaa”. Duk..duk..duk, sebuah bola basket jatuh tepat di bawah
kaki Ara. Ara membuka matanya,
“kau tidak apa-apa?? Maaf ya”, seorang pria menghampiri
Ara. Sepertinya pria itu yang berteriak tadi. “iya, aku tidak apa-apa”, Ara
tersenyum bingung. “huft, syukurlah. Tapi kenapa bisa .. hmm.. sudahlah yang
penting kau tidak apa-apa, maaf ya sekali lagi”, pria tadi membungkuk lalu
pergi meninggalkan Ara yang masih mematung di tempat. ‘kenapa bola itu tidak mengenaiku?? Padahal kan’ Ara heran lalu Dia
menengok ke belakang dan didapatinya sosok Yunho hilang begitu saja. “kemana
Dia?? Aish, menyebalkan!!”, Ara berjalan dengan langkah kesal.
#di kantin#
Pukul 2 siang, Ara keluar kelas setelah selesai
dengan 2 matakuliahnya yang sangat menghabiskan energinya itu. Ara langsung
menuju kantin untuk makan siang yang tertunda. Kebetulan Jihye juga sudah
menunggunya di kantin sejak beberapa jam yang lalu. Ya begitulah Jihye rela
menunggu walaupun hal itu sesuatu yang tidak Ia suka.
“lama sekali kau!!”, ucap Jihye ketika Ara sudah
sampai di kantin. “kan aku sudah bilang tidak usah menungguku Jihye”, ucap Ara
membela diri. “tetap aku akan menunggumu, aku tidak mau di rumah sendiri”, ucap
Jihye lagi.
“huh..terserah kau!!”, Ara menyerah menghadapi
sahabatnya itu. “oiy, tadi aku ke kampus bersama dengan pria itu”, ucap Ara
dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. “maksudmu??”, Jihye tidak mengerti
dengan ucapan Ara. “pria yang waktu itu aku lihat di depan pagar. Kau tahu, namanya
Yunho. Dia sangat tampan..”, jelas Ara berseri-seri.
“aish..sudah sudah.. aku tidak mau dengar!!”, kata
Jihye sambil menutup telinganya. “kau jahat sekali, aku kan baru saja bercerita
tentang pria yang kusukai”, Ara terlihat murung. “apa?? Kau menyukai pria itu??
hey, kau saja belum mengenal pria itu!!”, bentak Jihye. “kenapa?? Apa aku tidak
boleh menyukai pria?”, Ara balik membentak Jihye.
“bukan seperti itu, kau belum mengenalnya tapi kau
sudah menyukainya. Bagaimana kalau Dia bukan pria baik-baik??”, jelas Jihye
yang membuat Ara terdiam. “Ara, aku akan sangat senang jika kau menyukai pria.
Tapi tolong, kau harus mengenalnya terlebih dahulu, kau harus tahu siapa Dia. mengerti!!”,
Jihye membelai rambut Ara. Ara masih terdiam. ‘benar apa yang dikatakan Jihye..’ pikir Ara.
#di kamar Ara#
Ara melihat pagar rumahnya dari jendela kamarnya.
Ara masih memikirkan perkataannya tadi pada Jihye. ‘apa aku benar-benar menyukai pria itu?? bagaimana jika Jihye benar
kalau pria itu berniat jahat padaku?? Aish.. tapi aku akan sangat senang jika
aku bertemu lagi dengannya’ pikir Ara sambil memukul kepalanya sendiri.
“hah..sudahlah untuk apa memikirkan hal ini, belum tentu kan Yunho
memikirkanku??”, kata Ara berbicara sendiri lalu hendak menutup jendela
kamarnya.
Tapi ketika Ara ingin menutup Gorden jendelanya,
tiba-tiba terlihat Yunho berada di depan pagar tempat biasa Yunho muncul.
“tunggu.. sejak kapan Dia ada disitu?? Hmm..”, Ara langsung menutup Gordennya
lalu berlari keluar kamar.
#di kamar Jihye#
Jihye sedang
membereskan tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur. Tapi Dia teringat dengan
Ara. “aku salah tidak ya berbicara seperti itu pada Ara?? Aku hanya tidak ingin
saja Dia bergaul dengan pria yang tidak baik”, Jihye berbicara sendiri. Lalu
Dia berbaring di kasur empuknya.
*****
Ara mengendap-ngendap,
takut-takut kalau Jihye melihat Ia keluar kamar. setelah dirasanya Jihye tidak
ada, Ia langsung keluar kamar menemui Yunho. Yunho masih terdiam melihat ke
langit yang menampakkan bintang-bintang yang sangat indah.
“hallo”, Ara
melambai-lambaikan tangannya. Yunho kaget lalu menoleh, “kau??”. “kenapa?? Aku
hanya ingin minta penjelasan saja darimu, kenapa tadi kau pergi tidak
bilang-bilang padaku??”, Ara to the point. “owh..tadi ada urusan sebentar”,
Yunho kembali menatap langit. Ara hanya mengangguk. “hmm..kau seperti hantu
saja ya, tiba-tiba ada disini”, kata Ara sambil tersenyum.
“memang kenapa kalau
aku hantu??”, Yunho nampak serius. “apa?? Aku..aku kan hanya bercanda”, Ara
berusaha tersenyum. “sudah kau masuk sana, sudah malam waktunya untuk tidur”,
ucap Yunho sedikit membentak. Ara terlihat kecewa, padahal Ara masih ingin
sekali berbicara dengan Yunho agar Dia lebih mengenal Yunho.
Tiba-tiba saja
terdengar suara Jihye yang seakan-akan telah kehilangan sesuatu yang berharga.
“araaaaa…dimana kau??”, Jihye berteriak. “aish, kenapa menganggu terus sih??”,
kesal Ara. “sudah kau masuk sana, aku tidak ingin Jihye melihatku..”, kata
Yunho berlalu dari Ara.
Ara hanya melihat Yunho tanpa berbicara
sepatah katapun. “hey!!”, Jihye menepuk pundak Ara. “YA!!!”, bentak Ara.
“hehehe..maaf, aku khawatir padamu.. kau sedang apa disini? Hari sudah malam
Ara”. “tidak ada”, jawab Ara singkat lalu meninggalkan Jihye. “kenapa Dia??”,
Jihye bertanya-tanya.
#di
kampus#
Keesokkan harinya, Ara
dan Jihye berangkat ke kampus bersama-sama. Wajah Ara terlihat tidak
bersemangat. Jihye yang tahu akan hal itu, mencoba menegur Ara. “kau kenapa Ara??”,
Tanya Jihye hati-hati. “tidak”, jawab Ara singkat tanpa melihat ke arah Jihye.
“tapi sedari tadi kau diam saja, kau marah padaku ya??”, Jihye bertanya lagi. “tidak”,
kata Ara lagi.
“ya ya, aku
membolehkanmu untuk menyukai pria itu, Yunho atau siapa namanya”, Jihye mencoba
membuat Ara tidak diam. “percuma saja, mungkin Dia suka padamu”, ucap Ara
menunduk. “apa?? Tidak mungkin, aku saja tidak mengenalnya, kau ini
mengada-ngada Ara”, kata Jihye membantah perkataan Ara. Ara hanya diam tanpa
memperdulikan perkataan Jihye. ‘apa yang terjadi padanya? Apa pria itu yang
menyakitinya?’ batin Jihye menduga-duga.
*****
Ara menunggu Jihye
sembari mendengarkan musik dari ipod nya yang Ia beli bersama Jihye sebulan
yang lalu. Tapi tiba-tiba saja suara musik itu berganti menjadi suara seorang pria
yang sangat Ia kenal. Ara menoleh ke samping dan ditemukannya sosok pria yang
tersenyum padanya. Jantung Ara berdegup dengan kencang melihat senyuman pria
itu.
“un…” “tidak usah
bicara apa-apa, kau sedang menunggu Jihye kan? Aku akan menemani mu disini”,
potong Yunho. Mimik wajah Ara yang tadinya senang berubah menjadi agak sedikit
cemburu. Lalu Ara berdiri, “jika itu hanya akal-akalanmu saja untuk bertemu
Jihye, tidak usah, terima kasih”, Ara berlalu begitu saja.
Tiba-tiba saja, tangan
Ara seperti ditarik oleh seseorang tapii kenapa dingin. Ara menoleh kebelakang,
ditemukannya Yunho sedang memegang tangan Ara. Ara melihat Yunho bergantian
dengan tangannya yang sekarang digenggam Yunho. “ikut aku”, kata Yunho singkat.
Ara hanya mengikuti kemana Yunho pergi, karena tangannya masih digenggam oleh
Yunho.
Sampailah mereka di
tempat yang sangat sepi, ya hanya beberapa orang saja yang sesekali lewat
ditempat itu. “kenapa tanganmu sedingin itu??”, Tanya Ara ketika tangannya
sudah terlepas dari Yunho. “akuuu”, Yunho baru kali ini terihat gugup seperti
ini. ‘apa yang ingin dikatakannya?’ Ara
diselimuti rasa penasaran.
“katakanlah…”, Ara
memegang tangan Yunho yang masih terasa dingin. Yunho mendongakkan kepalanya
menatap Ara. “aku ingin jujur padamu, kalau sebenarnya aku …”, tapi kata-kata
Yunho terpotong karena tiba-tiba Jihye datang.
“kau sedang apa
disini??”, Jihye sudah ada dibelakang Ara dengan pandangan curiga. “aahhh..aniyo”,
jawab Ara gugup. “oiy, perkenalkan ini ..”, Ara hendak ingn mengenalkan Yunho
pada Jihye tapi ketika Ara menoleh ke belakang, Yunho sudah tidak terlihat lagi.
“wae?”, kecurigaan Jihye makin bertambah. “tadi Yunho disini bersamaku tapi
kenapa sekarang Dia tidak ada??”, Ara bertanya pada dirinya sendiri.
*****
Di rumah, Ara masih
memikirkan apa yang ingin diucapkan oleh Yunho. “sebenarnya apa yang ingin
dikatakannya?? Jika tidak ada Jihye pasti Yunho sudah mengatakannya. Aish!”,
Ara menggaruk-garuk kepalanya. “hmm..atau dia ingin mengatakan kalau dia
menyukai Jihye?? Aaaahhh…kalau memang seperti itu aku tidak ingin dengar”, Ara
refleks menutup telinganya. ‘tapi kenapa
tangan Yunho dingin seperti itu??’ pikirnya. Mendadak Ara khawatir pada
Yunho.
Tok..tok..tok.. Cklek!!
Pintu kamar Ara terbuka, didapatinya Jihye. “kau kenapa??”, Tanya Jihye. “tidak
apa-apa. Ada apa?”, Tanya Ara malas. “ingin menanyakan sesuatu padamu”, jawab
Jihye membuat Ara heran. “bertanya apa?”, masih dengan keheranannya.
“sebenarnya Yunho itu
siapa?”, Tanya Jihye penuh dengan keingintahuan. “mwo?”, Ara kaget dengan
pertanyaan Jihye. “maksudmu apa? Tidak usah bertanya seperti itu!!”, Ara
bangkit dari duduknya lalu pindah ke meja riasnya yang menghadap ke luar
jendela. Dilihatnya Yunho sudah ada disana. ‘aish,
aku harus kesana tapi Jihye’ batinnya .
“aku hanya ingin tahu
teman barumu itu. memang tidak boleh??”, Tanya Jihye sedikit menyindir.
“maksudmu apa berkata seperti itu? memang aku pernah menyembunyikan sesuatu
darimu? Tidak kan??”, jelas Ara panjang lebar.
“ya memang tidak, tapi
sekarang kau menyembunyikan itu semua!!”, bentak Jihye walaupun pelan. “atas
dasar apa kau bisa berbicara seperti itu??”, Ara juga sedikit membentak Jihye.
“tentang Yunho mu itu? apa aku tidak boleh tahu siapa dia?? Hah!!”, bentak
Jihye. Ara menoleh pada Yunho, takut jika Yunho mendengar dan benar saja Yunho
sekarang menatap Ara seakan dia tahu masalahnya.
“cukup!!! Dia bukan
siapa-siapa!! Lebih baik kau keluar dari kamarku!!”, Ara tetap menatap Yunho.
terdengar hentakan kaki yang menuju pintu kamar Ara. Setelah itu, Ara menutup
Gorden jendela kamarnya sebelum Yunho menghampirinya.
*****
Keesokkan harinya,
ketegangan diantara Ara dan Jihye makin panas. Jihye sama sekali tidak menyapa
Ara, begitu juga sebaliknya. Mereka juga tidak berangkat bersama ke kampus. Jihye berangkat lebih
dulu, sedangkan Ara masih berada di meja makannya. “aish, tidak enak sekali
jika harus terus-terusan seperti ini??”, ucapnya lalu beranjak dari tempat
duduknya.
Ketika Ara sudah keluar
dari rumahnya, tiba-tiba Yunho sudah berada di balik pintu rumah Ara. Sontak
Ara kaget dengan kedatangan Yunho yang tiba-tiba itu.
“untuk apa kau
disini??”, tanya Ara dingin. “untuk bertemu denganmu dan menanyakan ada masalah
apa kau dengan Jihye??”, Yunho menjawab pertanyaan Ara dengan santai. “huuuh,
kau tanya saja sendiri dengan Jihye”, Ara bicara tanpa memandang Yunho.
“bagaimana aku bertanya padanya??”, terlihat kesabaran Yunho sudah diambang
batas. “terserah, aku tidak perduli”, ucap Ara lalu pergi meninggalkan Yunho.
‘ada
apa dengannya?? Kenapa dia begitu dingin padaku??’ pikir Yunho.
#di
taman belakang kampus#
Sebenarnya mata kuliah
sudah tidak ada lagi hari ini, tapi entah kenapa Ara malas sekali pulang ke
rumah. Alhasil Dia akhirnya duduk di kursi panjang di taman. Dengan
mendengarkan lagu boyband yang Ia sukai.
“aku ingin bicara”,
headset Ara tiba-tiba tercabut dari telinganya. Ara refleks menengok ke samping
dan didapatinya Yunho menatap tajam Ara.
“apa maumu?? Tidak usah
mengangguku!!”, bentak Ara lalu berdiri. “changkam!!”, Yunho memegang tangan
Ara. ‘tangannya masih dingin’ pikir
Ara. Yunho menarik tangan Ara ke taman belakang seperti yang dilakukan beberapa
hari yang lalu.
Sampailah mereka di
taman, Yunho menatap Ara dengan masih memegang tangan Ara. Lebih erat. Ara
hanya melihat tangan Yunho yang masih memegang tangannya. “tatap aku!!”, suruh
Yunho pada Ara. Karena Ara tak menatapnya, dengan lembut Yunho menyentuh kedua
pipi Ara dan memaksa Ara untuk menatapnya.
“aku ingin melanjutkan
pembicaraan kita kemarin”, ucap Yunho tanpa basa basi lagi. Ara tetap tak
bergeming. “aku adalah roh yang tersesat”, Yunho mengucapkannya dengan ragu.
Seketika itu juga Ara kaget dan menjauhkan tangan Yunho dari kedua pipinya.
“mian, jika ini
membuatmu ..”, “cukup!! Kau .. tidak mungkin.. andweee”, Ara berlari
sekencang-kencangnya menjauh dari Yunho. “Ara..”, panggil Yunho lirih.
*****
Ara mengurung diri di
kamarnya, terdengar isakan tangis walaupun sangat kecil tapi tetap saja
terdengar oleh Jiyeol. Jiyeol yang baru saja pulang dari kampus terheran-heran.
‘ada apa dengan Ara??’ batin Jiyeol.
Dengan ragu Jiyeol
memutar knop pintu Ara dan ternyata tidak dikunci. Jiyeol segera masuk ke dalam
untuk menanyakan keadaan Ara. Dilihatnya Ara terduduk di samping tempat
tidurnya dengan keadaan sedang menangis.
“ara.. waeyo??”, Jiyeol
menepuk pundak sahabatnya itu. Ara masih tetap menangis tanpa menegok ke arah
Jiyeol yang memanggilnya. “mianhe, jika ini semua salahku. Tapi tolong
ceritakan padaku, ada masalah apa denganmu??”, Jiyeol merasa sangat bersalah.
“Jiyeooll
hiks..hiks..huhuhu”, Ara menangis sejadi-jadinya di pelukan sahabatnya itu. Jiyeol
yang tak mengerti apa masalahnya hanya menepuk-nepuk pundak Ara, membiarkan Ara
menangis untuk meluapkan semua perasaannya.
Setelah dirasa Ara
sudah berhenti menangis, Jiyeol memberanikan diri untuk bertanya pada Ara. “kau
bisa cerita padaku Ara. Ada masalah apa?? Apa karena aku?? Aku minta maaf”,
ucap Jiyeol yang masih memeluk sahabatnya itu.
Ara meregangkan
pelukannya lalu menjawab Jiyeol, “aku yang harusnya minta maaf padamu, karena
aku terlalu berlebihan bersikap seperti itu”, jawab Ara masih dengan suara parau.
“lalu kenapa kau menangis??”, Jiyeol bertanya lagi.
Ara melepaskan
pelukannya lalu menatap Jiyeol, “Yun.. Yunho..”, Ara ragu-ragu ingin
mengatakannya. “ada apa??”, Jiyeol sangat penasaran apa yang ingin Ara
bicarakan. “Yunho, Yunho bukan manusia huhu”, Ara menangis lagi seakan
airmatanya tidak pernah habis.
“mwo?? Apa maksudmu??
Aku tidak mengerti”, Jiyeol tidak mengerti. “dia seorang roh dan dia tidak bisa
kembali lagi ke tubuhnya Jiyeol”, cerita Ara dan itu membuat Jiyeol mengerutkan
keningnya. “itu tidak mungkin Ara”, “tidak mungkin apanya?? Dia yang
menceritakan itu padaku. Kau harus percaya padaku Jiyeol”, rengek Ara
meyakinkan Jiyeol.
“tapi… “, “JIyeol, kau
tahu akan sangat mencintainya, aku ingin dia juga membalas cintaku tapi kenapa
menjadi seperti ini??”, Ara bangkit dari duduknya lalu seperti kehilangan akal
sehatnya dia mengambil sebuah gunting dari laci mejanya dan dengan cepat menggoreskan
gunting tajam itu tepat ke urat nadi tangannya dan saat itu juga darah segar
mengalir. Jiyeol yang kaget dengan apa yang dilakukan Ara langsung berteriak
kencang berusaha meminta tolong.
*****
“bagaimana keadaan
Ara??”, seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan bertanya pada Jiyeol yang
masih duduk menangis di depan ruang UGD. “ahjumma..”, Jiyeol refleks memeluk
umma Ara yang datang bersama dengan appa Ara. “mianhe aku tidak bisa menjaga
Ara dengan baik”, tangis Jiyeol bertambah.
“aniyo, sudah sudah ini
bukan salahmu chagi”, umma Ara juga ikut menangis. “semua akan baik-baik saja
Jiyeol”, ucap appa Ara tenang. Tidak lama, dokter dari ruangan Ara dirawat
keluar. “bagimana keadaan anak saya dok??”, tanya umma Ara diselimuti rasa
khawatir. “dia koma, tapi tenang saja dia tidak apa-apa”, ucap dokter. “kalian
boleh masuk”, lanjut dokter itu lagi.
#di
alam lain#
“aish, aku dimana??
Kepalaku pusing..”, ucap Ara setelah sadar dari tidurnya. “hah?? Aku?? Aish,
apa yang sedang terjadi??”, Ara kaget melihat sosok seperti dirinya sedang
tertidur dengan tangan yang dibalut perban.
“kau gilaa!!!”, teriak
seseorang di telinga Ara dengan suara yang sangat kencang. Refleks Ara menutup
telinganya. “kau??”, lagi-lagi Ara kaget melihat Yunho sudah ada disampingnya
dengan tatapan marah.
“kau apa-apaan hah??
Mencoba bunuh diri seperti ini??”, Yunho menunjuk Ara yang sedang tertidur.
“kau melakukan hal yang sangat bodoh, untung saja Jiyeol langsung berteriak
minta tolong dan membawamu ke rumah sakit, bagaimana jika ..”, “sudah cukup”,
Ara memotong pembicaraan Yunho yang lebih tepatnya memarahi Ara.
“kau..”, “aku tidak
ingin kau membela Jiyeol, dan memarahiku seenakmu begitu saja.. ini hidupku dan
bukan hakmu untuk memarahiku”, Jiyeol berlalu meninggalkan Yunho.
Masuklah Orangtua Ara
beserta Jiyeol yang masih berlinangan airmata. Ara yang melihat umma dan
appanya bersedih ikut bersedih juga, “lihat apa yang sudah kau lakukan pada
mereka?? Membuat mereka menangis apa sudah puas untukmu??”, ucap Yunho. “aku
seperti ini juga karena .. “, Ara tidak melanjutkan perkataannya lalu pergi
keluar kamar.
“Ara kau tidak bisa
seperti ini..”, Yunho berusaha bicara dengan Ara. “kau tahu, aku yang seperti
ini saja ingin sekali dapat hidup kembali tapi kau malah berbuat bodoh. apa
yang kau pikirkan??”, tanya Yunho dengan suara tinggi.
“iya, kau ingin hidup
kembali lalu bertemu dengan Jiyeol kan?? Itu kan yang kau inginkan? Aku akan
mengabulkannya, aku akan membantumu mencari tubuhmu dan lalu kau akan
kukenalkan dengan Jiyeol”, ucap Ara berusaha menahan tangisnya.
“mwo?? Apa yang kau
bicarakan??”, Yunho tidak mengerti. Tapi Ara tidak menjawab dan langsung pergi.
Yunho tetap mengikuti Ara kemana dia pergi, dia tidak ingin Ara pergi jauh dari
rumah sakit ini karena takut akan tersesat juga seperti dirinya.
“tidak usah
mengikutiku!!”, teriak Ara. “wae??”, tanya Yunho dengan berteriak juga. “iiihhh”,
Ara duduk di salah satu bangku taman. “aish, kau ingin membantuku tapi aku
tidak boleh mengikutimu, bagaimana bisa??”, ledek Yunho.
“diam kau!!”, Ara
memanyunkan bibirnya kesal. Yunho tersenyum sendiri melihat tingkah Ara.
“Ara..”, panggil Yunho. “hmm”, “huft… kenapa kau melakukan hal itu??”, tanya
Yunho dengan suara pelan. “aku kan sudah bilang padamu, aku ingin mempertumakan
mu dengan Jiyeol”, jawab Ara sambil menunduk.
“aku rasa bukan itu
alasanmu..”, tebak Yunho. “kau tidak usah sok tahu, itu alasanku dan bukan yang
lainnya”, Ara berusaha menutupi yang sebenarnya. “lalu apa maksudmu ingin
mempertemukanku dengannya??”, tanya Yunho lagi.
“kau suka padanya kan??
Kau malu kan bertemu dengannya?? Ketika aku tahu kau adalah , ya aku tahu
alasanmu selalu menghilang ketika ada Jiyeol. Jadi aku akan mengenalkannya
padamu nanti”, ucap Ara lagi.
“siapa yang bilang jika
aku menyukainya?? Ternyata kau yang sok tahu, aku saja tidak tahu aku menyukai
Jiyeol atau tidak..”, jawab Yunho menatap Ara. ‘apa maksudnya bicara seperti itu??’ pikir Ara heran.
“sepertinya kau salah
paham, aku tidak menyukainya dan aku tidak ingin bertemu dengannya.. sudah
selesaikan masalah ini?? cepatlah kembali ke tubuhmu”, suruh Yunho lalu bangkit
dari duduknya.
“jadi kau tidak
menyukainya??”, tanya Ara sambil menggenggam tangan Yunho. “aniyo”, jawab Yunho
tegas. “cepat kembali, kasihan orangtuamu”, perintah Yunho lagi.
“aku akan tetap
membantumu”, ucap Ara. “aish, aku tidak pernah meminta bantuanmu kan?”, Yunho
kesal karena Ara keras kepala. “memang, tapi aku tidak ingin kau menjadi
seperti ini..”, Ara berjalan entah kemana. ‘bagaimana
aku menemukannya??’ hatinya terus bertanya-tanya.
*****
Ara terus saja
memikirkan bagaimana mencari tubuh Yunho. sekarang dia sedang ada dikamar
rawatnya, disamping Ara yang sedang tertidur. Disana masih ada Jiyeol dan
ummanya yang menemani. Yunho?? entah kemana dia..
“Jiyeol, sebaiknya kau
pulang dulu”, ucap umma Ara. “aniyo ahjumma, aku akan tetap menjaga Ara sampai
dia sadar”, ucap Jiyeol dengan genangan airmata di mata indahnya.
“Jiyeol”, ucap Ara
sedih.
“tapi kau kan juga
harus kuliah Jiyeol, ahjumma bisa menemaninya”, ucap umma Ara membujuk Jiyeol.
“aku akan tetap disini ahjumma”, rengek Jiyeol. “hmm..baiklah jika itu maumu”,
ucap umma Ara dengan sayang.
“lihat, betapa baiknya
mereka”, tiba-tiba Yunho sudah ada disamping Ara dan itu membuat Ara kaget.
“aish, kau mengagetkanku”, Ara memukul pundak Yunho. “sudah kembali sana”,
Yunho mendorong Ara. “aish, aku tidak mau”, ucap Ara balik mendorong Yunho.
“kau berpikir tidak,
kau bisa membantuku tanpa harus seperti ini”, ucap Yunho lagi. “tidak, aku akan
disibukkan dengan kuliah jika sadar dan tidak bisa membantumu”, ucap Ara tidak
mau kalah. “tapi melakukan hal ini berdosa Ara..”, “tapi aku juga kan
membantumu, niatku baik”.
“ya memang, tapi apa kau
lebih memilihku daripada mereka??”, Yunho menunjuk umma Ara dan Jiyeol
bergantian. “sudahlah, tidak ada yang bisa merubah keputusanku”, “kau
benar-benar keras kepala”, ucap yunho. tiba-tiba Yunho menghilang begitu saja.
Karena bosan di kamar,
Ara pergi ke luar kamar mencari udara segar. Tidak sengaja Ara melihat ruang
rawat pasien dipenuhi dengan orang-orang yang sangat banyak, banyak orang yang
keluar masuk dari kamar itu.
“ramai sekali, apa
pasiennya tidak sesak ya??”, tanya Ara pada dirinya sendiri.
“hmm.. keadaannya
baik-baik saja tapi kenapa belum kembali sadar??” “kasihan dia, padahal Yunho
mahasiswa yang sangat pintar dan aktif di kampus” “semoga saja dia cepat sadar”
“siapa tadi?? Yun
Yunho??”, Ara mendengar pembicaraan orang-orang yang ada disana. Karena
penasaran, akhirnya Ara masuk ke dalam ruangan itu dan benar saja.
Ara menutup mulutnya
dengan kedua tangannya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Terlihat
seorang namja tengah tertidur dengan banyak peralatan medis yang menempel di
tubuhnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata Yunho yang ada di
tempat tidur itu.
“Yunho???”, Ara
meneteskan airmatanya di tempat itu juga. Tanpa perlu berpikir lagi, Dia
berlari keluar dari kamar itu berniat
mencari Yunho yang entah dimana sekarang. Tiba-tiba, “Bruuuuk!!”, Ara menabrak
Yunho yang sedang berdiri di dekat kamar Ara.
“awww!!”, keluh Ara.
“kau kenapa?? Berlari-lari seperti itu..”, tanya Yunho heran. “aku
menemukanmu”, Ara tersenyum senang lalu memeluk Yunho. “aku sudah menemukanmu”,
ucap Ara berulang-ulang. Yunho heran melihat tingkah Ara.
“apa maksudmu??”, tanya
Yunho. Ara melepaskan pelukannya. “kau akan hidup kembali, aku sudah menemukan
tubuhmu , banyak orang-orang yang datang Yun. Khaja”, Ara menarik tangan Yunho
tapi Yunho tetap diam.
“ayo!!”, Ara semangat
sekali. “bagaimana kau bisa menemukannya??”, tanya Yunho. “aish, kau tidak usah
banyak tanya Yun, ayo cepat!!”, akhirnya Yunho mengikuti ajakan Ara. Dan
sampailah di tempat ruang rawat yang tadi Ara kunjungi.
Sampai di ruang rawat
Yunho, “ini.. aku?? Umma appa Jihye dan teman-teman??”, ucap Yunho melihat ke
sekelilingnya. Sedangkan Ara menangis bahagia karena sudah bisa membantu Yunho
menemukan apa yang dicarinya.
“sudah ayo cepat kau
kembali”, suruh Ara pada Yunho yang masih tidak percaya dengan keadaan ini.
“hmm..baiklah, kau juga hars kembali ke dalam tubuhmu lagi”, pinta Yunho. Ara
hanya mengangguk.
*****
Seminggu telah berlalu,
Ara dan Jiyeol sudah kembali kuliah dan menjalankan aktifitasnya seperti biasa.
Hubungan Ara dan Jiyeol juga sudah baikkan. Kesalah pahaman itu sudah tidak ada
lagi.
Sedangkan hubungan Ara
dan Yunho, entah seperti apa. Karena setelah mereka sama-sama kembali ke
tubuhnya masing-masing mereka belum pernah bertemu kembali. Suatu waktu Ara
pernah menunggunya di depan pagar rumahnya tapi orang yang ditunggu-tunggu
tidak kunjung datang.
Hari ini mereka sudah
tidak ada mata kuliah, tapi mereka masih betah berada di kampus. Tepatnya di
kantin kampus yang menyuguhkan banyak sekali makanan.
“sudahlah tidak usah
dipikirkan”, ucap Jiyeol. “apa? Memang aku memikirkan apa?”, tanya Ara yang
merasa sedang diledek Jiyeol. “ya habis sedari tadi kau melamun terus. Ingat
Ara, jika memang dia adalah jodohmu, pasti dia tidak akan kemana-mana. Ingat
itu!!”, ucap Jiyeol lagi.
“nde”, jawab Ara
singkat karena bosan mendengar ceramah Jiyeol yang terus saja di ulang-ulang.
Tapi kata-kata Jiyeol lah yang membuat Ara tidak pernah menunggu Yunho lagi,
dia percaya bahwa Yunho pasti akan menemuinya atau mungkin dia yang akan
menemukan Yunho.
Ketika Jiyeol sedang
asyik makan, Ara malah mengguncang-guncangkan tubuh Jiyeol, “ada apa sih??”,
tanya Jiyeol kesal. “ituuu”, Ara menunjuk seorang namja yang sedang duduk
bersama dengan teman-temannya. “nugu?? Aku tidak kenal”, Jiyeol melanjutkan
makannya.
“YUnho”, ucap Ara
singkat. “uhukk..uhuukk”, Jiyeol tersedak makanannya karena kaget, diambilnya
minuman yang sudah dipesan olehnya. “apa kau bilang?? Yunho? Mana??”, tanya
Jiyeol. Ara menunjuk Yunho lagi. Yunho memakai pakaian santai dengan jaket berwarna
abu-abu dan kaos putih di dalamnya. Potongan rambutnya masih sama dengan yang
dulu Ara lihat, agak sedikit panjang.
“itu?”, Jiyeol masih
tidak percaya. Ternyata Yunho sangat tampan. “kau harus kesana Ara”, ucap
Jiyeol. “aish tidak secepat itu, bagaimana kalau dia lupa denganku??”, tanya
Ara masih menatap Yunho lekat-lekat memastikan bahwa penglihatannya tidak
salah.
Dan tanpa
disangka-sangka, Yunho balik menatap Ara. “ara, dia melihatmu”, ucap Jiyeol
histeris. YUnho masih terus menatap Ara tapi Ara malah membuang muka pura-pura
tidak melihat.
“aish kenapa begitu??”,
Jiyeol merasa kesal. “aku tidak mau jika salah orang”, “salah orang bagaimana??
Dia benar Yunho sepertinya, lihat dia kemari”, Jiyeol masih histeris.
“aaahh shinca??
Bagaimana ini??”, tanya Ara ketakutan.
“hmm.. permisi”, ucap
namja yang dikira Yunho itu. “nde”, Jiyeol menjawab dengan antusias. “apa kita
pernah bertemu sebelumnya??”, tanya namja itu hati-hati. ‘apa dia sudah tidak mengenalku??’ pikiran Ara sudah
melayang-layang tinggi.
“apa kau tidak
mengenalnya??”, tanya Jiyeol yang diberi tatapan seram oleh Ara. “Yunho imnida”,
Yunho mengulurkan tangannya. Dengan ragu Ara menerima jabatan tangan Yunho, “Ara
imnida”. Yunho duduk di bangku kosong tepat di samping Ara. Ara menelan ludah.
“apa sikap dia memang
seperti ini??”, tanya Yunho pada Jiyeol. Jiyeol tidak mengerti. “maksudku tidak
sopan”, lanjut Yunho. Jiyeol dan Ara saling menatap bingung. “jika ada yang
berkenalan denganmu, apa sikapmu seperti ini??”, sekarang Yunho berrtanya pada
Ara.
“aku tidak mengerti
maksudmu..”, jawab Ara tanpa memandang Yunho. “kau sangat cerewet, kenapa
sekarang tidak??”, ledek Yunho, terukir jelas senyuman manis di wajahnya. “mwo??”,
Arad an Jiyeol kaget mendengar kata-kata Yunho.
“aku merindukanmu
karena aku juga mencintaimu Ara”, ucap Yunho menatap Ara. “Yun Yunho??”, “nde,
aku Yunho yang sekarang sedang tersesat di hatimu.. haha”, Yunho tertawa dengan
perkataannya sendiri yang sangat aneh.
“kau YUnho?? Yunho yang
menyebalkan itu?? yang aku kira menyukai Jiyeol??”, Ara masih tidak percaya
sedangkan Jiyeol heran, kenapa dirinya dibawa-bawa. Yunho hanya mengangguk. Dan
Ara langsung memeluk Yunho meluapkan rasa rindunya saat ini.
Akhirnya mereka bertemu
di dunia yang nyata bukan didunia lain (?). Sejak itulah hubungan mereka
dikatakan sudah resmi berpacaran.
The
End
0 komentar:
Posting Komentar